Beranda / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / Bab 5. Pesona Monika

Share

Bab 5. Pesona Monika

Penulis: Hanazawa Easzy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ambil kontraknya! Jika dia menolak, buang mayat busuk ini ke hutan. Harimau dan serigala liar akan menerimanya dengan senang hati!" titah Rio pada asisten pribadinya, membuat Monika menggelengkan kepala. Dia tidak ingin tubuh ayahnya menjadi santapan hewan buas. 

"Jangan!" Monika coba melindungi ayahnya. Dia semakin mengeratkan pelukan pada tubuh pria yang semakin terasa dingin ini.

"Nona Monika, tolong kerjasamanya." Leo berjongkok di sisi badan Monika sembari menyodorkan stopmap merah yang ia bawa. "Silakan."

Dengan tangan gemetar, Monika terpaksa mengambil pena yang Leo berikan. Dia menandatangani perjanjian itu dengan air mata berlinang. Hatinya sakit, perih, seperti tertusuk ribuan sembilu. 

Cita-citanya untuk menikah dengan Devan pupus sudah. Dia justru akan menjadi istri kontrak pria tak dikenalnya.

"Urus sisanya! Aku tidak mau tahu."

Rio pergi, membanting pintu di belakangnya tepat setelah perjanjian itu ditandatanga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Titik Nurida
lanjut ......hemmmmmmmmmm
goodnovel comment avatar
Hanazawa Easzy
terima kasih apresiasinya kak Jihan Yuk lanjut baca yaa. see you
goodnovel comment avatar
Gadis e'mute
story' nya ada lucu² nya ya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 6. Pemotretan

    Rio kembali memasang wajah angkuh, kemudian berbalik menuju pintu yang menghubungkannya dengan ruangan pemotretan. Tangan pria ini mengepal erat, berusaha menenangkan jantungnya yang seolah ingin melompat keluar dari tempatnya. "Silakan, Nona." Leo mempersilakan gadis ini untuk menyusul Rio. Dia meraih tangan Monika dan membimbingnya berjalan agar tidak terjatuh. Di belakang mereka, dua orang pegawai butik membantu mengangkat pakaian pengantin yang terhampar di lantai. "Nyonya, ponsel Anda terus berdering." Seorang pegawai butik mendekat, menyerahkan benda pipih di tangannya pada wanita yang tengah membantu Monika berjalan di atas karpet merah. "Maaf saya permisi." Monika terhenyak saat wanita itu pergi begitu saja, membuatnya hampir terjerembab ke lantai. Dia tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi, langkahnya oleng saat kehilangan pegangan. "Hati-hati, Nona." Leo dengan sigap menangkap tubuh ramping Monika, mendekapnya dengan erat.

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 7. Imajinasi Liar (18+)

    WARNING!!! 18+ BIJAKLAH DALAM MENYIKAPI SUATU BACAAN! * * * 'Shit! Dada indah itu!' geram Rio dalam hati. Cengkeraman tangannya di pinggang Monika semakin erat. Dadanya bergemuruh, ada gejolak yang tak bisa dia kendalikan. Semacam rasa ingin meraup, mencecap, dan menikmati kehangatan di dalam sana. Rio menarik pinggang Monika, membuat tubuh keduanya saling menempel. Napas pria itu semakin memburu, bersamaan dengan dadanya yang naik turun tanpa bisa dia cegah. "Rio," panggil Monika dengan suara yang lembut, membuat pikiran liar pria ini semakin menggila. Matanya terpaku pada bibir seksi istrinya. Lengang. Tak ada suara apapun yang tertangkap oleh indera pendengarannya kecuali panggilan Monika tadi. 'Aku tidak bisa menahannya lagi,' geram pria 31 tahun ini dalam hati. Tanpa aba-aba, Rio mendekatkan kepalanya pada Monika dan siap mencicipi bibir ranum warna merah d

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 8. Hanya Milikku!

