Hening.Meski Tiara sudah berbicara panjang lebar, Liyana hanya diam. Namun, semua ucapan sahabatnya itu begitu mengena di relung kalbu. "Kenapa kamu begitu bodoh Li? Jangan biarkan egois membentengi kewarasanmu untuk menyadari perasaanmu selama ini." Tuntut Tiara."Mungkin Tiara memang ada benarnya" gumam Liyana di dalam hati."Saatnya kamu berjuang Li, jangan sampai penyesalan menghantuimu seumur hidup. Dari pada kamu menyakiti dan menyiksa diri sendiri dengan terus di hantui bayangan Arya. Lebih baik kamu cari cara penyelesaian yang terbaik. Mungkin orang lain bisa kamu bohongi tentang perasaanmu yang sebenarnya. Tapi kamu tidak bisa membohongiku Li. Aku mengenalmu bukan baru satu atau dua bulan. Aku tahu apa yang benar dan tidak benar yang kamu ucapkan. " Tiara berusaha menerangkan.Suasana kembali hening. Liyana menyuapkan makanan yang sudah tersaji di atas piring di depannya. Namun, pikirannya masih tetap pada Arya dan perkataan yang Tiara ucapkan barusan.Setelah hampir dua
Jam 8 pagi Liyana baru terbangun. Setelah duduk beberapa menit Liyana bangkit dari pembaringan. Melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dan di rasa cukup segar. Liyana pun segera melangkah keluar kamar.Berjalan menuju taksi yang sudah ia pesan. Taksi pun melaju setelah Liyana memberi alamatnya. Menuju kediaman Arya.Ya, setelah lama berpikir. Akhirnya Liyana pun memutuskan untuk mendatangi kediaman Arya. Tepat di satu bulan usai perceraian. Satu bulan sudah Liyana juga meninggalkan rumah ini. Dan hari ini dengan perasaan yang masih tidak karuan Liyana kembali menginjakkan kaki di sini. Bahkan, Liyana masih bisa melihat dengan jelas semua kenangannya bersama Arya dalam rumah ini.Tidak ada yang berubah dengan suasana rumah mewah milik mantan suaminya ini. Masih sama seperti dulu. Saat Liyana masih tinggal di sini. Tanpa Liyana sadari matanya mulai mengembun. Ia seperti melihat dirinya dan Arya sedang berbincang di ruang tengah. Di tempat itulah mereka se
"Jam berapa ini?" Tanya Liyana dalam hati sambil melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah hampir setengah hari, Liyana masih berada dalam kamarnya. Liyana terus membuka dan menutup laptop berkali-kali. Jari-jarinya menari di atas tombol laptop mengetikkan nama bahkan tempat yang ingin ia temukan.Perasaan harap-harap cemas terus menemani Liyana. Cemas karena takut tak bisa lagi bertemu dengan Arya. Namun, Liyana juga tak berhenti berharap agar pencariannya tak sia-sia. Meski Liyana mencoba mengubur dalam-dalam rasa cemasnya, akan tetapi semuanya tidak mudah di sembunyikan.Sambil meremas-remas jari tangannya Liyana menatap layar laptop, menunggu pencarian yang masih berputar dengan dada berdebar. Liyana berharap kali ini akan ada setitik harapan. Dan beberapa menit kemudian, pencarian masih belum berhasil. Liyana kembali gagal untuk menemukan keberadaan Arya.Liyana seakan merasa semakin putus asa. Namun, Liyana kembali bangkit dan merasa tak boleh membuang-buang waktu. Ta
"Besok atau lusa, aku akan kembali mencarimu mas !" Batin Liyana. Masih dengan harapan yang sama.Liyana berjalan memasuki rumah setelah sampai. Kedua orang tuanya telah bersiap untuk pergi. Liyana yang menyadari dirinya terlambat untuk bersiap-siap pun segera berlari menuju kamar untuk berganti pakaian.Masa bodo kalau dirinya tidak mandi terlebih dahulu, toh orang-orang di sana juga tidak akan ada yang tahu, pikir Liyana. Segera Liyana kembali menghampiri kedua orang tua yang sudah menunggunya. Dan mereka pun berjalan beriringan meninggalkan rumah.Kebetulan keberangkatannya kali ini berbarengan dengan salah satu keluarga yang hendak menuju ke suatu tempat. Jadi, Liyana juga orang tuanya bisa menumpang di mobilnya.Setelah lima menit menunggu, mobil yang di nanti-nanti pun tiba. Liyana serta orang tuanya langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang setelah yang empunya mobil mempersilahkan."Kalau aku masih bersama Mas Arya, pasti ibu dan bapak tidak akan seperti ini kal
