Beranda / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / S2 : 62. Kencan Pertama dan Terakhir

Share

S2 : 62. Kencan Pertama dan Terakhir

Penulis: Hanazawa Easzy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ayo naik," ajak Rio, mengulurkan tangannya, meminta Monika segera masuk ke atas salah satu wahana permainan yang berbentuk seperti kapal bajak laut.

Sesaat wanita berdarah Indonesia - Inggris itu tampak ragu. Tidak ada satu pun pengunjung yang ada di sana. Hanya mereka berdua. Keduanya datang terlalu awal, tidak ada orang yang datang sepagi ini untuk kencan di taman bermain.

"Ayo." Rio menarik tangan Monika dengan sedikit paksa, membuat wantia itu hampir terjerembap jika Rio tidak segera meraih pinggang rampingnya.

Wajah tak suka segera terlukis di paras ayu itu. Dia tidak suka jika Rio memaksakan kehendaknya seperti barusan.

"Hey, ada apa dengan wajahmu? Kenapa murung?" Rio meraih dagu istrinya, meminta wanita itu untuk menatapnya.

Monika segera menepis tangan Rio, menggeser duduknya satu jengkal lebih jauh dari Sang Suami.

"Hey, ada ap--"

"Diamlah. Dasar cerewet!" maki Monika, semakin sebal karena Rio begitu banyak bicara. Lama-lam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kemal Aphatice
ah update cm sepanggal apaan nih...
goodnovel comment avatar
abigail_2501
thor, jgn pelit² dunk update nya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 63. Kencan yang Sempurna

    Gondola warna merah tempat Rio dan Monika berada semakin naik ke atas, menampilkan pemandangan kota Tokyo dari ketinggian."Sweety, itu Tokyo tower." Rio menunjuk menara setinggi 333 meter yang berdiri kokoh di tempatnya. Bangunan tinggi itu salah satu tujuan utama wisata di Tokyo yang banyak dikunjungi turis asing saat melancong kemari.Monika menoleh, mengarahkan pandang pada tempat yang Rio tunjukkan. Menara itu terlalu jauh dari mereka, tidak terlalu jelas seperti apa penampakannya."Kamu mau ke sana?" tanya Rio, menatap kedua manik mata istrinya. Dia menggenggam punggung tangan istrinya dengan penuh cinta."Terserah," jawabnya pasrah sambil mengangkat bahu.Monika sama sekali tidak memiliki ide apapun tentang kencan mereka hari ini. Pikirannya penuh, berisi pernyataan Rio sebelumnya. Dia mengatakan kalimat-kalimat yang terdengar aneh, bahkan menyinggung tentang perceraian. Apa maksudnya?"Baik. Aku akan pesan tiket masuk ke sana nanti m

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 64. Haruskah Kita Berpisah?

    Langit gelap seluruhnya. Bintang gemintang menghiasi angkasa saat Rio dan Monika memasuki kamar sebuah hotel mewah. Aroma citrus yang menyegarkan seketika tertangkap indera penciuman keduanya. "Huahh... Akhirnya bisa istirahat juga," tukas Monika, merebahkan diri di atas ranjang empuk yang dijumpainya. Dia memejamkan mata, mengambil napas dalam-dalam untuk memenuhi rongga dadanya dengan oksigen. Rio menutup pintu di belakangnya, menatap Monika dari kejauhan. Raut wajah pria itu terlihat tidak senang, seolah memikul beban berat di pundaknya. Tapi, Monika tidak menyadari hal itu. Dia terlalu lelah setelah berkencan seharian dengan Rio. "Mau mandi dulu?" tanya Rio, menawarkan Monika untuk memakai ruangan untuk bersih-bersih di sebelah kanan mereka. Monika menggeleng. "Aku lelah. Nanti saja." Rio mengangguk sekali. Dia tidak berkomentar apa-apa lagi. Punggungnya menghilang di balik pintu, meninggalkan Monika seorang diri. "Ada apa denganny

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 65. Situasi Tak Terkendali

    -Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta Seorang wanita bersurai pirang berjalan dengan menarik koper hitam di tangannya. Wajah cantiknya terlihat muram, langkah kakinya tak bersemangat sama sekali. Beberapa orang yang datang dengan pesawat yang sama dengannya tampak berjalan mendahului, melalui pintu kedatangan penerbangan internasional. "Nona?!" panggil Maria, melambaikan tangannya di udara. Senyum yang semula terukir di wajah tirusnya, kini menghilang seketika. 'Nona pulang seorang diri?' batin wanita berpakaian serba hitam yang kini menghadang langkah kaki wanita yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Dengan sigap, dia segera mengambil alih barang bawaan Monika. "Izinkan saya membawakannya untuk Anda." Tanpa kata, Monika tak tahu harus apa. Dia menutup mulutnya rapat-rapat dengan raut wajah penuh luka. "Anda baik-baik saja?" tanya Maria, mendapati nonanya tak segera masuk ke dalam mobil begitu ia membukakan pintunya. "Aku bukan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 66. Rencana Besar Terungkap

    Leo duduk dengan gelisah di depan Hans Dirgantara, pendiri sekaligus pemegang saham tertinggi perusahaan ini. Dia adalah ayah kandung Rio, CEO sebelumnya.Hans membaca stopmap di depannya. Pria yang selama lima tahun terakhir menjalani pengobatan di Singapura itu, kini tampak sehat dengan tubuh segar bugar. Tidak ada satu mili pun racun di dalam tubuhnya. Pihak rumah sakit berhasil mendetoksifikasi tubuhnya."Jadi, dia tahu aku akan kembali? Itu sebabnya dia kabur mencari ibunya?" Suara dingin dan tajam Hans menggema. Dia bertanya pada Leo, tangan kanan putra semata wayangnya."Be-benar, Tuan." Leo tidak bisa menyembunyikan rahasia yang selama ini tersimpan dengan baik di kepalanya. Kali ini, rencana besar Rio harus terungkap."Ceritakan padaku semuanya. Dari awal hingga akhir." Hans menyilangkan kakinya, membuat satu paha ada di atas paha lainnya. Dia menyandarkan punggung ke belakang, siap mendengarkan seluruh penuturan asisten pribadi yang tergolong ma

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 67. Tidak Siap Berpisah

    "Dimana dia sekarang?" tanya Hans, merujuk pada Monika, menantunya. Dia tengah membicarakan tentang hubungan Rio dan Monika yang harus kandas ditengah jalan."Nona sedang dalam perjalanan kemari. Saya meminta Maria menunda kedatangannya."Hans tidak banyak berkomentar. Dia belum pernah melihat gadis yang berstatus sebagai menantunya. Dia belum bisa membaca seperti apa sifat dan perangai wanita yang satu itu. Apakah sama seperti gadis-gadis di luar sana yang materialistis, egois, dan ingin dimanja? Atau justru sebaliknya?"Katakan semua yang kamu ketahui." Hans kembali duduk, ingin mendengar lebih banyak tentang wanita muda yang telah berhasil mengambil hati anaknya. Dia pastilah memiliki keistimewaan sendiri."Nona Monika wanita yang mandiri. Dia menolak dengan tegas perjanjian yang Tuan Muda tawarkan. Jika tidak tersangkut masalah uang dua miliar tersebut, bisa dipastikan dia tidak akan menandatanganinya."Dari penjelasan Leo, Hans setidaknya tahu

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 68. Menantuku Sayang

    Audi R8 yang Maria kendarai terhenti di depan perusahaan. Dua orang wanita beda usia itu segera turun dari pintu yang berbeda."Aku bisa masuk sendiri. Kamu pergilah, cari makanan untuk Leo."Permintaan Monika membuat wajah Maria merah merona. Dia mengakui perasaannya yang menyukai Leo diam-diam tapi tidak berani mengungkapkannya.Langkah kaki mereka terpisah di ujung koridor. Monika naik lift menuju lantai atas tempat Leo berada dan Maria kembali pergi melaksanakan permintaan nonanya."Ada tuan Hans di kantor. Bagaimana caraku memanggilnya?" gumam Monika sambil menatap angka yang terus bergerak di atas pintu lift. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pria yang katanya lebih mengerikan dari Rio. Apa yang akan terjadi nantinya? Entahlah, Monika tidak ingin terlalu memikirkannya."Apa yang terjadi, terjadilah," lirihnya bersamaan dengan denting yang terdengar. Pintu mengilat itu terbuka, mempersilakan Monika untuk keluar dari dalam sana.Sej

