Home / Pernikahan / Terpaksa Menikahi Musuh / Bab 3| Tak Pantas Dimaafkan

Share

Bab 3| Tak Pantas Dimaafkan

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Maaf Dok, semua ini memang salah saya."

Ayana menunduk sesal. Ia tahu kata maaf tidak akan memperbaiki keadaan. Hanya saja Ayana tetap melakukannya, setidaknya dengan meminta maaf bisa sedikit mengurangi rasa bersalah di hatinya. Ayana sedang berada di ruang kerja dokter Harold, terletak di lantai enam belas dengan ukuran cukup luas membuat siapa saja bisa melihat pemandangan kota New York yang padat dan tidak pernah tenang.

"Duduklah dokter Ayana,” titah dokter Harold ramah.

Pria berambut ikal halus ini memang terkenal ramah. Semarah apa pun atau sebesar apa pun rasa kecewanya terhadap seseorang, ia tidak pernah menunjukkannya secara gamblang. Semampunya dokter Harold selalu berusaha menjaga perasaan orang-orang di sekitarnya. Ayana tergelak, ia menuruti perintah dokter Harold untuk duduk meski ragu.

"Sekali lagi maafkan saya."

"Jika kamu menyesal, ubahlah sifat burukmu itu Ayana."

Dokter Harold meletakan kedua tangan kekarnya di atas meja. Ia ingin membicarakan hal serius kali ini. Keputusan bijaksana yang diharapkan bisa memperbaiki keadaan untuk ke depannya.

"Akan saya usahakan."

"Buktikan kata-katamu dan inilah waktu yang tepat untuk itu.”

“Apa yang harus saya lakukan untuk menebus semua kesalahan saya hari ini, Dok?"

“Bergabunglah bersama dokter Andres di tim HPB 1.”

"Apa?!" pekik Ayana terkejut bukan main.

"Saya sudah memutuskan mulai hari ini dan seterusnya kamu berada di bawah naungan tim 1 HPB."

"Lalu bagaimana dengan Andres, ah maksud saya dokter Andres?"

Ayana merasa sesuatu yang tidak ia harapkan akan menimpanya. Wanita itu terlihat harap-harap cemas menanti penjelasan dr. Harold selanjutnya.

"Dia tetap di tim satu, sebagai atasanmu. Kamu akan menjadi asistennya.”

Mata almond itu membulat sempurna, ini kabar buruk yang ingin Ayana sanggah kebenarannya.

"Tapi Dok, saya tidak bisa bekerja sama dengan dokter Andres dalam hal apa pun. Anda lihat sendiri bukan, baru pertama kami disatukan dalam ruang operasi dan nyaris terjadi malapetaka. Jadi saya keberatan dengan keputusan Anda.”

"Apa yang membuatmu merasa keberatan? Karena dokter Andres ada di sana? Karena dia akan menjadi atasanmu? Kamu merasa terhina menjadi bawahan dari rivalmu, begitu?" tanya dokter Harold bertubi-tubi.

Benar, tidak ada satu pun keliru dari ujaran dokter Harold itu. Ayana memang tidak bersedia dipindahkan karena semua alasan itu. Entahlah, bagaimana nasibnya jika hal mengerikan itu benar-benar terjadi.

"Inilah kelemahan terbesarmu, Ayana. Kamu selalu meledak-ledak jika menyangkut sesuatu tentang dokter Andres. Sikapmu sangat tidak wajar, itu berlebihan.”

Dokter Harold mencoba mengeluarkan pendapat rasionalnya dengan hati-hati. Ayana menyimak dengan saksama, ada sengatan memilukan dari tiap kata yang terlontar dari lisan dr. Harold.

"Saya tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi kalian. Saya juga tidak sedang membela Andres. Hanya saja semakin hari sikapmu sudah tidak bisa saya maklumi. Tidak cukupkah surat peringatan yang sering kalian dapat selama ini? Ayolah Ayana, ini tidak benar. Sudah tiga tahun berlalu, seharusnya kamu melupakan kejadian itu. Bukan Andres atau dirimu yang salah, tapi wanita itu. Dia yang seharusnya menjadi sasaran kebencianmu."

Dokter Harold kembali mengingatkan. Lambat laun arah pembicaraan ini sedikit melenceng dari topik pembahasan utama. Ayana sadar dokter Harold melakukan ini demi kebaikannya. Ketua seksi pelayanan medis itu memang perhatian padanya, terlebih dokter Harold adalah teman dekat ayahnya, Kendra.

"Saya mengatakan ini bukan sebagai atasanmu. Tapi sebagai kerabat dekat Ayahmu," lanjut dokter Harold, Ayana terdiam.

 Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa, mendadak perpustakaan katanya kosong tak berpenghuni.

"Setiap hari Andres selalu menghadapi sikapmu dengan tenang. Saya menghargai kedewasaannya, mungkin dia selalu tampak baik-baik saja tapi apa kamu yakin itu yang dia rasakan sebenarnya?”

"Dokter, saya ...."

"Masuklah ke tim satu dan jalankan tugasmu dengan baik. Kamu boleh pergi sekarang."

Ayana memang merasa berhutang budi pada Andres. Orang itu telah menyelamatkan pasien yang nyaris ia bunuh dengan kelalaiannya. Namun bukan berarti Ayana bisa mengangkat gencatan senjata dengan mudah. Kesalahan Andres yang mempermalukannya telak waktu itu sulit dimaafkan. Ayana harus menanggung kejamnya terkurung di balik jeruji besi yang menyeramkan. Semua pengalaman buruk itu dihadiahkan Andres pada Ayana dengan tega. Kebencian tumbuh sejak saat itu lalu mengakar dalam di dada Ayana.

***

"Apa ini saatnya memaafkan pria sialan itu?"

Ayana bersandar lemas pada tembok. Dia sedang berada di tangga darurat. Tempat favoritnya untuk menyendiri di kala pekerjaan menguras kekuatan. Ayana menurunkan posisinya dan duduk di salah satu anak tangga sambil merangkul kedua lutut. Lagi-lagi Andres mengacaukan harinya, bukan hanya kepala yang dibuat berdenyut namun hati wanita itu juga.

Ayana

Kamu bisa jemput aku di rumah sakit?

Ayana memejamkan mata begitu pemberitahuan pesan terkirim ia terima. Dalam keadaan seperti ini, hanya Willy satu-satunya orang yang bisa membuatnya tenang. Hanya pundak kokoh Willy yang bisa menghilangkan resah gelisah yang tengah ia rasa.

Willy

Ok, tepat pukul lima sore aku akan tiba di sana. Kamu sudah makan siang?

Ayana tak kuasa menahan senyum bahagia. Perhatian kecil semacam ini selalu mampu menggetarkan jiwa Ayana begitu hebat dan lambat laun emosinya mulai kembali stabil. Ia tak ingin memikirkan Andres selagi Willy bisa memberinya kebahagiaan utuh seperti ini. Jari-jari Ayana tampak terampil ketika memberikan balasan pesan untuk Willy.

Ayana

Belum, aku baru selesai operasi. Melihat banyak darah membuatku tak nafsu makan. Kamu sendiri sudah makan siang belum?

Willy

Hm, masa dokter takut makan setelah melihat darah, sih? Jangan skip makan siang, Sayang, atau aku akan marah. Btw, aku sudah makan siang tadi bersama rekan kantorku.

Ayana tak membalas pesan terakhir tunangannya. Seperti yang diharapkan, setelah menghubungi Willy perasaannya membaik dan mengembalikan semangat Ayana yang tadi sempat hilang. Wanita itu memutuskan pergi dari sana. Sebelum melangkah naik, sayup-sayup Ayana mendengar suara aneh dari arah bawah. Ia ingin berusaha mengabaikan namun suara itu kian mengganggu telinga, seakan menahannya untuk tetap berada di sana. Perlahan namun pasti Ayana berjalan ke arah sumber suara pelan-pelan. Mata gadis itu melebar, sedetik kemudian ia menerbitkan senyum sinis. Suara menjijikkan itu terus menguar di telinganya. Sejoli sedang bercumbu panas di bawa sana, mereka belum menyadari kehadiran Ayana.

"Wow, pemandangan macam apa ini?” ujar Ayana mengejutkan dua orang tadi.

Sang wanita mendongak sementara si pria dengan santai tersenyum mendengar suara Ayana. Aneh memang, harusnya Andres marah besar atas kelancangan Ayana mengganggu kenikmatannya akan tetapi pria itu justru terlihat senang dan tidak marah sedikit pun.

"Apa yang harus kita lakukan Andres?" tanya si wanita cemas, perawat itu takut jika Ayana melaporkan kejadian ini pada ketua perawat.

Dilarang berkencan selama jam kerja, tampaknya peraturan itu sudah cukup menggentarkan hati sang perawat yang khawatir ia akan kehilangan pekerjaannya karena masalah ini.

"Serahkan padaku, kamu boleh pergi," seru Andres tenang.

Atas perintah Andres, Bianca pun pergi lebih dulu dari ruangan itu. Kini hanya tersisa Andres dan Ayana. Ya, hanya mereka berdua.

"Jadi setelah menyombongkan diri di ruang operasi, beginilah caramu menghilangkan penat?" tanya Ayana bermaksud menyindir.

"Mm, kamu mau mencobanya denganku?"

Seperti biasa ketenangan selalu ditampilkan Andres dalam setiap pembicaraannya dengan Ayana.

"Jangan harap!" tolak Ayana tegas dengan tatapan tajam mengkilap, Andres terkekeh.

"Aku mengajakmu senang-senang, malah tidak mau. Rugi kamu nanti.”

"Hhh, bisa-bisanya kamu masih bersikap pongah setelah apa yang terjadi. Aku memegang kartu AS yang bisa menghancurkanmu!” ancam Ayana percaya diri.

“Oh ya?” sahut Andres singkat diselingi kekehan geli, ia menaiki anak tangga berusaha mencapai titik di mana Ayana berada.

“Iyalah, kamu tidak takut?!”

"Tidak.”

"Waw, besar juga nyalimu, oke kalau maumu begitu aku akan mengumumkan pada semua orang bahwa kamu bercumbu di rumah sakit. Nama baikmu akan hancur, lihat saja nanti!”

“Memangnya kamu punya bukti atas tuduhanmu itu?”

“Aku jelas melihatnya sendiri, itu adalah bukti!”

“Siapa yang akan percaya padamu, semua orang tahu kamu sangat membenciku selama ini. Paling mereka akan berpikir kalau kamu sedang mengarang cerita untuk menjatuhkanku. Lain kali kalau mau mengancam main cerdas, dong.”

Astaga, dasar  Ayana bodoh! Kenapa tidak kamu rekam kejadian tadi, hah?! Rutuk gadis itu kesal pada dirinya sendiri yang sangat gegabah.

"Aku pikir kamu sudah pintar, ternyata masih sama. Masih sering bertindak tanpa dipikir terlebih dulu. Jangan buat aku kembali membencimu dokter Ayana," sorot mata Andres yang semula datar kemudian menajam dan mencekam.

Ada begitu banyak rasa yang sulit ditafsirkan dari tatapan mematikan pria itu. Hingga pada puncaknya, ketajaman itu perlahan meneduh berganti dengan sorot jahil seperti yang biasa ditampilkan.

"Kamu terlalu cantik untuk aku benci, jadi jangan melakukannya lagi, ya?”

Pria itu berjalan santai, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putih dan membiarkan Ayana terhanyut dalam geming kebisuan.

"Ah, tunggu beberapa menit setelah kepergianku. Kamu tidak mau bukan orang-orang berpikir macam-macam tentang kita yang keluar dari ruangan ini sama-sama?”

Tangan Ayana mengepal jengkel, dadanya kembang kempis menyerukan kemarahan.

