Share

Dipaksa Segera Melamar

last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-16 00:50:54

Suara dentingan sendok dan piring beradu memecah keheningan makan malam keluargaku. Kami berlima tengah melakukan makan malam bersama setelah seharian kami tak berkumpul.

"Fadhil, gimana? Sudah ada keputusan belum?" Tiba-tiba saja ibu melontarkan pertanyaan itu untukku.

Aku menghela nafas kasar. Segitunya ibuku ingin segera aku menikah dengan gadis gendut itu. Aku bahkan tak memikirkannya sama sekali. Di pikiranku hanya ada Raya seorang.

"Belum, Bu." Jawabku singkat.

"Kenapa belum? Sudahlah, kamu nggak usah mikir masalah fisik. Itu semua bisa diubah seiring berjalannya waktu kok." Ucap ibu dengan santainya.

Ah, kenapa ibu tak memikirkan hari-hariku yang akan kulewati bersamanya nanti. Ibu hanya mau aku bersanding dengannya saja tanpa memikirkan nasibku kelak.

"Iya kan Pak, kita nggak boleh kan memandang segala sesuatu cuma dari fisik yang kelihatan kan?" Ibu berupaya mencari pembelaan dari bapak.

"Betul Fadhil. Contohnya ibu kamu. Tuh, dulunya sebelum bapak nikahin, ibu berisi banget. Tapi lambat laun juga langsing. Lihat kan buktinya sekarang?" Bapak menimpali ucapan ibu.

"Tuh, dengerin kata bapakmu, Dhil."

Duh, kalau bapak yang berucap kenapa aku seperti kalah telak saja rasanya.

"Tapi, Bu..." Ucapku menggantung karena ibu sudah memotongnya.

"Sudahlah, ibu hanya ingin bermantukan seorang Amira saja. Tidak ada yang lain."

"Amira siapa Bu?" Adik bungsuku ikutan nimbrung.

"Itu loh yang bantuin ibu selama di Surabaya, waktu masmu ini kecelakaan." kata ibu..

"Mbak Amira yang gendut?" Rindy, adik bungsuku menutup mulut dengan tangannya karena terkejut.

"Huss kalau ngomong itu yang baik dong." Ibu nampak tak suka dengan pertanyaan adikku.

Rindy memandangku sekilas, kemudian ia tertawa cekikikan. Dan pandangan semua orang tertuju padanya.

"duh, mas awas deh kegencet kamu tambah krempeng nanti." Dia pun melanjutkan tawanya.

Aku tahu ia sedang mengejekku. Memang adikku yang ini perkataannya sungguh ceplas ceplos tanpa disaring dulu. Aku hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkahnya.

"Duh, anak ini ya, mulutnya kasar banget!" Ibu menoyor bahu adikku itu hingga tawanya berhenti.

"Maaf ya Bu" Rindy mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya kepada ibu sambil nyengir kuda.

"Udahlah mas terima aja deh Mbak Amira jadi istrimu. Kan enak tuh bisa peluk yang empuk." Alisnya naik turun menggodaku yang tengah dilanda kegalauan ini.

"Tuh, adikmu sudah setuju sama keputusan ibu. Bapak juga setuju kan?" Tanya ibu kepada bapak.

"Bapak ikut saja. Apapun yang menurut ibu baik, bapak akan mendukungnya."

Ibu pun tersenyum penuh kemenangan.

"Kalau kamu Nisya?"

Adikku yang daritadi hanya diam saja akhirnya mendongak.

"Nisya ikut saja apa kata ibu. Selama Mas Fadhil juga ikhlas menerimanya."

Kalimat adikku satu ini ambigu. Ia mendukung ibu tapi seolah tahu apa yang tengah aku rasakan sekarang ini yang belum ikhlas sedikitpun. Aku perhatikan ia seperti menyimpan sesuatu sendirian. Entahlah, lain kali aku akan menanyakannya secara langsung.

