Liyana mencoba memakai kebaya yang mirip gaun pemberian Tiara. Perfect, gaun yang indah, sangat cocok di kenakan oleh Liyana. Badannya yang ramping namun berisi terlihat sangat pas dalam balutan gaun kebaya yang ia coba. Terlihat sangat indah di pandang mata."Terima kasih." Liyana mengirimkan pesan kepada Tiara.Di sebuah ruangan, Arya duduk seorang diri. Memandang jendela yang memperlihatkan pemandangan luar. Sesekali tangannya mengetuk meja yang ada di hadapannya. Pikirannya mendadak menerawang jauh, memikirkan seorang wanita yang terus saja hadir dalam pikirannya, wanita itu tak lain adalah Liyana. Entah mengapa, usai perceraian memisahkan, bayangan Liyana seakan tak luput dalam ingatan Arya.Semalaman, Arya terus memikirkan Liyana. Wajah Liyana semakin jelas dalam bayangan Arya, membuatnya tidak dapat memejamkan mata. ***Pagi hari, Arya terbangun dengan bayangan hitam di bawah kelopak matanya. Pertanda kalau Arya tidak tidur dengan baik. Ya, semenjak perceraiannya dengan Liyan
Sama seperti biasanya, Liyana kembali ke rumah dengan menaiki taksi yang sudah ia pesan. Sesampainya di rumah, Liyana langsung merebahkan tubuh lelahnya. Setelah selesai membersihkan diri sepulang dari menghadiri pesta pernikahan Tiara di atas ranjang kamarnya.Saat hendak memejamkan matanya, Liyana kembali teringat akan kenangan manis yang pernah ia lewati bersama Arya. Liyana pun kembali terduduk, menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Merasa frustasi karena kenangan Arya terus menari-nari dalam ingatannya.Liyana pun memutuskan untuk membuka laptop. Berusaha mencari lowongan pekerjaan. Siapa tahu dengan bekerja bisa mengurangi sedikit demi sedikit ingatan tentang Arya yang terus menghantuinya.Setelah lama mencari, akhirnya ada satu lowongan yang di rasa cocok untuknya. Sama seperti sebelumnya, bekerja di sebuah caffe menjadi pelayan. Karena sebelumnya Liyana sudah memiliki pengalaman, jadi Liyana rasa peluang di terima bekerja lebih besar.Pagi hari, Liyana bergegas untuk berang
"Liyana, bangun !" Dengan menggoyangkan tubuh Liyana, ibunya mencoba membangunkannya."Bangun Li !" Ucap ibunya lagi karena anaknya belum juga kunjung bangun."Tidaaak !" Teriak Liyana, bangun dari tidurnya dan langsung terduduk, membuat ibunya ikut terlonjak kaget."Ternyata hanya mimpi." Gumam Liyana dalam hati."Astagfirullah, Li kenapa kamu? Apa kamu mimpi buruk?" Tanya ibu setelah mengusap dadanya karena kaget dengan teriakan Liyana."I-iya bu, tadi mimpi buruk." Jawab Liyana masih lemas, akibat menangis karena mimpinya yang cukup menguras tenaga."Ya sudah, kamu tidur lagi sana. Jangan lupa berdo'a ! Ibu juga mau kembali tidur." Titah ibunya, seraya mengingatkan dan berlalu pergi keluar dari kamar.Liyana masih terduduk, dengan kedua kaki yang bertumpu di dada. Mengusap wajahnya kasar seraya menyibakkan rambut ke belakang dengan tangannya.Setelah mimpi yang dialaminya tadi. Liyana menjadi tidak bisa tidur kembali. Pikirannya selalu tertuju kepada Arya mantan suaminya. Perasaan
Seperti orang yang sedang frustasi. Liyana menekuk lututnya hingga menempel pada dada. Memeluk kaki dan meletakkan dagunya di atas lutut. Memandang jari kakinya dengan netra yang berembun.Ratusan kenangannya bersama Arya berkeliaran dalam kepalanya. Sungguh itu adalah sebuah siksaan. Karena sesungguhnya Liyana mencintai Arya dalam diam. "Mungkin Arya sudah lebih dulu, melangkah menjauh meninggalkan segala kenangan bersamanya." Pikir Liyana."Mau sampai kapan aku terus begini?" Liyana bertanya di dalam hati, kepada dirinya sendiri.Suasana begitu hening. Entah kepada siapa kini Liyana berbagi. Semenjak sahabatnya Tiara menikah, tidak ada lagi yang bisa menemaninya berbicara. Sebenarnya Tiara sama sekali tidak keberatan, jika Liyana ingin bertemu dengannya. Bahkan Tiara selalu menanyakan kondisi kehidupan Liyana. Namun, Liyana merasa tak enak hati, kalau harus mengganggu kehidupan baru sahabatnya. Liyana meletakkan tas jinjing ke atas meja. Melangkah masuk ke kamar mandi. Menikmati