    Monika keluar dari dalam ruang ganti dan mendapati Leo berdiri membelakanginya. Tampaknya pria ini sengaja menunggunya di sana. "Ini ponsel dan tas Anda." Pria berpakaian serba hitam itu memberikan benda yang Monika tinggalkan di minimarket pagi ini begitu keduanya berhadapan. "Terima kasih," ucap Monika lirih. Dia memakai tas selempangnya dan kemudian duduk di bangku yang kebetulan ada di belakang tubuhnya. Hatinya hampa, mengingat ia baru saja kehilangan sosok yang begitu dia hargai. "Tuan menyuruh saya mengantarkan Anda untuk pulang. Mari." Monika tak merespon. Dia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sampai beberapa detik berlalu, wanita ini tak jua beranjak dari tempatnya. Tatap matanya kosong. Wajah cantiknya tampak sedikit pucat, membuat Leo khawatir. "Nona, apa Anda baik-baik saja?" Lagi-lagi Monika tak menjawab. Dia melirik Leo sekilas sebelum menangkup wajah dengan kedua tangannya. Leo salah tingkah. Dia tidak nya

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 9. Penghangat Ranjang

    Gemericik air segera terdengar dari dalam kamar mandi. Sampo beraroma greentea dan daun mint segera dia ratakan ke atas kepala, membuat mahkota indahnya tertutup busa. Setidaknya aromaterapi itu akan membuat tubuhnya lebih fresh. Beberapa menit kemudian, Monika keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk melilit tubuh rampingnya. Langkah kaki gadis itu terhenti di depan pintu saat mendapati lampu utama di kamar ini padam. "Eh? Apa lampunya rusak?" Monika menghadap ke atas. Seorang pria yang bersembunyi dalam kegelapan hanya bisa menelan ludahnya berkali-kali. Pemandangan di hadapannya sungguh membuat libidonya naik seketika. Otak mesumnya segera bekerja, mengimajinasikan segala kenikmatan bersama wanita ini. 'Shit!" umpatnya dalam hati. Hasrat laki-lakinya terus meronta. Bagaimana tidak? Tetes-tetes air yang turun melalui ujung surai pirang Monika, mengalir membasahi leher putih mulusnya. Siluet tubuh gadis ini terlihat begitu seksi dan menggo

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 10. Malam Pertama

    WARNING !!! 21+ BUKAN UNTUK DITIRU. BIJAKLAH MENYIKAPI SEBUAH BACAAN. * * * Lengang. Tak ada respon dari Monika. Gadis ini telah masuk ke alam bawah sadarnya, tak merasakan apapun yang Rio lakukan. Kelima panca inderanya berhasil dilumpuhkan dengan obat tidur dosis rendah yang pria mesum itu tambahkan ke dalam air putih. Ya, Monika tak tahu sama sekali bahwa Rio sudah menaruh serbuk obat di dasar gelas kaca miliknya. Pria ini benar-benar licik. Rio menatap jam di pergelangan tangannya, pukul tujuh malam. Waktunya masih panjang. Dia bisa mempermainkan gadis ini sesuka hatinya. Bibir ranum yang tertutup menjadi sasaran utama pria mesum ini. Terasa manis. Dia sudah terobsesi, ingin menikmati seluruh tubuh wanita ini. "Shit!" Rio mengumpat saat aktivitasnya terganggu oleh getaran ponsel Monika di atas nakas. Nama 'Lovely' terlihat di sana, membuat emosi Rio kembali datang. Adegan c

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 11. Frustrasi

    Monika mengerjapkan matanya beberapa kali. Sinar hangat mentari menelisik ruangannya, melewati jendela kaca yang telah terbuka. Samar-samar aroma pengharum ruangan menyapa indera penciumannya. "Anda sudah bangun, Nona?" Suara seorang wanita tertangkap telinga Monika, membuatnya terkesiap. 'Siapa?' batin Monika berkata. Gadis bersurai panjang ini membuka mata dengan paksa, mengabaikan kepalanya yang terasa berat. Perlahan retina matanya befungsi normal setelah mengedip beberapa kali. "Nona tertidur begitu lelap. Kami tidak berani membangunkan Anda." Monika menatap dua wanita berpakaian serba hitam yang berjarak beberapa langkah darinya. Keningnya berkerut, merasa tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Gadis itu duduk dan menatap jam digital di atas nakas, pukul enam pagi. "Ini bisa meredakan sakit kepala yang Anda alami. Silakan, Nona." Lagi-lagi wanita yang tidak Monika ketahui identitasnya ini tersenyum ramah. Tangannya terulu

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 12. Bedebah Tidak Tahu Diri