“Kamu memang tidak pantas mendapatkan maafku, dasar Andres sialan!”

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 4| Tertangkap Basah

    "Sudah lama?" tanya Ayana menghampiri Willy."Belum, hanya lima belas menit. Satu jam pun aku sanggup untuk menunggumu, Ayana."Willy mulai menggombal, Ayana tersipu lantas memukul pelan dada bidang prianya. Willy mengunci tangan mungil itu di sana, mengikis jarak antara dirinya dengan Ayana kemudian merengkuh kekasihnya erat."Ahh, aku rindu sekali pelukan wanita manja ini," tutur Willy, menyimpan dagunya pada puncak kepala Ayana."Aku juga rindu kamu,Wil. Kamu tahu, akhir-akhir ini Andres kembali berulah. Aku selalu dibuat kesal setengah mati olehnya," rajuk Ayana sambil mengeratkan pelukannya.Gadis itu menenggelamkan wajah lelahnya pada dada bidang sang kekasih; mencium aroma maskulin khas prianya yang teramat ia suka."Dia memang menarik, aku jadi ingin kenal lebih dekat dengannya.”"Itu ide tergila yang pernah aku dengar. Sebaiknya kamu tarik kata-katamu barusan,Wil. Kamu pasti menyesal.""Kenapa?

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 5 | I Love You, Wil!

    "Kamu masih kesal padanya?" tanya Willy.Saat ini ia dan Ayana sedang berada dalam perjalanan pulang. Setelah sebelumnya pasangan kekasih itu sempat meluangkan waktu mereka untuk makan malam di restoran langganan mereka yang ada di kawasan Soho, Manhattan."Tentu, dia pasti merekam kita saat ciuman tadi,Wil. Bagaimana kalau dia menyebarkan foto atau video ciuman kita? Aku harus bagaimana?”"Tidak usah dipikirkan, tenang saja, semua itu tidak akan terjadi. Dokter Andres tidak akan melakukannya.""Kamu tidak tahu saja betapa menyebalkannya pria itu, dia orang sinting yang rela melakukan apa saja demi melihatku kesulitan.""Dokter Andres benar, sepertinya kamu memang tahu banyak tentangnya.”"Oh God, jangan bilang kamu cemburu padanya,Wil?""Jika benar, memangnya kenapa?"Ayana terkekeh geli. Wanita itu tidak habis pikir bagaimana bisa Willy cemburu akan hubungan uniknya dengan Andres. Ini seperti

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 6| Dilema

    Willy Tolimson, pria itu masih sibuk berkutat dengan segudang pekerjaan yang di San Capital Corporation, perusahaan milik keluarganya. Ia menjabat sebagaimanajer keuangan di sana. Terlahir dari pasangan Calvin Tolimson dan Dyana, membuat kehidupan Willy begitu diberkati dengan materi yang melimpah. Sejak kecil pria muda bertalenta ini memang sudah diarahkan untuk belajar bisnis dan mengelola perusahaan.Tidak seperti kebanyakan anak konglomerat lain yang merasa terkekang atau terbebani oleh keinginan orang tuanya. Willy justru sangat menikmati kehidupannya. Ia mencintai keluarganya, juga segala aturan yang berlaku di sana. Terlepas dari segala kesenangan hidup yang Willy punya, pria itu tengah menatap kertas undangan pernikahannya dengan lekat. Ia memejamkan mata dan menghempaskan tubuhnya ke sebuah sofa panjang yang ada diruang kerja pribadinya."Apa yang harus kulakukan?" desahnya frustrasi.Menjelang hari pernikahan yang tinggal satu minggu lagi suasana

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 7| Aku Akan Menikahinya

    "Selamat pagi," sapa beberapa penghuni di ruang kerja tim satu departemen HPB.Mereka menyambut Ayana dengan baik meski ada beberapa yang tak menganggap kehadirannya. Ayana tersenyum kikuk. Ia belum terbiasa bekerja di tim itu walau sudah satu minggu ia bergabung di sana."Dokter Ayana, katanya minggu depan dokter akan menikah, ya?” tanya Gerald, salah seorang dokter di sana."Iya, benar. Kalian mau datang?" tanya Ayana mencoba seramah mungkin.“Bolehkah? Kalau tidak keberatan tentu kami mau datang ke pernikahan Anda, Dok,” sahut Gerald langsung disepakati tiga rekannya yang ada di sana, mereka juga tertarik untuk datang ke pernikahan Ayana.“Tentu saja boleh, nanti aku berikan undangan pada kalian, tunggu saja. Oh ya, dokter Andres mana?” tanya Ayana tiba-tiba membuat tiga orang di sana saling tatap heran.Kabar perseteruan Ayana dan Andres sangat melegenda di rumah sakit itu, jadi wajar kalau setiap departemen

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 8| Luka Masa Lalu

    Ayana sedang sibuk menyiapkan acara pernikahannya. Mulai dari vendor, EO, dekorasi, dan hal-hal terkecil untuk pernikahannya diatur oleh gadis itu. Willy dan orang tuanya sedang ada di Indonesia, tiga hari sebelum pernikahan Willy pamit ke Indonesia pada Ayana untuk mengurus bisnis di sana.Sejauh ini semuanya berjalan sesuai dengan rencana, tidak ada kendala berarti yang memusingkan sang empunya hajat. Jika dipersentasekan mungkin persiapan pernikahan Ayana sudah mencapai angka 95%. Ayana sangat bahagia, tidak menyangka jika hubungannya dengan Willy yang baru berjalan satu tahun ini bisa berujung di pelaminan. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi istri yang baik untuk Willy. Kepala gadis itu sudah dipenuhi oleh rencana-rencana indah yang siap ia realisasikan usai menyandang status sebagai istri sah Willy Tolimson.Sudah satu minggu Ayana tidak berhubungan dengan Willy. Rencananya Willy dan keluarga baru akan terbang ke New York besok pagi. Mengingat acara per

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 9| Unexpected Wedding

    Katedral St. Patrick08.35 amKatedral St. Patrick, bangunan bergaya Neo-Gothic ini terletak di kawasan Midtown Manhattan, New York City. Sekitar setengah jam perjalanan dari kediaman Ayana yang berada di pemukiman Civic Center. Gereja rancangan James Renwick Jr. Dan Wiliiam Rodrigue ini akan menjadi saksi penyatuan cinta Ayana dan Willy. Ya, tepat di hari sabtu agung ini keduanya akan mengucap janji suci. Dihadiri puluhan orang, yang terdiri dari kerabat juga rekan kerja keluarga Ayana.Tidak banyak kerabat Willy yang hadir. Semua tamu sudah memasuki gedung katedral. Duduk di kursi panjang yang berjejer di ruang utama. Katedral ini memang sudah sangat mewah. Tanpa perlu dihias secara berlebihan tempat agung bagi umat Kristen dan Khatolik itu sudah sangat memanjakan mata. Sebuah piano klasik berwarna hitam legam sudah ditempatkan di dekat altar, Daniel –bocah cilik itu yang akan memainkannya nanti. Khusus untuk acara penti

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 10| Melamar Musuh

    Hai, Ayana ...Ini hari ketujuh kita tidak saling menyapa. Seharusnya kita bertemu sekarang, berdiri di depan altar dan mengucap janji sehidup semati. Kamu pasti sangat cantik, sayang aku tidak bisa melihat kecantikanmu saat mengenakan gaun pengantin. Membayangkannya saja sudah membuatku senang, apalagi jika aku berada di sana.Hhh, apa yang sedang aku lakukan sekarang? Memuji padahal aku sedang menyakitimu. Maaf, tolong maafkan manusia bodoh dan brengsek ini. Aku tidak bisa menjadi mempelai priamu. Aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk membahagiakanmu, aku tidak bisa menjadi rumah untuk hatimu berpulang jika ia lelah.Bukanaku orang yang tepat untuk menjadi pelipur laramu, jangan menangis karena ini juga menyakitkan bagiku. Kamu sudah melihat fotonya? Jika kamu bertanya mengenai kebenaran akan hal itu, maka aku jawab ya, itu benar. Seperti yang kamu lihat, aku sudah menikah. Dia Hera, istri sahku. Wanita yang sedang

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 11| The Man You Love

    Di sinilah mereka sekarang, berdiri berdampingan di ambang pintu masuk katedral. Semua pasang mata terfokus pada mereka. Pancaran sendu, binar ketakjuban, tatapan intimidasi, sorot tidak percaya. Kurang lebih seperti itulah makna yang tersampir pada setiap tatapan orang -orang di sana. Daniel terlihat sangat tampan dan gagah seperti ayahnya. Dia duduk di hadapan piano klasik yang siap ia mainkan. Bocah itu menatap sang kakak sejenak dari kejauhan lalu menyunggingkan senyum manis. Hal yang sangat jarang ia lakukan selama ini. Kedua tangan mungilnya mulai menekan tuts piano tanpa kesulitan. Membawa alunan syahdu yang menggetarkan jiwa, lantas membungkam gemuruh kata yang terlontar dengan berbagai nada dari bibir tamu undangan.Ayana tak kuasa menahan haru, tangannya bergetar saat menyaksikan adik tercinta tersenyum begitu tulus padanya. Senyum menguatkan, memberi dukungan lewat untaian nada merdu yang dimainkannya. Andres menggenggam pergelangan tangan Ayana yang menyampir di l

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 69| Jalan Terbaik

    Butir-butir salju melayang di udara bagai dendelion yang tertiup angin. Mendarat dengan tenang di setiap tempat sedikit demi sedikit hingga menciptakan tumpukan yang menggunung menutupi badan jalan. Gundukan putih itu bertengger di atap-atap gedung dan menyampir pada dahan pepohonan. Secangkir cokelat panas tersaji di atas meja, bersebelahan dengan laptop, tumpukan berkas-berkas dan peralatan kerja lainnya. Kepulan asap putih mengudara, meliuk dengan lihai menuju rongga hidung seseorang yang tengah menatap lekat turunnya salju pertama dari balik kaca besar yang menjadi dinding ruangan di lantai dua belas itu. Orang itu kemudian memejamkan mata, menghirup aroma harum dari minumannya yang terus menggodanya untuk beralih tempat. Dan meminum cokelat hangat yang tersimpan di belakangnya itu. Tapi tidak, ia belum mau beranjak dari tempatnya. Tangan orang itu masih disimpan di atas perut, helaan napas terembus tepat di depan kaca itu hingga menimbulkan embun yang mengendap. Membuat kaca men

  • Terpaksa Menikahi Musuh    68| Aku Sangat Merindukannya

    Flashback ..."Hei tunggu!" cegah Andres saat dia mendapati Ayana ingin menghindarinya lagi. Ayana berhenti dengan tangan terangkat seperti penjahat yang menyerah saat dikepung polisi. Andres berjalan mendekati Ayana, ia berdiri di hadapan gadis itu."Hm ... kamu menghindariku lagi?" dakwa Andres berlaga marah sambil melipat tangannya di atas perut."Ti-tidak, mungkin hanya perasaan Sunbae saja," jawab Ayana gelagapan dan menutup perkataannya dengan nyengir kuda. Andres menyelidik, ia menaruh curiga yang cukup besar pada dokter junior itu."Kamu pikir aku bodoh?""Tidak, kamu sangat pintar, Kak! Ups," jawab Ayana menyentak, refleks ia menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya."Ck, lihat wajahmu memerah!""Kamu malu?" goda Andres elegan."TIDAK!" bentak Ayana lantang kali ini kedua tangannyalah yang sudah membungkam mulut lo