"Nah, karena semuanya sudah setuju, tinggal kamu Dhil yang memutuskan."

Aku menghela nafas panjang. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menetralisir kegundahan hatiku ini. Aku benar-benar dilema. Di satu sisi aku menginginkan Raya menjadi istriku kelak. Tapi di sisi lain aku tak kuasa menolak keinginan ibu yang begitu menggebu ini.

"Fadhil butuh waktu untuk memberikan keputusan Bu." Aku ingin mengulur waktu.

"Kelamaan. Minggu depan kita akan ke Surabaya untuk melamarnya." Tegas ibu tak butuh penolakan dariku.

"Tapi, Bu..."

"Sudahlah Fadhil, apa yang mau kamu cari di dunia ini? Tenang saja, masalah fisik akan berubah kok pelan-pelan. Tinggal kamu pinter-pinternya aja bikin dia langsing kaya bapakmu ini." Bapak pun tersenyum diberikan pujian secara tak langsung oleh istrinya ini.

"Tugas kamu sekarang hubungi dia segera dan bilang mau melamar kesana. Jangan lupa tanyakan sudah ada yang melamar belum. Jangan sampai keduluan sama yang lain." Ucap ibu dengan semangatnya.

"Mana ada yang mau buru-buru melamarnya Bu? Laki-laki juga akan mikir berkali-kali lipat sebelum memutuskan untuk nikah sama dia." Gerutuku dalam hati.

"Baiklah, Bu." Ucapku pasrah.

"Mas Fadhil siap-siap beli kasur tahan banting ya mas biar nggak retak pas kalian sedang ganas-ganasnya." Rindy tertawa terpingkal-pingkal.

"Rindy!"

Ucapan bapak akhirnya membuat diam anak satu ini. Adikku emang terlalu vulgar dalam berucap. Kedua orang tuaku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anak gadis bungsunya itu.

Akhirnya acara makan malam bersama itu selesai juga. Aku segera masuk ke kamar kemudian menjalankan tugas ibu tadi untuk menghubungi Amira. Hatiku masih gamang. Masih ada titik keraguan disana.

Aku mencari kontak Amira. Memang sudah setahunan ini aku tak menghubunginya. Terakhir kali aku menghubunginya untuk mengucapkan selamat atas kelulusan yang sudah berhasil ia dapatkan.

"Assalamu'alaikum, Amira. Apa kabar?"

Satu menit, dua menit, hingga 10 menit berlalu tak ada jawaban. Namun beberapa saat kemudian ia terlihat online.

"Wa'alaikumsaalam, Kak Fadhil. Kabar baik. Ada perlu apa?"

Ada debaran aneh ketika aku membaca pesan itu. Bukan karena seperti menunggu seorang kekasih memberikan kabarnya. Karena aku canggung saja untuk berbasa basi padahal kami sudah tak ada hubungan apapun setelah kami purna tugas ketika dulu di LDK.

"Kamu sibuk tidak? Ada yang mau saya tanyakan."

"Tidak kak. Ada apa ya?"

"Kamu sudah ada yang melamar belum?"

Tak ada respon apapun darinya tapi dia masih terlihat online. Tak berapa lama kemudian dia membalas kembali.

"Belum kak."

"Jelas saja belum. Mana ada lelaki yang mau menikahinya cepat-cepat." Gumamku dengan sarkasnya.

"Minggu depan ayah ibumu ada di rumah nggak?"

"Kapan kak tepatnya?"

"Mungkin akhir pekan?"

"Kalau akhir pekan, ayah ibu di rumah kak."

"Alhamdulillah."

"Memangnya ada apa ya kak?"

Aku menghela nafas panjang sebelum mengungkapkan keinginanku. Bukan, tepatnya ini keinginan ibuku.

"Minggu depan, aku akan melamarmu, Amira."

Aku gusar bukan main setelah mengatakan itu lewat pesan pribadi itu.

"Serius kak? Kakak sedang tak menjalankan misi prank kan?" Ia memastikan lagi.

"Duh, kalau bukan karena ibu aku nggak mau seperti ini. Rasanya sungguh aneh sekali." Gumamku dengan rasa dongkol yang masih bergelayut disana.

"Tidak, Amira. Saya serius. Kalau ingin mengonfirmasi kebenarannya, saya akan meminta ibu saya untuk menelponmu."

"Baiklah, Kak."

"Tunggu sebentar, saya akan meminta ibu menelponmu sekarang juga."

"Iya kak."

Aku bergegas keluar kamar dan menemui ibu yang tengah menonton sinetron kesukaannya.

"Bu, silakan telpon Amira untuk memastikan tentang lamaran Minggu depan bu."

Ibupun meraih ponselku dengan senang hati. Selama ibu menelponnya, aku hanya berdiam diri di tempat dengan pikiran yang berkelana kesana kemari.

Aku masih tak percaya semua itu akan terjadi sebentar lagi. Menikahi seorang Amira, gadis gendut yang tak masuk kriteriaku sama sekali.

Meskipun dia baik, sholihah pula kelihatannya tapi sungguh aku tak berselera.

Setelah memutuskan telpon itu, ibu menyerahkan ponselku. Ibu tersenyum penuh arti.

"Terima kasih ya Nak, kamu sudah berbakti sama ibu. Ibu akan selalu mendoakan keberkahan untukmu dan keluarga kecilmu kelak." Ucap ibu sembari mengusap pelan bahuku.

Aku langsung meleleh mendengarnya. Doa kebaikan dari ibu selalu aku nantikan setiap waktu. Ah, rasanya tak tega aku menolak permintaan ibu. Meski permintaan ini sungguh aneh terdengar olehku.

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Hari Lamaran

    Aku duduk termenung di kamar hotel tempatku menginap. Tadi pagi kami sekeluarga sudah sampai di Kota Surabaya. Malam ini aku merasa sangat gusar sekali. Hatiku gamang luar biasa, karena besok pagi aku akan melamar seorang gadis gendut yang tak pernah masuk dalam kriteriaku sama sekali. Segala bentuk persiapan sudah ibu lakukan semaksimal mungkin sebelumnya. Bahkan ibu terlihat sangat antusias melamar menantu idamannya. Bahkan tak segan-segan ibu menyiapkan seserahan lamaran yang banyak sekali. Ibu memesannya beberapa hari yang lalu pada teman ibu di Surabaya yang kebetulan menyediakan jasa hias seserahan, karena tak mungkin juga kami membawa barang banyak ketika di pesawat kalau pesan seserahan di Jambi. Barang seserahan sudah tertata rapi di kamar hotel ini. Beberapa jam yang lalu teman ibu mengirimkannya kesini. Dering ponsel membuyarkan lamunanku. "Rindy? Ngapain malem-malem telpon." "Assalamu'alaikum, Rind. Kenapa?"""Wa'alaikumsalam Masku yang ganteng. Gimana perasaannya n

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Akad Nikah

    Kami sudah sampai di kediaman Pak Amir lagi. Memang tak ada dekorasi yang menyambut kedatangan kami. Karena memang ini serba dadakan seperti tahu bulat. Kami hanya ingin melakukan prosesi akad nikah secara sederhana. Orang-orang sudah berbondong-bondong masuk ke dalam rumah Pak Amir. Mereka duduk di karpet yang sudah digelar rapih di ruang tamu yang luas itu. Meja kecil ada di tengah-tengah mereka. Mungkin itu tempatku untuk mengucap ikrar ijab qabul nanti.Perasanku sungguh tak karuan. Karena ini bukanlah pernikahan impianku. Aku hanya ingin menikah dengan Raya tapi justru takdir mengatakan bahwa aku akan menikahi Amira, gadis gendut yang tak pernah kubayangkan sama sekali akan menjadi istriku nanti. "Hei, kenapa kamu melamun?" Tanya ibu.Aku mengerjap. Ternyata sedari tadi aku melamun."Nggak kenapa-kenapa Bu." Ibu mengendikkan bahunya. Huffttt. Ibu, kalau bukan karena permintaan ibu, aku enggan untuk melanjutkan prosesi ini. "Assalamu'alaikum." Sapa seorang pria parubaya."Wa'

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Drama Pengantin Baru

    Aku belum beranjak dari pintu yang sedari sudah Amira tutup tanpa kusadari karena aku terlalu banyak melamun. "Masa iya aku harus melepas perjakaku malam ini juga?" Batinku sembari menelan ludah kasar. Aku masih terus bergumam dalam hati sampai suara lembut membangunkan ku dari lamunan."Kak Fadhil." serunya."Eh iya Mir." Aku gelagapan. "Mau mandi dulu atau sholat dulu? Tanyanya. "Hah apa katanya? Mandi dulu atau sholat dulu? Maksudnya itu ritual sebelum nganu-nganu?" Gumamku dalam hati. Pikiran jorok itu mulai merasukiku. "Kak...." serunya lagi."Ah iya. Gimana Mir?"Ia tersenyum menampakkan lesung pipinya yang manis. Tuh kan, aku mulai memujinya secara tak langsung. "Kak Fadhil mau mandi dulu atau sholat dulu?" Tanya Amira kembali."Mmm.. mandi dulu aja deh." Tukasku."Baiklah, saya persiapkan dulu baju gantinya. Tapi.." ucapannya menggantung."Kenapa Mir?" Tanyaku. "Saya kan nggak punya baju laki-laki kak. Kalau kakak mau saya pinjamkan baju abang saya dulu gimana?" Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Pulang ke Jambi

    "Ya sudah, kamu duluan tidur saja. Aku mau keluar sebentar cari angin. Aku belum bisa tidur soalnya." Amira mengangguk. Aku segera bangkit untuk menuntaskan hasrat tertunda ini. Aku berencana untuk membaca buku yang sempat kubawa tadi. Semoga saja cara itu berhasil."Awww! Ssshh!" Aku memekik sedikit kencang."Kenapa kak?" Amira dengan cepat turun dari ranjang yang membuat ranjang itu berderit kencang. "Kakiku keseleo nih." Aku mengaduh kesakitan. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba saja kakiku malah keseleo."Oh bentar kak. Aku ada minyak urut. Aku ambilkan dulu ya." Sementara aku masih mengaduh kesakitan. "Ssshh!" Desisku tertahan. "Ini kak. Aku urut dulu ya." Amira hendak menyentuh kakiku yang sakit. "Eh, emangnya kamu bisa urut?" Amira mengangguk cepat. Aku sebenarnya tidak begitu yakin akan kemampuannya. Namun kalaupun harus memanggil tukang pijat malam ini sepertinya tidak mungkin. "Ya sudah. Pelan-pelan aja ya." Amira pun mengangguk. Amira dengan ragu-ragu menyentuh kaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Tetangga Nyinyir

    Kini kami sudah sampai di rumah kedua orang tuaku. Mereka sangat bahagia sekali melihat kedatangan kami berdua. Ibu tak henti-hentinya mencubit gemas pipi Amira yang gembul. Sedangkan aku sudah seperti anak tiri yang tak dianggap. Ibu memperlakukan Amira dengan sangat baik. Ia bahkan mengajaknya mengobrol bersama di dapur. Bahkan ibuku juga sudah menyiapkan makanan yang sangat beragam di meja makan dengan porsi dua kali lipat daripada biasanya. "Bu, kok makanannya banyak banget? Emang bakal habis?" Tanyaku pada ibu yang saat itu masih asyik mengobrol dengan menantu barunya. "Kan sekarang ada Amira. Ibu nggak mau ya menantu ibu kekurangan makan disini? Ibu sama bapak ini masih sanggup kasih makan kok." "Tapi kan nggak sebanyak itu juga Bu. Kalau nanti dia tambah gend...?" Ibu menggeplak pahaku dengan centong nasi. "Hus! Kalau bicara bisa nggak sih disaring dulu. Tuh di dapur ada saringan gede. Muat tuh di mulut kamu." Ibuku mendelik menatapku."Sakit lah Bu.""Segitu doang sakit!

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Fadhil Makin Illfeel

    POV AuthorSesampainya Fadhil di rumah, Amira sudah menyambutnya di depan pintu. Amira cium punggung tangan Fadhil dengan takzim."Baru pulang kak. Sini aku bawain ke dapur." Amira mengambil kresek plastik yang kubawa. "Ya Allah dari belakang aja bentuknya seperti ini. Bukan seksi lagi tapi ini oversize." Fadhil menatap punggung Amira hingga tak terlihat lagi. Tak berapa lama kemudian, Amira datang kembali membawa secangkir teh dan aneka gorengan berupa pastel, risoles, bahkan bakwan pun ada. Amira meletakkannya di meja ruang tamu. "Ayo mas. Dimakan dulu." Amira tersenyum manis kepada suaminya namun sang suami hanya membalas seadanya. "Dikasih makanan lagi. Lama-lama aku bisa gendut kayak dia." Fadhil menggumam kemudian menggeleng lemah hampir tidak terlihat. "Kamu emang suka masak ya Mir?" Tanya Fadhil di sela-sela ia minum teh dan menikmati aneka gorengan itu yang terasa sangat nikmat di lidahnya. "Iya Kak. Aku emang hobi masak. Emang sih nggak jago kayak ibu, tapi nggak terla

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Awal Rencana Fadhil

    Fadhil pun tak lama berada di Jambi. Ia sudah harus terbang ke Bandung untuk mengajar di pondok pesantren kembali. Ibu Fadhil menyayangkan kepergian anak dan menantunya. Padahal ia masih ingin berlama-lama mengenal sang menantu. Namun karena tugas dan amanah yang sudah diemban oleh anaknya, mau tak mau dia harus merelakan keduanya untuk pindah dari rumah itu. "Kenapa sih cepet banget kalian perginya? Nggak bisa apa ditunda sehari atau dua hari lagi gitu?" Bibir wanita parubaya itu mengerucut. "Ya nggak bisa dong Bu. Fadhil kan harus ngajar anak-anak santri juga. Waktu liburan mereka juga sudah hampir selesai. Jadi Fadhil harus kembali ke pondok lagi. Ya kalau liburan semester lagi, Fadhil pulang kampung kok." Kata Fadhil mengusap punggung ibunya. "Tapi kan waktu ibu mengenal lebih dalam istri kamu belum lama juga Dhil. Masa iya langsung diajak merantau? Kesel deh ibu sama kamu!" Ibunya bersedekap. "Lalu, Amira harus aku tinggal disini begitu Bu?" "Ya nggak gitu juga kali Dhil. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Huru-Hara Pondok

    Sesampainya di pondok pesantren, pasangan suami istri menghebohkan warga pondok. Tersebarnya berita tentang pernikahan dadakan Fadhil dan Amira membuat berbagai spekulasi. Namun hal itu tidak membuat syok pemilik pondok. Memang sehari setelah acara pernikahan dadakan itu, Fadhil sempat menghubungi Pak Kiyai Ahmad dan Ummi Sarah. Tetapi memang selain kedua orang itu, orang-orang pondok tidak ada yang mengetahui pernikahan Fadhil dengan Amira. "Ja-jadi dia istrimu, Fadhil?" Lirih Ridwan, selaku salah satu rekan pengajar. Fadhil mengangguk lemah. Ia bahkan hanya memainkan jemarinya. Ridwan meneguk ludah kasar saat melirik sekilas Amira yang tengah duduk bersama Ummi Sarah. Sedangkan Fadhil dan kedua temannya, Ridwan dan Munif berada tak jauh dari kedua perempuan itu sedang asyik mengobrol. "Yang bener saja kamu pilih istri, Dhil? Emang stok wanita kurus sudah hilang dari muka bumi, Dhil?" Tambah Ridwan. "Huss! Jangan body shamming gitu lah Wan!" Munif menyenggol bahu Ridwan yang keb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Gelisah

    Raya membolak-balikkan tubuhnya. Perasaan yang tiba-tiba muncul kala mendengar kabar pernikahan Rayyan dengan seorang wanita membuatnya resah dan gelisah. Padahal ia sudah memastikan pada hatinya bahwa Amira tidak akan memiliki perasaan kepada Rayyan. Namun betapa terkejutnya ia kali ini saat Maya mengatakan hal itu. Hatinya bagai teriris. "Ya Allah, apa aku sudah jatuh hati pada pria itu? Tidak! Jangan sampai! Aku tahu dia dan aku itu beda kelas. Dia anak orang terpandang. Tidak sepantasnya bersanding dengan aku yang hanya keluarga biasa saja." "Tapi kenapa perasaan ini muncul tiba-tiba? Aku cemburu?" Amira merapatkan matanya sejenak. Ia pukul pelan keningnya dengan tangannya yang menggenggam. "Nggak boleh dibiarkan! Rasa ini harus aku hilangkan secepatnya. Aku tidak ingin menjadi duri di dalam rumah tangga mereka. Aku tahu rasanya dipermainkan dalam rumah tangga. Jadi, aku tidak ingin menjadi pelakunya.""Lagipula Mas Rayyan kan sudah memutuskan untuk menikahi wanita lain. Janjin

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Rayyan Meminta Restu

    Memang seperti itulah manusia. Saat diberikan waktu untuk sebuah kenikmatan justru mereka lupa untuk mensyukurinya. Tetapi justru memilih untuk berusaha mencari ladang yang dianggapnya lebih subur. Rumput tetangga memang jauh lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri. Padahal jika rerumputan itu dirawat, pasti akan sangat indah dipandang oleh mata. Namun setelah melihat kenyataan yang sebenarnya, barulah ia bisa menyesalinya. Begitu juga dengan Fadhil saat ini. Dari dulu dia sangat berharap kalau Raya adalah jodoh tepat dari Tuhan untuk dirinya. Dia sangat menjaga hatinya hanya untuk Raya seorang. Bahkan sampai Fadhil menikahi Amira, rasa itu malah semakin ia tumbuhkan secara sengaja agar Amira menyerah saja pada pernikahan ini. Namun saat ini ia telah menuai apa yang dia lakukan. Raya yang dianggapnya adalah wanita sempurna dan cocok mendampingi hidupnya ternyata sangat jauh dari ekspektasinya sebagai seorang laki-laki. Sementara itu Rayyan kini tengah menghadap pad

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Menyesal

    Rayyan yang melihat Amira diam saja membuatnya gelisah. Ia pun mencoba untuk menanyakan kembali."Jadi, bagaimana Amira?" Mata Rayyan tak henti-hentinya melihat Amira yang sangat cantik di matanya. Amira belum berani menjawabnya. Rayyan dengan sabar menanti jawaban dari Amira. Hati wanita yang baru selesai masa iddah itu bertambah campur aduk. Ia menoleh ke arah bapak ibunya untuk mencari pertolongan. Orang tuanya juga saling pandang karena mereka kebingungan untuk menanggapinya. Di sisi satu, orang tua Amira sangat bahagia karena ada pria sholeh dan baik yang mau mempersunting anaknya. Namun di sisi lain mereka juga mengkhawatirkan tentang status sosial yang melekat di antara kedua belah pihak. Tak bisa dipungkiri bahwa orang tuanya sempat khawatir akan hal itu. Mereka termasuk keluarga mampu namun kalau dibandingkan dengan keluarga Rayyan jelas jauh bedanya. Oleh karena itu, mereka meragukannya. Mereka khawatir anaknya nantinya akan diperlakukan tidak baik disana karena perbedaan

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Lamaran Dadakan

    Amira semakin rajin merawat diri dari hari ke hari. Dia rajin ke tempat senam untuk membuat tubuhnya ideal. Pola makan sehat selalu dia terapkan. Awalnya memang sangat sulit sekali. Apalagi kebiasaan makan banyak yang Amira lakukan sangat sulit untuk dihindari. Namun karena Amira bertekad untuk hidup lebih baik, akhirnya Amira pun berhasil menurunkan berat badannya secara drastis. Selain menjaga kesehatan dan pola makannya, Amira juga sudah mulai berani belajar mempercantik diri. Bahkan ia semakin lihai menggunakan peralatan make up yang semula awam bagi dirinya. Dia belajar secara otodidak melalui sosial media. Dia pun juga belajar bagaimana cara tampil stylish. Hal itu dia lakukan untuk membuat kehidupan lebih baik daripada sebelumnya. Ia ingin meninggalkan masa-masa kelam dengan Amira yang baru. Amira kini menatap dirinya pada pantulan cermin di hadapannya. Ia merasa puas dengan hasil yang selama ini dia lakukan. Pengorbanan selama ini akhirnya berbuah manis. Amira menjelma menja

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Akhirnya Berpisah

    Singkat cerita, akhirnya Fadhil dan Amira telah resmi bercerai. Amira hanya ingin sendiri dan menata hidupnya kembali. Perjuangan untuk mendapatkan cinta sang suami yang tulus ternyata berakhir pada kandasnya rumah tangga mereka. Cinta yang sempat hadir di hati Amira pun perlahan terkikis oleh waktu. Perlakuan Fadhil dan juga pengkhianatan yang dilakukan Fadhil ternyata mampu menggoyahkan cinta yang selama ini ia tumbuhkan di hatinya. "Ya Allah, aku benar-benar sudah berubah status menjadi seorang janda. Aku tak menyangka takdirku ternyata seperti ini pada akhirnya. Tapi aku tidak akan menyalahkannya. Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku Ya Allah. Ampuni hamba karena sudah memilih jalan yang Engkau benci ini." Amira menatap indahnya hamparan kebun bunga yang berada di sebuah taman. Ia sedang menikmati pemandangan sekaligus menghirup udara segar setelah sidang akhirnya diputuskan kemarin. Amira pun merasa lega karena terbebas dari pernikahan toksik yang pada akhirnya membuatnya

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Sidang

    "Ada apa Bu?" Tanya Raya saat dia sudah membuka pintu. Raya melihat ibu mertuanya dengan mimik wajah marah. "Kamu itu bisa mengerjakan pekerjaan rumah nggak sih? Kenapa cuma nyapu sama nyuci baju aja kamu nggak bisa?""Aku cuma bisanya seperti itu, bu. Kalaupun ada salah ya maklum lah bu. Aku memang nggak terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Kan harusnya bisa dilaundry. Masalah nyapu nggak bersih-beesih amat juga nggak masalah kali Bu. nanti juga berdebu lagi. Terus nyapu lagi. Daripada capek nyapu mending nyapunya jarang aja Bu.""Ya Allah Raya! Kamu itu jadi perempuan kenapa malesnya minta ampun sih. Ada aja alasan kamu buat tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Memangnya sama orang tuamu tidak pernah diajarkan beres-beres rumah? Timbang gini doang kamu nggak bisa."Raya pun terdiam. Karena ia rasa percuma mendebat orang tua seperti ibu mertuanya itu. Pasti pada akhirnya tidak mau mengalah dan harus dirinyalah yang akan disalahkan. "Ya sudah bu nanti lain kali aku lebih hati-hati lagi

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Fadhil Susah Move On

    Hari demi hari telah berlalu. Sikap Fadhil mulai berubah terhadap Raya, istri keduanya. Padahal sebelum kehadiran Amira kala itu, Fadhil terlihat seperti "budak cinta" pada Raya. Fadhil bahkan rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Raya. Berbeda dengan sekarang, Fadhil lebih sibuk dengan ponselnya daripada mengurusi dirinya dan juga bayi mereka yang baru lahir. Bahkan semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh kedua orang tua Fadhil. Memang pasangan senior itu sengaja di sana sedikit lebih lama karena ingin menghadiri acara sidang perceraian Fadhil dan Amira. Raya merasa dirinya semakin tersingkirkan oleh suaminya sendiri. Fadhil semakin tidak mempedulikan dirinya dari waktu ke waktu. "Mas, aku pengen makan cireng isi yang di perempatan seberang itu. Nanti belikan ya mas?" Pinta Raya sembari duduk di samping Fadhil yang tengah sibuk bermain ponsel. "Kamu beli aja sendiri. Sudah kuat buat jalan kesana kan? Ngapain nyuruh aku beli?" Sahut Fadhil tak menoleh ke arah Raya sedikitpun. "Kok

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Izinkan Aku Mencintaimu

    "Kenapa Mas Rayyan bisa tahu kalau aku tinggal di tempat ini? Apa jangan-jangan Mas Rayyan mengikutiku ya tadi?" Ucap Amira dalam hatinya. Dengan sedikit terpaksa, Amira pun berjalan pelan mendekati Rayyan yang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang."Maaf, aku mengikutimu tadi." Seru Rayyan saat Amira berada tepat di hadapannya. "Ada apa Mas Rayyan?" Langsung saja Amira mengatakan itu karena dia tidak mau berbasa-basi pada Rayyan. Kejadian beberapa bulan yang lalu telah membuatnya membangun tembok kokoh yang cukup membatasi jarak di antara mereka. Padahal dulunya keduanya bisa melepas canda tawa bersama dengan Maya tanpa ada rasa canggung seperti sekarang ini. Amira bahkan tidak bisa mengekspresikan diri seceria dulu di hadapan Rayyan setelah tahu kenyataan yang sebenarnya."Kenapa kamu dulu pergi tanpa kabar?" "Duduklah, mas." Titah Amira pada Rayyan. Pria itu segera duduk di kursi teras di depan rumah ibu kos. Hal itu karena memang agar tidak ada fitnah di antara mereka. Amir

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Mengejar Amira

    Amira yang berlarian ke luar ternyata menabrak seseorang. Ia tak berhati-hati dan awas terhadap jalan di hadapannya. "Awww!" Tubuh Amira terjatuh ke aspal. "Maaf, nona. Saya tidak sengaja. Saya..." Pria itu menggantung ucapannya ketika Amira berusaha berdiri sendiri. Tatapan keduanya saling bertemu. Ada getaran rindu yang Rayyan rasakan. Setelah lama ia tak mengetahui kabar apapun dari Amira, kini dia dipertemukan di tempat yang tak terduga sama sekali. Rayyan sempat terpaku menatap Amira yang sudah menjelma menjadi wanita cantik dengan tubuh yang hampir mendekati ideal. Rayyan memang tak sengaja datang ke area disana karena ada pedagang karedok yang berjualan tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Rayyan berencana untuk membelikan umminya makanan itu. Tapi siang sangka bahwa ia akan bertemu dengan wanita yang selama ini dia cari. "Mas Rayyan!" Seru Amira pelan. "A-amira!" Rayyan pun terbata sambil tatapannya terus mengarah pada Amira. Amira memalingkan wajahnya ke kanan

DMCA.com Protection Status