    "Bawa para b*jingan itu ke ruang penyiksaan! Aku ingin melihat kesaksian mereka dengan mata kepalaku sendiri!" Suara Rio menggema, menunjukkan bahwa pria itu marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. "Baik." Leo berbalik badan, siap melangkah pergi dari ruangan ini. "Tunggu!" titah Rio membuat langkah pria berpakaian serba hitam itu terhenti. "Ya, Tuan?" Leo berbalik, kembali menghadap tuannya yang kini duduk di kursi kebesarannya yang empuk. "Dimana dia sekarang? Apa yang sedang dia lakukan?" Leo terdiam sepersekian detik. Otaknya berusaha mencerna siapa 'dia' yang tuannya bicarakan. Pria ini tidak pernah mempedulikan orang lain sebelumnya. Tapi, kemampuan otak Leo diatas rata-rata. Dia tahu siapa yang dimaksud oleh tuannya. "Nona Monika pergi ke tempatnya bekerja. Dia meminta kelima pengawal kita untuk pergi dan menyampaikan sebuah pesan untuk Anda." "Pesan? Untukku?" Ada seulas senyum tipis yang tampak di bibir pria

  • Terpaksa Menikahi CEO   Bab 13. Gadis Dua Miliar

    WARNING!!! 21+ BUKAN UNTUK DITIRU!! * * * Sejurus kemudian, bibir Rio sudah mendarat di leher Monika, membuat gadis ini merasakah geli dan nikmat di saat yang bersamaan. Pria itu semakin terobsesi saat melihat tak ada perlawanan dari wanita di hadapannya. "Aku akan memulainya." Rio menatap manik mata di depannya dengan mata berkilat dipenuhi gairah. Dia tidak bisa menahan diri lagi. Bibir Monika menjadi sasaran serangan pria ini. Dia mencium wanitanya dengan lembut, membuat Monika terhanyut. Tanpa sadar, tangan Monika yang terbebas mencengkeram jas yang Rio kenakan. Dia terbawa perasaan, mulai menikmati perlakuan suaminya. Deru air conditioner di ruangan itu membersamai suara decak bibir dua orang yang kehilangan akal sehatnya. Mereka saling melumat, mengejar kenikmatan masing-masing. Rio mulai kepanasan. Dia melepaskan jas navy yang dipakainya dan membuangnya sembarang. Tangan dan bibirnya bekerja sama, menjelajah tub

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   Perfect Happiness

    Tiga tahun kemudian ...."Daddy," panggil gadis dua setengah tahun yang kini memanjat dada bidang ayahnya."Hmm. Alea?" Rio mengerjapkan mata, namun belum membukanya. Dia masih dikuasai kantuk dan ingin terpejam sebentar lagi.Mentari bersinar hangat di musim semi, bersamaan dengan aroma bunga sakura yang diam-diam menelisik hidung. Di sebuah hunian mewah dengan dekorasi minimalis, seorang pria tidur terlentang di atas sofa bed bersama putrinya."Dad ...." Jemari mungil Alea meraba dada bidang Rio yang tertutup kaus putih. Aroma bayi yang menyegarkan menguar, menyapa indera penciuman sang ayah.Tiruan Monika itu mengulurkan tangannya, mengelus pelipis pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Sama seperti sang ibu yang suka mencium pipi Rio diam-diam saat tidur, Alea juga melakukan hal yang sama. Dia mendaratkan kecupan sayangnya sekedip mata di rahang kokoh ayahnya yang ditumbuhi cambang tipis.Rio mengangkat kedua alis sebelum balas

  • Terpaksa Menikahi CEO   Happily Ever After

    "Sweety, ada dua bayi di dalam perutmu?" tanya Rio tidak percaya, menatap Monika dengan pandangan yang penuh binar bahagia. "Kita akan punya twins baby?"Anggukan kepala terlihat, membuat kebahagiaan yang Rio rasakan semakin berlipat-lipat. Dia tidak pernah menyangka kalau dalam satu waktu akan ada dua buah cinta yang melengkapi kebahagiaannya dengan Monika. Seolah semua hanya mimpi, tidak pernah terjadi."Aku juga baru tahu."Rio memeluk istrinya, menyalurkan rasa cinta yang begitu luar biasa. Mereka baru sempat melakukan pemeriksaan kandungan setelah kondisi Rio benar-benar membaik. Observasi lanjutan pasca siuman harus dijalaninya selama dua minggu."Kondisi istri Anda baik, kedua janin di dalam perutnya juga sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika porsi makannya ditambah lagi. Kebutuhan gizi dua anak tentu berbeda dengan kehamilan tunggal.""Saya akan memperhatikannya, Dok." Rio menjawab penuturan dokter kandungan di hadapannya dengan bahasa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 34. Akhir Kisah Indah (Ending Season 3)