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 67| Ibu yang Kejam

    Flashback "Kamu sayang pada Ibu?"Andres mengangguk pasti dengan senyum cerah. Seminggu setelah kepergian ayahnya, Andres meminta kakek Jo untuk membawanya ke rumah Gyana Tolimson. Semula kakek Jo melarang Andres dan bersikeras tidak mau memberitahu keberadaan ibu Andres. Tapi anak itu tak lelah membujuk kakek Jo hingga hati lembut kakek itu luluh dan menyetujui keinginan Andres. Dan di sinilah dia sekarang, berdiri di depan ibu kandungnya yang sudah sembilan tahun tidak ia lihat. Hari ini adalah hari ulang tahun Andres yang ke sembilan. Bertemu dengan ibunya menjadi kado terindah di tengah bayang-bayang kesedihan setelah Hendra pergi."Aku merindukanmu, Ibu. Aku sangat menyayangimu sama seperti aku menyayangi Ayah.""Kalau begitu kamu rela melakukan apapun untuk Ibu?"Andres mengangguk lagi dan ibunya pun tersenyum nanar. Wanita itu mengelus puncak kepala Andres lalu mencium kening

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 66| Bersaudara

    Tiga bulan kemudian ...Langkah cepat kedua kaki Willy membawa tubuh pria itu terhuyung tidak stabil saat berlari. Beberapa orang yang tertabrak olehnya mengeluh, akan tetapi Willy tidak menghiraukannya. Pria itu masih menggenggam sepucuk surat yang diberikan Ayana, saat pria itu mengunjunginya tadi. Gadis itu mengatakan sesuatu yang sulit diterima nalar. Sesuatu yang mustahil dan terdengar gila. Akhirnya pria itu tiba di konter informasi rumah sakit, ada sesuatu yang harus ia tanyakan di sini. Pria bernama Kevin membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak dengan lelucon tidak masuk akal yang ia buat."Aku ingin mengetahui profil pendonor sumsum tulang belakang dari pasien Willy yang melakukan operasi beberapa waktu lalu," pinta Willy langsung tanpa basa-basi."Boleh tahu ini dengan tuan siapa?""Aku Willy, pasien yang menerima donor itu. Cepat carikan informasinya untukku!""Baiklah, mohon tunggu sebentar."Perawat itu pun meme

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 65| Surat Perpisahan

    TeruntukAyana Jasmine, istriku.(Ah, mungkin saat kamu membaca surat ini kamu telah resmi menjadi mantan istriku. Bagaimana, apa kamu sudah menandatangani surat perceraian kita?)Dada Ayana sesak, pertanyaan Andres kembali menggores satu garis luka dalam hatinya. Air mata itu mengalir ke samping pipi, posisi berbaring Ayana yang menyebabkannya.(Atau mungkin dugaanku salah? Jika seandainya surat ini sampai padamu, itu berarti sesuatu yang buruk sedang menimpamu. Dan aku harus menjadi orang pertama yang patut kau bunuh. Jika keadaan buruk itu tak kunjung usai. Ayana ... astaga aku bingung harus menulis apa. Aku tidak biasa melakukan hal menggelikansepertiini. Tapi aku akan tetap mencobanya. Baiklah, pertama aku akan jujur padamu. Aku melihatnya, melihat kejadian yang membuat dadaku tertusuk meski tidak mengeluarkan darah.Tapi rasanya sungguh perih.)(Saat kamu memeluk dan mencium Willy, aku menyaksikan

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 64| Surat Cerai

    Air mata Ayana tidak berhenti menetes sejak satu jam lalu sampai sekarang. Matanya menatap kosong pada selembar kertas yang tergeletak di atas meja ruang tamu. Kakek Jo berdiri dengan gusar sambil memegangi gagang telepon. Amarahnya selalu meledak saat operator memberi pemberitahuan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif. Juno memeluk ibunya takut melihat kemarahan sang kakek buyut. Suara cegukan Yena yang sedang menangis terdengar begitu keras. Gadis itu menangis di samping Ayana sambil memeluk ibu tirinya erat.Berulang kali Yena meminta Ayana untuk tidak menangis. Menyuruh wanita cantik itu untuk bicara namun Ayana terus membisu bersama dengan linangan air mata. Hal itu membuat Yena sedih, gadis kecil itu turut merasakan luka ibu tirinya. Surat perceraian yang sudah ditanda tangani Andres terus melambai-lambai, menggoda Ayana untuk segera merobeknya menjadi serpihan-serpihan kecil. Lebih dari itu, hati Ayana menginterupsi untuk segera membakarnya hingga musnah.

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 63| Demi Wanita Itu

    Satu minggu kemudian ..."Kamu yakin dengan keputusan ini?""Aku tidak pernah seyakin ini."Kevin mendesah kasar, pria yang memiliki bibir tipis itu menarik surai pendeknya frustrasi."Lalu bagaimana dengan Yena dan Ayana?" Andres tersenyum getir, ribuan hal berputar dalam benaknya saat ini. Pria itu sudah menimbang keputusan selama satu pekan dan ini adalah hasil akhirnya."Mereka akan hidup dengan bahagia, tentu saja." Andres berjalan ke arah lemari pakaiannya, melanjutkan kegiatan berkemas yang memang sedang ia lakukan sejak tadi sampai Kevin datang untuk mengusiknya."Jika begini terus kamu akan benar-benar kehilangan Ayana. Kamu tahu?""Oleh sebab itulah aku melakukan ini."Kevin terlampau kesal, ia menarik koper Andres lalu membuangnya sembarangan. Baju-baju dan beberapa barang Andres berserakan di lantai, sang empunya barang hanya mematung sambil memutar bola matanya pasrah."Ada apa deng

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 62| Kembalikan Ayanaku

    "Bagaimana kamu sudah mengambil keputusan?""Belum, aku masih mempertimbangkannyadokterHarold.""Kalau begitu, minta pendapat Ayana. Oh, tunggu, jangan bilang jika kau belum memberitahunya tentang hal ini?""Begitulah.""Sudah kuduga. Haruskah aku yang menjelaskannya pada Ayana?""Tidak, jangan pernah. Serahkan saja padaku. Maaf karena membuatmu terlalu lama menunggu.""Aku harus segera merekap semua anggota yang ikut Bum. Pastikan kau segera mengabariku, tolong garis bawahi 'secepatnya'.""Baiklah."Plip"Huh,timingyang sangat tepat," desah Andres setelah mengakhiri panggilan itu."Sekarang bagaimana, Astaga!" pekik Andres terkejut saat seorang wanita menabraknya tanpa sengaja hingga membuat ponsel yang dipegangnya terjatuh. Wanita yang tadi berjalan begitu tergesa itu langsung menurunkan posisinya dan meraih ponsel Andres."Maafkan aku anak muda. Sun

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 61| Cinta Lama Bertemu Kembali

    Tubuh pria itu masih terbaring kaku di atas ranjang dengan selang infus yang menjuntai dari atas tiang penyangga dan mendarat di sekitar pergelangan tangan Willy. Ayana menutup pintu itu hati-hati karena tidak ingin membangunkan Willy yang masih memejamkan matanya dengan damai. Jarak dari pintu masuk dan ranjang pasien hanya berkisar tiga meter saja, tapi entah mengapa bagi Ayana itu terlalu jauh. Ia berjalan dengan peluh dan air mata yang bercucuran. Lembaran-lembaran masa-masa indah dengan pria itu kembali terbuka. Penyesalan menjadi perasaan yang merajai hatinya.Tangan gemetar Ayana terangkat untuk menyentuh pipi tirus yang menonjolkan tulang-tulang sekitar area itu. Satu tetes air mata kembali terjun, dulu pipi itu sangat berisi dan menjadi sasaran empuk untuk Ayana cubiti. Tanpa sengaja Ayana menyentuh lalu mengelus pipi itu, pergerakan tangan Ayana mengusik lelap Willy. Hingga akhirnya ia tersadar dan sangat terkejut ketika disuguhi mimpi yang teramat indah. Kehadiran

DMCA.com Protection Status