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 69. Ketakutan Luar Biasa

    Monika melangkahkan kakinya, menyusuri anak tangga di hadapannya dengan pandangan kosong. Sesekali ia menatap arloji di pergelangan tangannya. Masih terlalu awal untuk berangkat kerja. Tapi, semakin lama di dalam kamar kostnya, dia justru semakin merasa kesepian. Monika mengingat bagaimana pertengkaran mereka saat Rio menyusup diam-diam ke dalam kamar. Dia juga ingat bagaimana Rio kepayahan hanya karena mie instan yang dimasaknya. Ya, ia dan pria mesum itu telah resmi berpisah dua minggu yang lalu. Mereka memutuskan untuk mengakhiri pernikahan yang tak seharusnya terjadi. Dia bahkan kembali ke Indonesia seorang diri, meninggalkan Rio bersama ibunya di Jepang. "Nona," panggil Maria, membuyarkan lamunan wanita di hadapannya. Dia terkejut melihat rambut panjang Monika sudah dipangkas sebatas bahunya. Padahal kemarin masih panjang seperti biasanya. "Oh, Maria." Maria menundukkan kepala sekilas, sebelum kembali mengamati wajah pucat nonanya.

  • Terpaksa Menikahi CEO   S2 : 70. Kembali ke Indonesia

    Audi R8 yang Maria kendarai kini melaju dari bandara menuju salah satu bangunan apartemen mewah di pusat kota. Di kursi belakang tampak Rio dan nyonya Evalia yang masih setia menatap ke luar jendela.Diam-diam Maria bersyukur karena Monika menolak ikut menjemput ke bandara. Jika saja wanita blasteran itu ikut serta, dia akan merasa bersalah. Sebelumnya dia mengatakan bahwa Rio tidak kembali, hanya nyonya Eva yang datang seorang diri. Namun kenyataannya, ternyata Rio ada bersamanya."Maria, katakan pada Leo untuk menemuiku secepatnya," pinta Rio tanpa mengalihkan pandangan dari luar kaca."Ba-baik." Nada bicara tuannya yang terdengar dingin sungguh membuat Maria tidak nyaman. Dia salah tingkah dan sedikit tergagap.'Ada apa dengan Tuan Muda?' batin Maria.Aura di sekitar Rio sungguh gelap. Pria yang sangat ia segani terlihat menakutkan. Juga wajah tanpa senyum itu, membuatnya ingat hari-hari tuannya sebelum kedatangan Monika.Ya, semenjak Jon

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   Perfect Happiness

    Tiga tahun kemudian ...."Daddy," panggil gadis dua setengah tahun yang kini memanjat dada bidang ayahnya."Hmm. Alea?" Rio mengerjapkan mata, namun belum membukanya. Dia masih dikuasai kantuk dan ingin terpejam sebentar lagi.Mentari bersinar hangat di musim semi, bersamaan dengan aroma bunga sakura yang diam-diam menelisik hidung. Di sebuah hunian mewah dengan dekorasi minimalis, seorang pria tidur terlentang di atas sofa bed bersama putrinya."Dad ...." Jemari mungil Alea meraba dada bidang Rio yang tertutup kaus putih. Aroma bayi yang menyegarkan menguar, menyapa indera penciuman sang ayah.Tiruan Monika itu mengulurkan tangannya, mengelus pelipis pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Sama seperti sang ibu yang suka mencium pipi Rio diam-diam saat tidur, Alea juga melakukan hal yang sama. Dia mendaratkan kecupan sayangnya sekedip mata di rahang kokoh ayahnya yang ditumbuhi cambang tipis.Rio mengangkat kedua alis sebelum balas

  • Terpaksa Menikahi CEO   Happily Ever After

    "Sweety, ada dua bayi di dalam perutmu?" tanya Rio tidak percaya, menatap Monika dengan pandangan yang penuh binar bahagia. "Kita akan punya twins baby?"Anggukan kepala terlihat, membuat kebahagiaan yang Rio rasakan semakin berlipat-lipat. Dia tidak pernah menyangka kalau dalam satu waktu akan ada dua buah cinta yang melengkapi kebahagiaannya dengan Monika. Seolah semua hanya mimpi, tidak pernah terjadi."Aku juga baru tahu."Rio memeluk istrinya, menyalurkan rasa cinta yang begitu luar biasa. Mereka baru sempat melakukan pemeriksaan kandungan setelah kondisi Rio benar-benar membaik. Observasi lanjutan pasca siuman harus dijalaninya selama dua minggu."Kondisi istri Anda baik, kedua janin di dalam perutnya juga sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika porsi makannya ditambah lagi. Kebutuhan gizi dua anak tentu berbeda dengan kehamilan tunggal.""Saya akan memperhatikannya, Dok." Rio menjawab penuturan dokter kandungan di hadapannya dengan bahasa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 34. Akhir Kisah Indah (Ending Season 3)