Berdamai dengan perasaan sendiri tidaklah mudah. Sekalipun kini Liyana ingin memberitahukan semua perasaannya. Namun nyatanya sampai detik ini pun Liyana masih harus menyimpannya. Karena, orang yang ingin di beritahu belum juga ketemu.Sebelumnya, Liyana sudah berusaha untuk menyimpan rasanya. Melepaskan Arya pergi dari kehidupannya. Namun, nyatanya Liyana tidak bisa melakukannya. Semakin berusaha melepaskan, rasa itu malah semakin kuat mengakar dalam hatinya.Kebohongan yang pernah Arya lakukan seharusnya bisa membuat Liyana membencinya dengan mudah. Namun nyatanya Liyana tetap tidak mampu untuk sekedar menampik rasa yang tumbuh dalam hatinya dan bahkan kini telah mengakar dengan kuatnya.Liyana pun seperti tidak menyesali dengan hadirnya perasaan terhadap mantan suaminya itu. Memang membutuhkan waktu untuk melupakan. Tapi justru Liyana kini bertekad untuk memperjuangkan rasa yang telah tumbuh dalam hatinya. Cuaca yang tiba-tiba mendung, dan gerimis mulai turun pun menemani perjala
Alamat yang Liyana datangi adalah alamat rumah orang kepercayaan Arya.Liyana sangat terkejut, marah, kesal, kecewa, perasaannya campur aduk tidak lagi bisa di jelaskan. Liyana yakin, pria itu pasti tau dimana Arya berada sekarang. Namun, pria itu juga tetap bungkam tidak memberitahu Liyana.*****Sementara, Arya yang sedang dalam pencarian Liyana masih sibuk dengan urusan bisnisnya. Menetap untuk sementara waktu di luar kota jakarta. Arya kini tengah berada di kalimantan. Selama berada di kalimantan tentu Arya bertemu banyak wanita. Arya berusaha melupakan Liyana dengan mulai kembali membuka hati untuk wanita lain.Namun, sejauh ini Arya belum juga bisa melupakan Liyana. Meski terkadang Arya menikmati kebersamaannya dengan wanita lain di sana. Tapi, pemilik hatinya sampai saat ini masih tetap Liyana.***Liyana masih terus berharap pencariannya tidak akan sia-sia. Teringat sebuah ucapan yang entah Liyana lupa siapa yang tak sengaja mengatakannya itu kalau Arya ke luar kota. Liyana pu
"Mas Arya tunggu Mas, jangan tinggalkan aku Mas ! Mas !" teriak Liyana tatkala melihat mantan suaminya terus berjalan menjauh dari dirinya. Liyana seolah tak berdaya, hanya mampu melihat tanpa bisa mengejar. Arya terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan Liyana."Mimpi ini lagi" suara Liyana begitu lirih dan di penuhi dengan kegelisahan. Sesaat setelah ia terbangun dari mimpi yang sama, yang sudah beberapa malam terus menghantuinya.Liyana tak ingin mimpi buruknya itu menjadi kenyataan. Bagaimana pun Liyana tidak ingin kembali kehilangan pria yang di cintainya, setelah dulu Liyana kehilangan cinta pertamanya Ari. Sekarang, Liyana tak akan membiarkan dirinya kehilangan Arya. Liyana tidak akan membiarkan cintanya kembali hilang untuk yang ke dua kalinya.Ari adalah cinta pertamanya, yang kemudian meninggalkannya tanpa pesan. Menghilang entah kemana sampai suatu hari baru Liyana ketahui kalau Ari telah meninggal setelah menikah dengan Arya yang tak lain adalah kakak kandung dari Ari.**
Liyana menghela nafas berat, sesak terasa dalam dada. Namun, Liyana masih terus bertahan. Karena tekadnya yang tak ingin lagi kehilangan.Dalam angkutan umum, Liyana masih memikirkan solusi bagaimana mencari Arya selanjutnya. Sadar kalau Liyana tidak memiliki petunjuk apa pun, membuatnya harus berpikir dengan cara apa lagi kini ia mencarinya. Meski terkadang rasa lelah menghampiri karena tak kunjung bisa menemukan Arya.Liyana tertunduk lemas, tatkala teringat kembali dengan semua kebohongan yang Arya lakukan."Seandainya kamu tidak pernah melakukan kebohongan itu Mas" keluh Liyana.Liyana pikir dirinya akan hidup baik-baik saja setelah perceraiannya. Ternyata, Liyana tidak bisa tanpa Arya, pria dewasa itu berhasil membuat Liyana tidak bisa tidur lelap di setiap malam. Pria yang akhir-akhir ini melekat dalam ingatannya, mengganggu setiap aktivitasnya, dan memenuhi setiap lamunannya. Arya telah berhasil mencuri perasaannya setelah perceraian terjadi. Liyana menyesap teh manis yang ten
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam