“Ayo, kita main,” ajak Septa dengan bersemangat.Julie memicingkan matanya begitu melihat sang kakak tiba-tiba berubah jadi sangat antusias. Di antara kedua kakaknya, Septa memang yang paling berisik. Namun Julie tahu, keberisikan kakaknya kerap kali menimbulkan masalah.“Main apa?” Di sisi lain, sebagai adik ipar Septa (meskipun ia seusia dengan Septa), Ipang tentu saja meresponsnya dengan sama antusiasnya sebagai bentuk hormat.Keluarga Julie secara mendadak menginap di rumah pasangan pengantin baru tersebut. Meski heran, Julie tetap mengiakan usulan Janu tersebut. Ia menyiapkan kamar untuk dua keluarga kecil kakaknya dan orangtuanya, selagi dua kakak iparnya sibuk menelepon ke tiga rumah untuk minta dibawakan baju ganti.Benar-benar tidak terencana.“Truth or dare!”“Idiiih, kayak anak kuliah baru kenal satu semester aja,” cibir Julie langsung.“Kenapa? Takut?” Janu bertanya balik yang diikuti kekehan istrinya. “Kamu waktu Abang mau nikah dulu, paling semangat ngajak main truth or
Pernahkah kamu merasa bahagia yang sampai membuatmu sesak karena… kebahagiaan itu terlalu besar daripada apa yang kamu bayangkan?Sampai-sampai kamu menyangka kalau kamu tengah bermimpi dan berharap tidak ingin bangun dulu.“Coba dong, Mas, panggil aku lagi kayak semalem.”Ipang yang tengah berbaring, tak kuasa menahan senyum geli di wajahnya mendengar pertanyaan Julie. Julie menunggu, tapi lelaki itu masih saja tertawa.Karena sebal, ia pun merangkak naik ke tubuh suaminya hingga lelaki itu terbatuk kaget. Perbedaan proporsi tubuhnya membuat tubuh Ipang jadi sesuatu yang bisa dinaiki dengan mudah.Julie berbaring menelungkup, kedua punggung tangannya ia jadikan tumpuan untuk dagunya di dada sang suami.Ipang menarik tubuhnya supaya kepalanya lebih naik ke bantal dan agak lebih tinggi agar bisa memandang istrinya.Tangan Ipang bergerak merapikan rambut Julie, lalu ia buka suara, “Are you lost, baby girl?”“Iiih!” Julie memekik kesal karena Ipang malah mengucapkan dialog terkenal dari
“Astaga, kayak masih gadis aja kamu, Jules, baru turun jam segini.”“Maaf deh, tadi tidurnya bablas soalnya.”Janu menggeleng pelan melihat kelakuan adiknya. “Aku, Septa, dan Ipang malah udah selesai jogging.”“Abang jogging?”“Iya, biar sehat.”Ivanka yang baru kembali dari dapur langsung mencibir mendengar jawaban suaminya. “Dia baru olahraga tuh karena dua minggu ini badannya pegel-pegel terus, Jules. Coba kalau nggak gitu, kerjaannya ya nonton aja di rumah kalau libur.”“Sayang…,” gumam Janu ketika rahasianya malah dibocorkan sang istri.Julie langsung tertawa heboh dan memancing keisengan Janu untuk menarik ujung rambutnya, hingga Julie memekik dan berbalik ingin membalas kelakuan kakaknya. Sayang, Janu sudah lebih dulu berlari menghindar dan membuat Julie sibuk mengejarnya.“Nggak peduli kalau Janu udah kepala tiga, kalau udah sama adiknya tetep aja kejar-kejaran kayak anak kecil,” kata Ivanka pada Ipang yang ada di sebelahnya.Ipang tertawa saja mengamati bagaimana rumahnya kin
“Jules, dateng reuni nggak?”“Reuni apa?”Candy mendecakkan lidahnya. “Pasti kamu nggak liat notif dari grup deh.”Suri mengotak-atik ponselnya dan setelah menemukan yang ia cari, ia sodorkan ponselnya pada Julie.Rupanya di grup angkatan SMA mereka sudah ramai membicarakan reuni yang akan diadakan dua minggu lagi. Julie memang masuk ke grup itu, tapi hanya karena biar tidak dicari-cari kalau sedang diabsen dan sebenarnya ia tidak pernah membaca isinya sama sekali.Julie juga mengaktifkan mode mute untuk notifikasi grupnya, sehingga ia tak pernah tahu kalau sebentar lagi akan ada reuni.“Mesti RSVP ya?” tanya Julie seraya membaca detail acara yang dibagikan di grup tersebut.“Iya, terakhir RSVP hari Jumat ini,” jawab Candy. “Ikut nggak, Jules? Kalau kamu nggak ikut, aku juga nggak ikut.”“Ih, kok gitu?” Julie langsung mengerucutkan bibirnya. Ini reuni pertama yang digelar besar-besaran, untuk lima angkatan sekaligus.Selama ini, bukannya tidak pernah ada ajakan reuni—perkelas atau per