    "Sweety, aku merindukanmu."Suara Rio yang lirih dan dalam berhasil membuat bulu roma Monika meremang seketika. Dia tidak tahu bagaimana bisikan itu bisa membuatnya jadi seperti sekarang ini, hang, blank, tidak bisa berpikir sama sekali."Apa kamu tidak merindukanku?"Melihat Monika tak merespon, Rio sengaja menggelitik perut istrinya, membuat bola mata sipitnya membulat seketika. Dua tangannya langsung menahan tangan Rio yang masih ada di dalam blouse putih yang dipakainya."Hubby?!" Kali ini tatapan tajam yang ia hadiahkan pada suaminya. Tak cukup sampai di sana, Monika juga segera berdiri, menjauh dari jangkauan tangan suaminya yang nakal.Gelak tawa Rio terdengar menggema, merasa bahagia melihat istrinya kembali sadar. Entah pergi ke mana akal sehatnya beberapa saat lalu, terlihat dari wajah cantik yang tampak bodoh."Berhenti bermain-main. Kamu koma satu minggu dan hampir meregang nyawa. Semua orang panik saat detak jantungmu berhenti k

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 33. Kerinduan yang Tak Tertahan

    "Rio," panggil Eva, memeriksa Respon putranya yang tampak mengerjapkan mata namun tak membukanya. Jemari tangan Rio bergerak perlahan, menunjukkan kalau kesadarannya sudah mulai kembali. Dia mendengar panggilan ibunya, tapi masih berat untuk melihat dunia di hadapannya. "Rio, kamu dengar ibu?" ulang Eva, menyentuh pipi putra semata wayangnya yang dilaporkan mengalami tanda-tanda akan bangun dari koma. Tak sia-sia dia dibawa ke Jepang dan mendapat perawatan intensif selama satu pekan. Wajah cantik Evalia menjadi pemandangan pertama yang Rio lihat begitu ia membuka mata. Namun, terlihat buram bersamaan rasa nyeri yang terasa di pangkal hidungnya seperti orang bangun tidur. "Dok, kondisi pasien sudah stabil," lapor perawat yang bertugas melakukan observasi lanjutan pada Rio. Eva mengangguk, sekilas melihat angka yang terpampang di monitor. Pandangan selanjutnya tertuju pada tabung ventilator yang tampak berembun semakin banyak, menunjukkan

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 32. Kesalahpahaman Jun

    "Dear," panggil Eva, memeluk bahu menantunya dari samping. Dia menemui Monika di ruangan khusus yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Kondisi Rio yang semakin menurun memaksa Eva harus menyetujui saran suaminya, membawa anak mereka ke negeri sakura untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Tidak ada jalan lain. Dia harus mengupayakan penyelamatan yang terbaik untuk putranya."Ayo temui Rio," ajaknya, "kondisinya sudah semakin baik. Kemungkinan hari ini dia akan siuman."Namun, hanya gelengan kepala yang terlihat dari wajah cantik Monika. Pipinya tampak semakin tirus. Dia tidak makan, juga tidak istirahat dengan baik seminggu ke belakang. Pemikirannya tertuju pada Rio. Rasa bersalah masih terus membayang, membuatnya bungkam seribu bahasa."Sayang, sudahi kesedihanmu. Jika kamu terus seperti ini, tidak baik untuk buah hatimu. Dia ikut tertekan dan tidak bahagia di dalam sana."Lagi-lagi gelengan kepala yang tampak di wajah Monika, bersa

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 31. Hukuman yang Setimpal

    "Mommy," panggil Clara, menggoyangkan lengan Liliana dengan gerakan yang cepat dan tidak sabar. Netranya menatap sekeliling, menyadari kalau mereka berada di tempat antah berantah yang sepi dan lengang. Rumput ilalang yang tinggi mengepung mereka yang masih ada di dalam mobil."Ada apa?" Liliana mengerjap matanya dua kali, merasa enggan meladeni panggilan tadi. Tubuhnya terlalu lelah, ingin istirahat sedikit lebih lama lagi. Mereka berkejaran dengan sesuatu yang entah apa, seperti kriminal yang lari dari kejaran polisi. Meski kenyataannya, justru Hans dan orang-orangnya lebih mengerikan dari para petugas berseragam coklat muda itu."Kita ada di mana?""Hmm? Di mana?" Liliana mengambil alih kesadarannya, menatap Clara dengan pandangan heran. Isi kepalanya berputar, mencoba mengingat apa yang terngah terjadi pada mereka. Bukankah Clara yang memesan taksi online ini? Kenapa dia terlihat panik?Dengan enggan Liliana menatap arloji di tangannya, mendapati jaru

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 30. Pukulan Terbesar

    "Mom, ayo cepat!" Clara menyeret koper di tangannya dengan tergesa. Dua langkah di belakangnya, tampak Liliana melakukan hal yang sama. Namun, wanita yang tak lagi muda itu tampak kerepotan. Beberapa kali kakinya hampir tersandung kakinya sendiri. "Mommy!" teriak Clara, segera berpindah ke taksi yang lainnya. Dia tidak ingin membuang waktu dan membuat orang-orang suruhan Hans mengejarnya. "Tunggu!" Liliana harus melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya dan berjalan tanpa alas kaki untuk menyusul calon menantu kesayangannya. Keduanya kini duduk di kursi belakang taksi yang mereka pesan online sesaat lalu. "Sayang, sebenarnya apa yang kamu dengar? Apa sesuatu yang buruk terjadi? Kenapa kita harus lari?" Liliana yang semakin heran dengan perilaku Clara, tak ayal mengeluarkan pertanyaannya juga. "Kamu gagal menyingkirkan Monika?" Clara langsung membekap mulut Liliana dengan tangannya, takut supir taksi yang ada di balik kemudi mendengarkan percak

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 29. Dia Koma?

    "Silakan, Nyona." Perawat yang pergi bersama Monika mempersilakan wanita blasteran yang Eva percayakan padanya untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Baju hijau menempel di tubuhnya yang tetap terlihat kurus meski berbadan dua. "Aku boleh masuk?" Monika masih setengah tak percaya bisa menemui suaminya. "Sebenarnya, belum diizinkan jika kondisi pasien belum lepas dari kondisi kritis. Tapi, karena ini permintaan dokter Eva, kami tidak bisa menyangkalnya. Beliau pasti lebih tahu. Mungkin Anda bisa membuat suami Anda bangun dari komanya." "Dia koma?! Tapi ibu tidak ... " Bulir hangat luruh di wajah Monika, bersamaan dengan tangan yang menutup rapat mulutnya. Dia tidak bisa berkomentar lebih banyak. Eva tidak mengatakan hal itu, bahkan terlihat tenang dan tidak menitikkan air mata sama sekali. Perawat dengan pakaian hijau itu tampak terhenyak di posisinya. Dia tidak tahu jika pernyataan yang terlontar dari mulutnya akan melukai Monika. "Maaf, Ny

  • Terpaksa Menikahi CEO   S3 : 28. Memanjatkan Doa yang Sama

    "Kamu siap mendengar penjelasanku, Sayang?" Eva menatap Monika, berharap menantunya cukup tegar dan tidak tumbang. Ada hal yang harus ia sampaikan sebagai seorang dokter kepada keluarga pasien."Katakan saja! Jangan membuatku penasaran!" Bukannya Monika yang menjawab, tapi suara Hans-lah yang terdengar menggema di ruang konsultasi.Eva mengembuskan napas berat. Dia tahu tabiat dan temperamen suaminya, to the point dan tidak suka berbelit-belit. Berbeda dengan pembawaan Monika yang cenderung lemah dan mulai terlihat pucat wajahnya."Sayang?" Eva masih bersikeras, memastikan kesiapan hati dan indera pendengaran wanita cantik yang lagi-lagi meneteskan air mata tanpa suara."Aku baik-baik saja, Bu." Suara bergetar dari mulut Monika berhasil membuat Hans menoleh. Lagi-lagi dia melihat sisi lemah wanita, membuatnya membuang muka karena tidak nyaman. Hatinya terasa sakit, merasa tidak bisa menjaga mereka dengan baik. Seolah-olah tangisan Monika ini disebabkan ol

DMCA.com Protection Status