Kepala Liyana semakin terasa berdenyut pusing menjalar di seluruh bagian kepala. Sesaat setelah terbangun kembali dari tidur singkatnya. "Mungkin ini memang sudah nasibku, selalu tersakiti" batin Liyana. Tanpa terasa ada air mata yang menetes. Meski sudah berusaha berkawan dengan rasa sakit. Namun, rasa itu tetap bisa membuat Liyana terluka.Liyana bingung harus berkeluh kesah kepada siapa. Hanya sahabatnya Tiara tempatnya biasa mengadu. Namun, Tiara kini berada di tempat yang jauh. Liyana tidak ingin membuatnya khawatir dengan keadaan hatinya sekarang. Liyana pun mengurungkan niatnya untuk bercerita.Liyana mencoba ikhlas dengan nasibnya. Nasib yang membawanya dalam keterpurukan. Liyana percaya jika kehidupannya pasti akan berubah. Tidak selamanya akan selalu menyedihkan. Pasti akan ada kebahagiaan di depan sana.Tak berselang lama, Liyana pun bangkit. Berganti pakaian agar terlihat lebih santai. Setelah terdengar suara ibunya memanggil untuk sarapan. Liyana keluar kamar, berjalan p
Hening.Meski Tiara sudah berbicara panjang lebar, Liyana hanya diam. Namun, semua ucapan sahabatnya itu begitu mengena di relung kalbu. "Kenapa kamu begitu bodoh Li? Jangan biarkan egois membentengi kewarasanmu untuk menyadari perasaanmu selama ini." Tuntut Tiara."Mungkin Tiara memang ada benarnya" gumam Liyana di dalam hati."Saatnya kamu berjuang Li, jangan sampai penyesalan menghantuimu seumur hidup. Dari pada kamu menyakiti dan menyiksa diri sendiri dengan terus di hantui bayangan Arya. Lebih baik kamu cari cara penyelesaian yang terbaik. Mungkin orang lain bisa kamu bohongi tentang perasaanmu yang sebenarnya. Tapi kamu tidak bisa membohongiku Li. Aku mengenalmu bukan baru satu atau dua bulan. Aku tahu apa yang benar dan tidak benar yang kamu ucapkan. " Tiara berusaha menerangkan.Suasana kembali hening. Liyana menyuapkan makanan yang sudah tersaji di atas piring di depannya. Namun, pikirannya masih tetap pada Arya dan perkataan yang Tiara ucapkan barusan.Setelah hampir dua
Jam 8 pagi Liyana baru terbangun. Setelah duduk beberapa menit Liyana bangkit dari pembaringan. Melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dan di rasa cukup segar. Liyana pun segera melangkah keluar kamar.Berjalan menuju taksi yang sudah ia pesan. Taksi pun melaju setelah Liyana memberi alamatnya. Menuju kediaman Arya.Ya, setelah lama berpikir. Akhirnya Liyana pun memutuskan untuk mendatangi kediaman Arya. Tepat di satu bulan usai perceraian. Satu bulan sudah Liyana juga meninggalkan rumah ini. Dan hari ini dengan perasaan yang masih tidak karuan Liyana kembali menginjakkan kaki di sini. Bahkan, Liyana masih bisa melihat dengan jelas semua kenangannya bersama Arya dalam rumah ini.Tidak ada yang berubah dengan suasana rumah mewah milik mantan suaminya ini. Masih sama seperti dulu. Saat Liyana masih tinggal di sini. Tanpa Liyana sadari matanya mulai mengembun. Ia seperti melihat dirinya dan Arya sedang berbincang di ruang tengah. Di tempat itulah mereka se
"Jam berapa ini?" Tanya Liyana dalam hati sambil melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah hampir setengah hari, Liyana masih berada dalam kamarnya. Liyana terus membuka dan menutup laptop berkali-kali. Jari-jarinya menari di atas tombol laptop mengetikkan nama bahkan tempat yang ingin ia temukan.Perasaan harap-harap cemas terus menemani Liyana. Cemas karena takut tak bisa lagi bertemu dengan Arya. Namun, Liyana juga tak berhenti berharap agar pencariannya tak sia-sia. Meski Liyana mencoba mengubur dalam-dalam rasa cemasnya, akan tetapi semuanya tidak mudah di sembunyikan.Sambil meremas-remas jari tangannya Liyana menatap layar laptop, menunggu pencarian yang masih berputar dengan dada berdebar. Liyana berharap kali ini akan ada setitik harapan. Dan beberapa menit kemudian, pencarian masih belum berhasil. Liyana kembali gagal untuk menemukan keberadaan Arya.Liyana seakan merasa semakin putus asa. Namun, Liyana kembali bangkit dan merasa tak boleh membuang-buang waktu. Ta
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam