Share

Akad Nikah

last update Last Updated: 2023-05-16 01:44:30

Kami sudah sampai di kediaman Pak Amir lagi. Memang tak ada dekorasi yang menyambut kedatangan kami. Karena memang ini serba dadakan seperti tahu bulat. Kami hanya ingin melakukan prosesi akad nikah secara sederhana.

Orang-orang sudah berbondong-bondong masuk ke dalam rumah Pak Amir. Mereka duduk di karpet yang sudah digelar rapih di ruang tamu yang luas itu. Meja kecil ada di tengah-tengah mereka. Mungkin itu tempatku untuk mengucap ikrar ijab qabul nanti.

Perasanku sungguh tak karuan. Karena ini bukanlah pernikahan impianku. Aku hanya ingin menikah dengan Raya tapi justru takdir mengatakan bahwa aku akan menikahi Amira, gadis gendut yang tak pernah kubayangkan sama sekali akan menjadi istriku nanti.

"Hei, kenapa kamu melamun?" Tanya ibu.

Aku mengerjap. Ternyata sedari tadi aku melamun.

"Nggak kenapa-kenapa Bu."

Ibu mengendikkan bahunya.

Huffttt. Ibu, kalau bukan karena permintaan ibu, aku enggan untuk melanjutkan prosesi ini.

"Assalamu'alaikum." Sapa seorang pria parubaya.

"Wa'alaikumsalam." Ucap semua orang di ruangan ini serentak.

"Nah, ini pamannya Amira. Ayo, Agung..semua orang sudah sudah bersiap untuk acara akad nikahnya.

Pria bernama Agung itu kemudian masuk dan duduk di tempat yang telah disediakan.

"Ayo, Nak Fadhil silakan kemari." Pak Amir memintaku untuk ke tempat penghulu itu duduk.

Aku duduk di depan penghulu yang bernama Agung itu. Keringat dingin mulai bercucuran. Padahal acara belum dimulai. Tapi aku sudah gugup bukan main. Aku akan menjadi seorang suami? Yang benar saja?

Suasana mendadak canggung. Aku sudah duduk dengan tak jenak. Mataku tak fokus kepada penghulu itu yang sedang berbincang sebentar dengan Pak Amir.

Setelah selesai pembicaraan mereka, Pak Agung fokus kepadaku dan tersenyum.

"Masnya kelihatan tegang banget nih. Udah nggak sabar ya jadi suaminya Amira?" Pak Agung pun terkekeh.

Apa katanya tadi? Aku tak sabar jadi suaminya Amira, gadis gendut itu? Aku hanya menghela nafas panjang.

"Udah mas, santai aja ya. Kami nggak makan kamu kok." Pak Agung kembali terkekeh.

Aku tersenyum kaku menanggapinya.

"Oke, bisa kita mulai ya ijab Qabulnya ya Mas Fadhil?"

Aku mengangguk pelan.

Pak Agung menjabat tanganku.

"Duh, Mas. Habis mendekam di freezer ya? Tangannya dingin sekali." Pak Agung tersenyum menggoda.

Semua orang terkekeh. Terkecuali aku yang makin merasa jadi orang berlagak bodoh karena tingkahku ini.

"Santai aja ya mas." Pak Agung tersenyum.

Aku mengangguk.

Setelah dua kali latihan berikrar, kami tiba di acara intinya.

"Saudara Mohammad Fadhil Arrayan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Amira Azizah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Amiraya Azizah dengan mas... Dengan mas..." Aku berhenti berucap. Aku lupa akan kalimat selanjutnya apa.

Aku gugup bukan main.

Pak Agung menghela nafas kemudian tersenyum.

Suasana berubah menjadi tegang seketika.

"Kita coba lagi ya Nak Fadhil. Coba lebih rileks lagi. Santai aja ya." Ucap Pak Agung.

Meski seperti itu aku masih saja merasa gugup luar biasa. Aku tersenyum kaku.

"Saudara Mohammad Fadhil Arrayan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Amira Azizah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Raya..."

"Hah Raya? Kok Raya sih?" Gumamku dalam hati dan seketika fokusku buyar.

Penghulu itu menghela nafas kasar. Suasana mendadak sangat tegang dan riuh. Aku benar-benar tak fokus sama sekali.

"Baiklah, ini yang ketiga kalinya ya. Sebaiknya kamu minum air dulu biar jernih pikirannya. Fokus ya Nak Fadhil."

Pak Amir memberikan aku air mineral. dan aku langsung meminumnya hingga tandas. Pikiranku seolah terfokus kembali. Aku meraup oksigen sebanyak-banyanya kemudian menghembuskannya perlahan.

"Saya siap, Pak." Ucapku lantang.

Penghulu itupun tersenyum.

"Saudara Mohammad Fadhil Arrayan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Amira Azizah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Amira Azizah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana Para saksi? Sah?"

SAAHHHHHHH

Suara riuh sorak gembira memenuhi ruang tamu ini. Aku menghela nafas lega. Tadinya di hatiku berharap bahwa ketiga kalinya aku akan gagal lagi berikrar, jadi aku tak akan melanjutkan ijab Qabulnya. Namun takdir berkata lain. Sepertinya aku memang diharuskan melakukan prosesi sakral ini.

"Ya Allah, Alhamdulillah." Ucapku lirih.

"Selamat ya nak sholihnya Bapak." Bapak memelukku dan bergantian dengan ibu yang menangis haru melihatku seperti ini.

"Terima kasih ya Fadhil kamu sudah memenuhi permintaan ibu. Ibu bangga sama kamu." Ibu melepas pelukannya kemudian menatap netraku yang mulai berembun.

Aku pun hanya mengangguk. Entah aku harus bahagia atau bersedih, karena kenyataannya hatiku belum sepenuhnya ikhlas.

Tak berselang lama, permaisuriku datang. Ah permaisuri kataku? Hah. Aku hanya mendesah kasar.

Gadis gendut itu sudah berubah tampilan. Balutan dress warna navy dengan perpaduan hijab silver menutupi tubuh bagian atasnya ia kenakan saat ini. Tak lupa sedikit riasan tipis berhasil membuat wajahnya kelihatan berseri-seri. Aku akui ia memang sedikit manis, apalagi ketika ia tersenyum menampakkan lesung pipi di kedua sisinya. Eh, tanpa kusadari, aku sudah mengaguminya. Apa-apaan ini.

Gadis itu berjalan dengan anggunnya ke arahku. Seperti biasa ia hanya akan tersenyum malu-malu sembari ia terus menundukkan pandangannya.

Ia semakin dekat dengan tempatku duduk. Aku merasakan kecanggungan berlebih. Berkali-kali aku menelan ludah kasar untuk menetralisir kegugupanku ini. Akhirnya dia berhasil mendaratkan tubuhnya di samping tempatku duduk.

"Dipandang dong istrinya." Ibu menyenggol lenganku dan spontan aku menoleh ke arah Amira. Pandangan kami bersirobok. Aku pun enggan menatapnya lama-lama. Segera kualihkan, aku hanya tersenyum kikuk.

"Oke, sekarang pasang cincin kawinnya dulu ya." Tangan ibu mengeluarkan kotak beludru warna merah hati. Lalu menyerahkannya kepadaku.

"Bismillahirrahmanirrahim." Kataku.

Aku menyematkan cincin di jari manisnya.

"Astaghfirullah. Gede banget jarinya. Apa cincinnya muat?" Batinku.

Dengan ragu aku memasangkan cincin itu di jari manisnya. Ini kali pertama aku menyentuh langsung kulit perempuan selain ibu dan adik-adikku.

Memang kulitnya terasa halus dan lembut. Namun tetap saja ukuran jumbonya membuatku risih. Berbeda sekali dengan jariku yang terlihat imut karena memang aku kurus.

Aku rasakan tangannya dingin. Ah, mungkin dia juga gugup saat ini.

"Alhamdulillah ternyata pas juga cincinnya di jari manisnya gadis ini. Kalau nggak muat, duh bisa jadi bahan lelucon." batinku.

Setelah acara pasang cincin selesai, tawa riuh berbahagia dari sanak saudaranya terdengar begitu nyaring di gendang telingaku. Tak lupa banyak kamera mengabadikan momen ini. Aku seperti dipermalukan di depan umum rasanya.

Tiba saatnya berfoto bersama.

"Eh, sungkem dulu dong sama suamimu, Mir." Celetuk Bu Maryam.

Amira pun mengangguk. Ia pun menuruti perintah ibunya. Ia meraih tanganku dengan malu-malu. Ia seperti menarik ulur tangannya untuk menyambut tanganku. Seakan masih ada keraguan dalam hatinya. Aku pun hanya tersenyum kaku.

"Ciieee cieee. Nggak usah malu dong Mir. Udah Sah juga, ngapain malu segala." Goda salah satu saudaranya.

"Iya Mir..ayo dong Salim dulu sama suaminya." Sambung saudara lainnya.

Amira tampak bersemu merah. Mungkin dia merasakan malu yang begitu sangat.

Akhirnya tanganku bersambut dengan tangannya. Telapak tangannya masih terasa dingin seperti tadi. Ia mencium punggung tanganku dengan takdzim. Sedangkan aku entah dorongan darimana aku memegang puncak kepalanya dan memanjatkan doa kebaikan dan keberkahan untuk kami. Entah juga ini dorongan darimana, aku langsung mengecup puncak kepalanya di depan semua orang setelah berdoa.

Riuh tawa terdengar kembali dari orang-orang. Aku hanya tersenyum kaku. Ah, apa yang aku lakukan? Kenapa aku seperti sudah jadi pemain handal?

Sesi foto bersama dimulai. Fotografer mulai mengarahkan berbagai gaya untuk kami. Aku begitu canggung untuk melakukannya. Karena selama ini aku jarang berfoto. Apalagi dengan seorang wanita. Sungguh, ini memalukan sekali bagiku.

Aku jamin, hasil fotoku tak akan bagus. Karena aku tak pandai berekspresi. Seandainya yang di sampingku ini Raya, sungguh aku pasti akan sangat bahagia. Bahkan berbagai gayapun akan aku lakukan senatural mungkin. Tapi sayangnya, wanita di sampingku ini bukanlah wanita yang aku impikan.

Setelah acara akad nikah selesai, bapak ibu pamit ke hotel tempat kami menginap.

"Fadhil, bapak dan ibu akan kembali ke hotel. Kamu disini dulu ya. Biar bisa perkenalan secara mendalam sama Amira." Ibu tersenyum.

"Tapi, Bu. Fadhil mau ikut ibu saja." Kataku memelas.

Ibu menggeleng keras.

"Tidak. Kamu sudah punya istri jadi kamu harus menemani istrimu." Kata ibu.

"Ya udah, nikmati malam pertamamu ya sama Amira. Buatkan ibu cucu yang banyak nanti." Bisik ibu yang berhasil membuatku melotot sampai bola mataku mau keluar dari tempatnya.

Ibupun terkekeh. Beliau pun berpamitan kepada keluarga Amira. Aku melepas kepergian mereka dengan berat hati. Sungguh, aku belum siap untuk menjalankan kewajiban itu. Aku hanya menghembuskan nafas kasar.

"Kak." Seseorang memanggilku dari belakang. Aku pun menoleh. Ternyata Amira yang memanggilku.

"Iya?"

"Mari istirahat." Ajaknya.

"Istirahat kemana maksudnya?" Aku semakin cengo saja.

"Ke kamar...... saya kak." Ajaknya dengan gurat keraguan.

"Ah, ke kamarmu ya? Baiklah." Aku pasrah saja.

Ia pun berbalik. Aku mengikuti langkahnya.

Sampai di kamarnya, ia mempersilakan aku masuk terlebih dahulu.

Kamarnya bersih dan rapi. Terlihat nyaman apalagi dilengkapi dengan pendingin ruangan membuat kamar ini terasa sejuk.

Apa itu di yang di kasur? Bunga mawar merah membentuk hati di tambah dengan taburan bunga mawar merah di sekelilingnya. Ada sepasang handuk putih dibentuk seperti angsa dan diletakkan di atas ranjang berwarna putih itu. Kelihatan suasana romantis. Tapi, tidak bagiku yang nampak gelisah melihatnya.

"Apa aku akan kehilangan keperjakaanku malam ini juga?"

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Drama Pengantin Baru

    Aku belum beranjak dari pintu yang sedari sudah Amira tutup tanpa kusadari karena aku terlalu banyak melamun. "Masa iya aku harus melepas perjakaku malam ini juga?" Batinku sembari menelan ludah kasar. Aku masih terus bergumam dalam hati sampai suara lembut membangunkan ku dari lamunan."Kak Fadhil." serunya."Eh iya Mir." Aku gelagapan. "Mau mandi dulu atau sholat dulu? Tanyanya. "Hah apa katanya? Mandi dulu atau sholat dulu? Maksudnya itu ritual sebelum nganu-nganu?" Gumamku dalam hati. Pikiran jorok itu mulai merasukiku. "Kak...." serunya lagi."Ah iya. Gimana Mir?"Ia tersenyum menampakkan lesung pipinya yang manis. Tuh kan, aku mulai memujinya secara tak langsung. "Kak Fadhil mau mandi dulu atau sholat dulu?" Tanya Amira kembali."Mmm.. mandi dulu aja deh." Tukasku."Baiklah, saya persiapkan dulu baju gantinya. Tapi.." ucapannya menggantung."Kenapa Mir?" Tanyaku. "Saya kan nggak punya baju laki-laki kak. Kalau kakak mau saya pinjamkan baju abang saya dulu gimana?" Aku me

    Last Updated : 2023-05-16
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Pulang ke Jambi

    "Ya sudah, kamu duluan tidur saja. Aku mau keluar sebentar cari angin. Aku belum bisa tidur soalnya." Amira mengangguk. Aku segera bangkit untuk menuntaskan hasrat tertunda ini. Aku berencana untuk membaca buku yang sempat kubawa tadi. Semoga saja cara itu berhasil."Awww! Ssshh!" Aku memekik sedikit kencang."Kenapa kak?" Amira dengan cepat turun dari ranjang yang membuat ranjang itu berderit kencang. "Kakiku keseleo nih." Aku mengaduh kesakitan. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba saja kakiku malah keseleo."Oh bentar kak. Aku ada minyak urut. Aku ambilkan dulu ya." Sementara aku masih mengaduh kesakitan. "Ssshh!" Desisku tertahan. "Ini kak. Aku urut dulu ya." Amira hendak menyentuh kakiku yang sakit. "Eh, emangnya kamu bisa urut?" Amira mengangguk cepat. Aku sebenarnya tidak begitu yakin akan kemampuannya. Namun kalaupun harus memanggil tukang pijat malam ini sepertinya tidak mungkin. "Ya sudah. Pelan-pelan aja ya." Amira pun mengangguk. Amira dengan ragu-ragu menyentuh kaki

    Last Updated : 2023-12-08
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Tetangga Nyinyir

    Kini kami sudah sampai di rumah kedua orang tuaku. Mereka sangat bahagia sekali melihat kedatangan kami berdua. Ibu tak henti-hentinya mencubit gemas pipi Amira yang gembul. Sedangkan aku sudah seperti anak tiri yang tak dianggap. Ibu memperlakukan Amira dengan sangat baik. Ia bahkan mengajaknya mengobrol bersama di dapur. Bahkan ibuku juga sudah menyiapkan makanan yang sangat beragam di meja makan dengan porsi dua kali lipat daripada biasanya. "Bu, kok makanannya banyak banget? Emang bakal habis?" Tanyaku pada ibu yang saat itu masih asyik mengobrol dengan menantu barunya. "Kan sekarang ada Amira. Ibu nggak mau ya menantu ibu kekurangan makan disini? Ibu sama bapak ini masih sanggup kasih makan kok." "Tapi kan nggak sebanyak itu juga Bu. Kalau nanti dia tambah gend...?" Ibu menggeplak pahaku dengan centong nasi. "Hus! Kalau bicara bisa nggak sih disaring dulu. Tuh di dapur ada saringan gede. Muat tuh di mulut kamu." Ibuku mendelik menatapku."Sakit lah Bu.""Segitu doang sakit!

    Last Updated : 2023-12-09
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Fadhil Makin Illfeel

    POV AuthorSesampainya Fadhil di rumah, Amira sudah menyambutnya di depan pintu. Amira cium punggung tangan Fadhil dengan takzim."Baru pulang kak. Sini aku bawain ke dapur." Amira mengambil kresek plastik yang kubawa. "Ya Allah dari belakang aja bentuknya seperti ini. Bukan seksi lagi tapi ini oversize." Fadhil menatap punggung Amira hingga tak terlihat lagi. Tak berapa lama kemudian, Amira datang kembali membawa secangkir teh dan aneka gorengan berupa pastel, risoles, bahkan bakwan pun ada. Amira meletakkannya di meja ruang tamu. "Ayo mas. Dimakan dulu." Amira tersenyum manis kepada suaminya namun sang suami hanya membalas seadanya. "Dikasih makanan lagi. Lama-lama aku bisa gendut kayak dia." Fadhil menggumam kemudian menggeleng lemah hampir tidak terlihat. "Kamu emang suka masak ya Mir?" Tanya Fadhil di sela-sela ia minum teh dan menikmati aneka gorengan itu yang terasa sangat nikmat di lidahnya. "Iya Kak. Aku emang hobi masak. Emang sih nggak jago kayak ibu, tapi nggak terla

    Last Updated : 2023-12-10
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Awal Rencana Fadhil

    Fadhil pun tak lama berada di Jambi. Ia sudah harus terbang ke Bandung untuk mengajar di pondok pesantren kembali. Ibu Fadhil menyayangkan kepergian anak dan menantunya. Padahal ia masih ingin berlama-lama mengenal sang menantu. Namun karena tugas dan amanah yang sudah diemban oleh anaknya, mau tak mau dia harus merelakan keduanya untuk pindah dari rumah itu. "Kenapa sih cepet banget kalian perginya? Nggak bisa apa ditunda sehari atau dua hari lagi gitu?" Bibir wanita parubaya itu mengerucut. "Ya nggak bisa dong Bu. Fadhil kan harus ngajar anak-anak santri juga. Waktu liburan mereka juga sudah hampir selesai. Jadi Fadhil harus kembali ke pondok lagi. Ya kalau liburan semester lagi, Fadhil pulang kampung kok." Kata Fadhil mengusap punggung ibunya. "Tapi kan waktu ibu mengenal lebih dalam istri kamu belum lama juga Dhil. Masa iya langsung diajak merantau? Kesel deh ibu sama kamu!" Ibunya bersedekap. "Lalu, Amira harus aku tinggal disini begitu Bu?" "Ya nggak gitu juga kali Dhil. Ka

    Last Updated : 2023-12-11
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Huru-Hara Pondok

    Sesampainya di pondok pesantren, pasangan suami istri menghebohkan warga pondok. Tersebarnya berita tentang pernikahan dadakan Fadhil dan Amira membuat berbagai spekulasi. Namun hal itu tidak membuat syok pemilik pondok. Memang sehari setelah acara pernikahan dadakan itu, Fadhil sempat menghubungi Pak Kiyai Ahmad dan Ummi Sarah. Tetapi memang selain kedua orang itu, orang-orang pondok tidak ada yang mengetahui pernikahan Fadhil dengan Amira. "Ja-jadi dia istrimu, Fadhil?" Lirih Ridwan, selaku salah satu rekan pengajar. Fadhil mengangguk lemah. Ia bahkan hanya memainkan jemarinya. Ridwan meneguk ludah kasar saat melirik sekilas Amira yang tengah duduk bersama Ummi Sarah. Sedangkan Fadhil dan kedua temannya, Ridwan dan Munif berada tak jauh dari kedua perempuan itu sedang asyik mengobrol. "Yang bener saja kamu pilih istri, Dhil? Emang stok wanita kurus sudah hilang dari muka bumi, Dhil?" Tambah Ridwan. "Huss! Jangan body shamming gitu lah Wan!" Munif menyenggol bahu Ridwan yang keb

    Last Updated : 2023-12-12
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Awal Kehidupan di Pondok

    "Maling! Maling! Maling!" Teriak Amira sembari memejamkan matanya.. Ia sampai menghentak-hentakkan sapu itu ke arah pria yang menjerit kesakitan itu. "Awww! Hei! Ini aku Fadhil!" Mendengar hal itu gerakan Amira terhenti. Ia menatap ke arah pria yang baru saja keluar dari kamar itu. Memang benar itu adalah suaminya. "Ya Allah kak. Maaf, aku pikir tadi itu maling. Soalnya pintu masuk tadi nggak dikunci. Aku pikir ada maling masuk." Amira merasa bersalah. Amira menjatuhkan sapu itu ke lantai. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya dan sedikit membungkukkan tubuhnya. "Makanya lihat-lihat dong. Mentang-mentang tubuhku lebih kecil dari tubuhmu yang besar itu kamu jadi menganggapku aku ini seperti semut yang bisa kamu injak begitu?" "Bukan begitu kak. Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau ada kamu di kamar. Maaf ya kak." Amira merasa sangat bersalah. Ia tadi memukul hingga sekuat tenaganya, pastilah tubuh itu terasa sakit. "Sudahlah! Aku mau pergi." Ia hendak menuju k

    Last Updated : 2023-12-16
  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Keceplosan

    Fadhil dan Amira sudah hampir dua minggu tinggal di pondok. Mereka tidak seperti pengantin baru pada umumnya. Bahkan selama di rumah, Fadhil tidak mengajak Amira berbicara sedikitpun. Ia lebih memilih menyibukkan diri dengan berselancar di dunia maya. Sedangkan Amira harus gigit jari saat ia mencoba mengakrabkan diri dengan Fadhil namun suaminya itu malah menganggapnya hanya angin lalu.Setelah selesai mengajar, Fadhil tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan dia menyibukkan diri dengan membantu para pengurus pondok dalam berbagai kegiatan. Itu semua ia lakukan untuk membatasi interaksi antara dia dan Amira. Hal itu jelas terlihat oleh kedua sahabatnya di pondok. "Dhil, akhir-akhir ini aku lihat kamu selalu menyibukkan diri di kegiatan pondok. Apa kamu nggak rindu sama istrimu?"Fadhil segera menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Ridwan tidak suka. "Bukan urusanmu wan!" Fadhil melanjutkan aktivitasnya lagi. "Aku cuma mengingatkan kamu Dhil. Kamu udah punya istri. Bukankah le

    Last Updated : 2023-12-17

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Gelisah

    Raya membolak-balikkan tubuhnya. Perasaan yang tiba-tiba muncul kala mendengar kabar pernikahan Rayyan dengan seorang wanita membuatnya resah dan gelisah. Padahal ia sudah memastikan pada hatinya bahwa Amira tidak akan memiliki perasaan kepada Rayyan. Namun betapa terkejutnya ia kali ini saat Maya mengatakan hal itu. Hatinya bagai teriris. "Ya Allah, apa aku sudah jatuh hati pada pria itu? Tidak! Jangan sampai! Aku tahu dia dan aku itu beda kelas. Dia anak orang terpandang. Tidak sepantasnya bersanding dengan aku yang hanya keluarga biasa saja." "Tapi kenapa perasaan ini muncul tiba-tiba? Aku cemburu?" Amira merapatkan matanya sejenak. Ia pukul pelan keningnya dengan tangannya yang menggenggam. "Nggak boleh dibiarkan! Rasa ini harus aku hilangkan secepatnya. Aku tidak ingin menjadi duri di dalam rumah tangga mereka. Aku tahu rasanya dipermainkan dalam rumah tangga. Jadi, aku tidak ingin menjadi pelakunya.""Lagipula Mas Rayyan kan sudah memutuskan untuk menikahi wanita lain. Janjin

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Rayyan Meminta Restu

    Memang seperti itulah manusia. Saat diberikan waktu untuk sebuah kenikmatan justru mereka lupa untuk mensyukurinya. Tetapi justru memilih untuk berusaha mencari ladang yang dianggapnya lebih subur. Rumput tetangga memang jauh lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri. Padahal jika rerumputan itu dirawat, pasti akan sangat indah dipandang oleh mata. Namun setelah melihat kenyataan yang sebenarnya, barulah ia bisa menyesalinya. Begitu juga dengan Fadhil saat ini. Dari dulu dia sangat berharap kalau Raya adalah jodoh tepat dari Tuhan untuk dirinya. Dia sangat menjaga hatinya hanya untuk Raya seorang. Bahkan sampai Fadhil menikahi Amira, rasa itu malah semakin ia tumbuhkan secara sengaja agar Amira menyerah saja pada pernikahan ini. Namun saat ini ia telah menuai apa yang dia lakukan. Raya yang dianggapnya adalah wanita sempurna dan cocok mendampingi hidupnya ternyata sangat jauh dari ekspektasinya sebagai seorang laki-laki. Sementara itu Rayyan kini tengah menghadap pad

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Menyesal

    Rayyan yang melihat Amira diam saja membuatnya gelisah. Ia pun mencoba untuk menanyakan kembali."Jadi, bagaimana Amira?" Mata Rayyan tak henti-hentinya melihat Amira yang sangat cantik di matanya. Amira belum berani menjawabnya. Rayyan dengan sabar menanti jawaban dari Amira. Hati wanita yang baru selesai masa iddah itu bertambah campur aduk. Ia menoleh ke arah bapak ibunya untuk mencari pertolongan. Orang tuanya juga saling pandang karena mereka kebingungan untuk menanggapinya. Di sisi satu, orang tua Amira sangat bahagia karena ada pria sholeh dan baik yang mau mempersunting anaknya. Namun di sisi lain mereka juga mengkhawatirkan tentang status sosial yang melekat di antara kedua belah pihak. Tak bisa dipungkiri bahwa orang tuanya sempat khawatir akan hal itu. Mereka termasuk keluarga mampu namun kalau dibandingkan dengan keluarga Rayyan jelas jauh bedanya. Oleh karena itu, mereka meragukannya. Mereka khawatir anaknya nantinya akan diperlakukan tidak baik disana karena perbedaan

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Lamaran Dadakan

    Amira semakin rajin merawat diri dari hari ke hari. Dia rajin ke tempat senam untuk membuat tubuhnya ideal. Pola makan sehat selalu dia terapkan. Awalnya memang sangat sulit sekali. Apalagi kebiasaan makan banyak yang Amira lakukan sangat sulit untuk dihindari. Namun karena Amira bertekad untuk hidup lebih baik, akhirnya Amira pun berhasil menurunkan berat badannya secara drastis. Selain menjaga kesehatan dan pola makannya, Amira juga sudah mulai berani belajar mempercantik diri. Bahkan ia semakin lihai menggunakan peralatan make up yang semula awam bagi dirinya. Dia belajar secara otodidak melalui sosial media. Dia pun juga belajar bagaimana cara tampil stylish. Hal itu dia lakukan untuk membuat kehidupan lebih baik daripada sebelumnya. Ia ingin meninggalkan masa-masa kelam dengan Amira yang baru. Amira kini menatap dirinya pada pantulan cermin di hadapannya. Ia merasa puas dengan hasil yang selama ini dia lakukan. Pengorbanan selama ini akhirnya berbuah manis. Amira menjelma menja

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Akhirnya Berpisah

    Singkat cerita, akhirnya Fadhil dan Amira telah resmi bercerai. Amira hanya ingin sendiri dan menata hidupnya kembali. Perjuangan untuk mendapatkan cinta sang suami yang tulus ternyata berakhir pada kandasnya rumah tangga mereka. Cinta yang sempat hadir di hati Amira pun perlahan terkikis oleh waktu. Perlakuan Fadhil dan juga pengkhianatan yang dilakukan Fadhil ternyata mampu menggoyahkan cinta yang selama ini ia tumbuhkan di hatinya. "Ya Allah, aku benar-benar sudah berubah status menjadi seorang janda. Aku tak menyangka takdirku ternyata seperti ini pada akhirnya. Tapi aku tidak akan menyalahkannya. Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku Ya Allah. Ampuni hamba karena sudah memilih jalan yang Engkau benci ini." Amira menatap indahnya hamparan kebun bunga yang berada di sebuah taman. Ia sedang menikmati pemandangan sekaligus menghirup udara segar setelah sidang akhirnya diputuskan kemarin. Amira pun merasa lega karena terbebas dari pernikahan toksik yang pada akhirnya membuatnya

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Sidang

    "Ada apa Bu?" Tanya Raya saat dia sudah membuka pintu. Raya melihat ibu mertuanya dengan mimik wajah marah. "Kamu itu bisa mengerjakan pekerjaan rumah nggak sih? Kenapa cuma nyapu sama nyuci baju aja kamu nggak bisa?""Aku cuma bisanya seperti itu, bu. Kalaupun ada salah ya maklum lah bu. Aku memang nggak terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Kan harusnya bisa dilaundry. Masalah nyapu nggak bersih-beesih amat juga nggak masalah kali Bu. nanti juga berdebu lagi. Terus nyapu lagi. Daripada capek nyapu mending nyapunya jarang aja Bu.""Ya Allah Raya! Kamu itu jadi perempuan kenapa malesnya minta ampun sih. Ada aja alasan kamu buat tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Memangnya sama orang tuamu tidak pernah diajarkan beres-beres rumah? Timbang gini doang kamu nggak bisa."Raya pun terdiam. Karena ia rasa percuma mendebat orang tua seperti ibu mertuanya itu. Pasti pada akhirnya tidak mau mengalah dan harus dirinyalah yang akan disalahkan. "Ya sudah bu nanti lain kali aku lebih hati-hati lagi

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Fadhil Susah Move On

    Hari demi hari telah berlalu. Sikap Fadhil mulai berubah terhadap Raya, istri keduanya. Padahal sebelum kehadiran Amira kala itu, Fadhil terlihat seperti "budak cinta" pada Raya. Fadhil bahkan rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Raya. Berbeda dengan sekarang, Fadhil lebih sibuk dengan ponselnya daripada mengurusi dirinya dan juga bayi mereka yang baru lahir. Bahkan semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh kedua orang tua Fadhil. Memang pasangan senior itu sengaja di sana sedikit lebih lama karena ingin menghadiri acara sidang perceraian Fadhil dan Amira. Raya merasa dirinya semakin tersingkirkan oleh suaminya sendiri. Fadhil semakin tidak mempedulikan dirinya dari waktu ke waktu. "Mas, aku pengen makan cireng isi yang di perempatan seberang itu. Nanti belikan ya mas?" Pinta Raya sembari duduk di samping Fadhil yang tengah sibuk bermain ponsel. "Kamu beli aja sendiri. Sudah kuat buat jalan kesana kan? Ngapain nyuruh aku beli?" Sahut Fadhil tak menoleh ke arah Raya sedikitpun. "Kok

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Izinkan Aku Mencintaimu

    "Kenapa Mas Rayyan bisa tahu kalau aku tinggal di tempat ini? Apa jangan-jangan Mas Rayyan mengikutiku ya tadi?" Ucap Amira dalam hatinya. Dengan sedikit terpaksa, Amira pun berjalan pelan mendekati Rayyan yang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang."Maaf, aku mengikutimu tadi." Seru Rayyan saat Amira berada tepat di hadapannya. "Ada apa Mas Rayyan?" Langsung saja Amira mengatakan itu karena dia tidak mau berbasa-basi pada Rayyan. Kejadian beberapa bulan yang lalu telah membuatnya membangun tembok kokoh yang cukup membatasi jarak di antara mereka. Padahal dulunya keduanya bisa melepas canda tawa bersama dengan Maya tanpa ada rasa canggung seperti sekarang ini. Amira bahkan tidak bisa mengekspresikan diri seceria dulu di hadapan Rayyan setelah tahu kenyataan yang sebenarnya."Kenapa kamu dulu pergi tanpa kabar?" "Duduklah, mas." Titah Amira pada Rayyan. Pria itu segera duduk di kursi teras di depan rumah ibu kos. Hal itu karena memang agar tidak ada fitnah di antara mereka. Amir

  • Terpaksa Menikahi Istri Gendut   Mengejar Amira

    Amira yang berlarian ke luar ternyata menabrak seseorang. Ia tak berhati-hati dan awas terhadap jalan di hadapannya. "Awww!" Tubuh Amira terjatuh ke aspal. "Maaf, nona. Saya tidak sengaja. Saya..." Pria itu menggantung ucapannya ketika Amira berusaha berdiri sendiri. Tatapan keduanya saling bertemu. Ada getaran rindu yang Rayyan rasakan. Setelah lama ia tak mengetahui kabar apapun dari Amira, kini dia dipertemukan di tempat yang tak terduga sama sekali. Rayyan sempat terpaku menatap Amira yang sudah menjelma menjadi wanita cantik dengan tubuh yang hampir mendekati ideal. Rayyan memang tak sengaja datang ke area disana karena ada pedagang karedok yang berjualan tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Rayyan berencana untuk membelikan umminya makanan itu. Tapi siang sangka bahwa ia akan bertemu dengan wanita yang selama ini dia cari. "Mas Rayyan!" Seru Amira pelan. "A-amira!" Rayyan pun terbata sambil tatapannya terus mengarah pada Amira. Amira memalingkan wajahnya ke kanan

DMCA.com Protection Status