Mama Shanine: Julie, Jumat ini Gusti ulang tahun. Biasanya kita ngerayain di rumah aja sih. Kamu sama Ipang bisa dateng nggak kira-kira?Mama Shanine: Ditunggu kabarnya ya, Cantik. ;)Julie melirik suaminya yang sedang tertawa terbahak-bahak menonton Glee season 2 yang diputar Julie di televisi. Setelah makan malam, Julie memang bilang ingin menonton ulang Glee yang dulu pernah jadi favoritnya dengan Suri dan Candy.Ipang pun mengikutinya saja karena sedang tak ingin mengerjakan pekerjaan ketika ia bersama Julie.“Mas,” panggil Julie dengan pelan. “Mama Shanine chat aku.”“Oh, chat apa?” tanya Ipang dengan santai.Ipang memang tidak menyukai semua ibu serta adik tirinya, tapi ia tidak pernah membatasi Julie untuk membaur dengan mereka. Ipang mengerti, Julie tidak akan mengerti sepenuhnya apa yang ia rasakan karena Julie bukan Ipang.Jadi Ipang tak ingin memaksakan konsep pemikirannya pada Julie mengenai keluarganya. Toh selama ini Julie juga tidak pernah benar-benar memaksa Ipang untu
“Pak Djoko langsung pulang aja ya. Nanti saya pulang sama Mas Ipang kok,” pesan Julie pada sopir yang seharian ini menemaninya.Lelaki paruh baya itu mengiakan dan mengatakan kalau ia akan pulang sekarang. Julie pun berpesan padanya agar hati-hati, lalu pamit masuk ke kediaman Ailendra.Keriuhan dari arah ruang tengah sudah terdengar begitu Julie melangkah masuk. Nilam jadi orang pertama yang menyadari kehadirannya. Perempuan berwajah manis dengan rambut ikal itu langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.“Mbak Julie!” sapanya dengan riang, ia menghampiri Julie dan menggandeng tangannya. “Akhirnya dateng juga, kirian bakal telat. Kata Mama, salonnya Mbak Julie ada di tempat yang macet banget,” cerocos Nilam tanpa jeda.“Mbak berangkat lebih cepet biar nggak kena macet,” jawab Julie. “Mana nih yang ulang tahun?”“Tuh, lagi ngerayu Mama Shanine buat makan kue ultahnya sekarang. Padahal tamu undangannya aja belum dateng semua."Julie ikut tertawa dan bergegas ke ruang tengah di mana ket
Rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali Ipang menginjakkan kaki di kediaman keluarganya. Padahal Ipang juga masih ingat dengan jelas bagaimana ia makan malam di sini bersama Julie beberapa waktu yang lalu.“Den Ipang,” sapa salah seorang ART yang membukakan pintu untuk Ipang. “Udah ditunggu yang lain di ruang makan, Den.”Ipang mengucapkan terima kasih dan melangkah masuk ke rumah yang punya banyak kenangan tentangnya dan sang ibu. Di ruang tamu, langkah Ipang sempat terhenti ketika pandangannya terpaku pada foto keluarganya yang masih digantung di sana.Fotonya dengan Suri, ibu, dan ayahnya.Di bawah figura besar tersebut, ada juga foto-foto sang ayah dengan istri kedua, istri ketiga, dan istri keempatnya, juga dengan anak-anak mereka.Keriuhan di ruang makan yang samar-samar terdengar menyadarkan Ipang kalau ia sudah terlalu lama berhenti di depan deretan figura tersebut. Ia melirik potret keluarganya sekali lagi, lalu kembali melangkah tanpa menoleh sama sekali.Orang
“Yesss, bukan capcay!”“Bosen ya makan capcay?”“Sedikit,” aku Julie seraya meringis. “Makasih, Mas.”Ipang ikut tersenyum lebar saat Julie mencium pipinya dengan spontan. Mereka sarapan bukan dengan capcay untuk hari ini sampai seminggu kedepan—Ipang sudah berpesan pada Mbak Widi untuk menu sarapan mereka sejak pagi tadi.“Hari ini aku ke salon ya, Mas. Mas hari ini mau ngapain di rumah?” tanya Julie seraya menyodorkan piring Ipang yang sudah ia isi dengan menu sarapan mereka hari ini.“Aku mau ikut kamu aja ya?”“Emang nggak bosen?”“Nggak kok. Sekalia
"Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."
“Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri
Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku
“Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i
Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,