    "Sweety, aku merindukanmu."Suara Rio yang lirih dan dalam berhasil membuat bulu roma Monika meremang seketika. Dia tidak tahu bagaimana bisikan itu bisa membuatnya jadi seperti sekarang ini, hang, blank, tidak bisa berpikir sama sekali."Apa kamu tidak merindukanku?"Melihat Monika tak merespon, Rio sengaja menggelitik perut istrinya, membuat bola mata sipitnya membulat seketika. Dua tangannya langsung menahan tangan Rio yang masih ada di dalam blouse putih yang dipakainya."Hubby?!" Kali ini tatapan tajam yang ia hadiahkan pada suaminya. Tak cukup sampai di sana, Monika juga segera berdiri, menjauh dari jangkauan tangan suaminya yang nakal.Gelak tawa Rio terdengar menggema, merasa bahagia melihat istrinya kembali sadar. Entah pergi ke mana akal sehatnya beberapa saat lalu, terlihat dari wajah cantik yang tampak bodoh."Berhenti bermain-main. Kamu koma satu minggu dan hampir meregang nyawa. Semua orang panik saat detak jantungmu berhenti k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 33. Kerinduan yang Tak Tertahan

    "Rio," panggil Eva, memeriksa Respon putranya yang tampak mengerjapkan mata namun tak membukanya. Jemari tangan Rio bergerak perlahan, menunjukkan kalau kesadarannya sudah mulai kembali. Dia mendengar panggilan ibunya, tapi masih berat untuk melihat dunia di hadapannya. "Rio, kamu dengar ibu?" ulang Eva, menyentuh pipi putra semata wayangnya yang dilaporkan mengalami tanda-tanda akan bangun dari koma. Tak sia-sia dia dibawa ke Jepang dan mendapat perawatan intensif selama satu pekan. Wajah cantik Evalia menjadi pemandangan pertama yang Rio lihat begitu ia membuka mata. Namun, terlihat buram bersamaan rasa nyeri yang terasa di pangkal hidungnya seperti orang bangun tidur. "Dok, kondisi pasien sudah stabil," lapor perawat yang bertugas melakukan observasi lanjutan pada Rio. Eva mengangguk, sekilas melihat angka yang terpampang di monitor. Pandangan selanjutnya tertuju pada tabung ventilator yang tampak berembun semakin banyak, menunjukkan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 32. Kesalahpahaman Jun

    "Dear," panggil Eva, memeluk bahu menantunya dari samping. Dia menemui Monika di ruangan khusus yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Kondisi Rio yang semakin menurun memaksa Eva harus menyetujui saran suaminya, membawa anak mereka ke negeri sakura untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Tidak ada jalan lain. Dia harus mengupayakan penyelamatan yang terbaik untuk putranya."Ayo temui Rio," ajaknya, "kondisinya sudah semakin baik. Kemungkinan hari ini dia akan siuman."Namun, hanya gelengan kepala yang terlihat dari wajah cantik Monika. Pipinya tampak semakin tirus. Dia tidak makan, juga tidak istirahat dengan baik seminggu ke belakang. Pemikirannya tertuju pada Rio. Rasa bersalah masih terus membayang, membuatnya bungkam seribu bahasa."Sayang, sudahi kesedihanmu. Jika kamu terus seperti ini, tidak baik untuk buah hatimu. Dia ikut tertekan dan tidak bahagia di dalam sana."Lagi-lagi gelengan kepala yang tampak di wajah Monika, bersa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 31. Hukuman yang Setimpal

    "Mommy," panggil Clara, menggoyangkan lengan Liliana dengan gerakan yang cepat dan tidak sabar. Netranya menatap sekeliling, menyadari kalau mereka berada di tempat antah berantah yang sepi dan lengang. Rumput ilalang yang tinggi mengepung mereka yang masih ada di dalam mobil."Ada apa?" Liliana mengerjap matanya dua kali, merasa enggan meladeni panggilan tadi. Tubuhnya terlalu lelah, ingin istirahat sedikit lebih lama lagi. Mereka berkejaran dengan sesuatu yang entah apa, seperti kriminal yang lari dari kejaran polisi. Meski kenyataannya, justru Hans dan orang-orangnya lebih mengerikan dari para petugas berseragam coklat muda itu."Kita ada di mana?""Hmm? Di mana?" Liliana mengambil alih kesadarannya, menatap Clara dengan pandangan heran. Isi kepalanya berputar, mencoba mengingat apa yang terngah terjadi pada mereka. Bukankah Clara yang memesan taksi online ini? Kenapa dia terlihat panik?Dengan enggan Liliana menatap arloji di tangannya, mendapati jaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 30. Pukulan Terbesar

    "Mom, ayo cepat!" Clara menyeret koper di tangannya dengan tergesa. Dua langkah di belakangnya, tampak Liliana melakukan hal yang sama. Namun, wanita yang tak lagi muda itu tampak kerepotan. Beberapa kali kakinya hampir tersandung kakinya sendiri. "Mommy!" teriak Clara, segera berpindah ke taksi yang lainnya. Dia tidak ingin membuang waktu dan membuat orang-orang suruhan Hans mengejarnya. "Tunggu!" Liliana harus melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya dan berjalan tanpa alas kaki untuk menyusul calon menantu kesayangannya. Keduanya kini duduk di kursi belakang taksi yang mereka pesan online sesaat lalu. "Sayang, sebenarnya apa yang kamu dengar? Apa sesuatu yang buruk terjadi? Kenapa kita harus lari?" Liliana yang semakin heran dengan perilaku Clara, tak ayal mengeluarkan pertanyaannya juga. "Kamu gagal menyingkirkan Monika?" Clara langsung membekap mulut Liliana dengan tangannya, takut supir taksi yang ada di balik kemudi mendengarkan percak

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 29. Dia Koma?

    "Silakan, Nyona." Perawat yang pergi bersama Monika mempersilakan wanita blasteran yang Eva percayakan padanya untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Baju hijau menempel di tubuhnya yang tetap terlihat kurus meski berbadan dua. "Aku boleh masuk?" Monika masih setengah tak percaya bisa menemui suaminya. "Sebenarnya, belum diizinkan jika kondisi pasien belum lepas dari kondisi kritis. Tapi, karena ini permintaan dokter Eva, kami tidak bisa menyangkalnya. Beliau pasti lebih tahu. Mungkin Anda bisa membuat suami Anda bangun dari komanya." "Dia koma?! Tapi ibu tidak ... " Bulir hangat luruh di wajah Monika, bersamaan dengan tangan yang menutup rapat mulutnya. Dia tidak bisa berkomentar lebih banyak. Eva tidak mengatakan hal itu, bahkan terlihat tenang dan tidak menitikkan air mata sama sekali. Perawat dengan pakaian hijau itu tampak terhenyak di posisinya. Dia tidak tahu jika pernyataan yang terlontar dari mulutnya akan melukai Monika. "Maaf, Ny

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 28. Memanjatkan Doa yang Sama

    "Kamu siap mendengar penjelasanku, Sayang?" Eva menatap Monika, berharap menantunya cukup tegar dan tidak tumbang. Ada hal yang harus ia sampaikan sebagai seorang dokter kepada keluarga pasien."Katakan saja! Jangan membuatku penasaran!" Bukannya Monika yang menjawab, tapi suara Hans-lah yang terdengar menggema di ruang konsultasi.Eva mengembuskan napas berat. Dia tahu tabiat dan temperamen suaminya, to the point dan tidak suka berbelit-belit. Berbeda dengan pembawaan Monika yang cenderung lemah dan mulai terlihat pucat wajahnya."Sayang?" Eva masih bersikeras, memastikan kesiapan hati dan indera pendengaran wanita cantik yang lagi-lagi meneteskan air mata tanpa suara."Aku baik-baik saja, Bu." Suara bergetar dari mulut Monika berhasil membuat Hans menoleh. Lagi-lagi dia melihat sisi lemah wanita, membuatnya membuang muka karena tidak nyaman. Hatinya terasa sakit, merasa tidak bisa menjaga mereka dengan baik. Seolah-olah tangisan Monika ini disebabkan ol

DMCA.com Protection Status