“Bagaimana rasanya menikah dengan seorang Kendrick Milo Intezar?”Vindry menoleh, menatap Bettyana yang sedang menyetir. Ya, sesuai dengan janji, asisten pribadinya itu menjemput di rumah Kendrick dan kini sedang dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk stok di rumah Kendrick.“Biasa saja,” jawab Vindry, menatap ponselnya, membalas pesan masuk di sosial medianya yang mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Kendrick.Bettyana menoleh sekilas, “Kau sudah melakukannya?” tanyanya, membuat Vindry bergeming dan otomatis menoleh.“Apa? Malam pertama? Tidak. Kami tidur secara terpisah,” jawab Vindry apa adanya, karena dirinya percaya kepada Bettyana, asisten pribadinya itu tidak akan memberitahu kedua orangtuanya dan kedua orangtua Kendrick.“Baiklah. Aku ingin memberitahumu, kita tidak punya banyak waktu untuk belanja,” ujar Bettyana, menatap Vindry yang mengangguk mengerti.“Masih cukup waktunya jika kita menaruh belanjaan itu di rumah Kendrick terlebih dahulu
“Kau jangan salah paham.”Vindry menatap bingung Kendrick yang keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bath robes atau jubah mandi berwarna putih, sedangkan Kendrick menghampiri Vindry dan mengambil pakaian gantinya.“Salah paham?” tanya Vindry, membuat Kendrick menatapnya dengan tatapan datar.“Kau istriku, tidak baik jika kau diantar atau dijemput lelaki lain,” ucap Kendrick, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Vindry yang mengerjapkan kedua matanya.Vindry mengulum bibir, menahan rasa kesalnya terhadap Kendrick yang menyebalkan di matanya saat ini. Ia melangkahkan kaki keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk menyeduh segelas coklat hangat.“Menyebalkan, kalau bukan karena mamih sama papih, aku tidak mau menikah dengan laki-laki seperti Kendrick.”“Non? Ada apa?” tanya Bibi yang baru keluar dari kamar mandi di dekat tangga, kehadirannnya yang tiba-tiba membuat Vindry mengusap dadanya karena terkejut.“Bibiii. Bisa tidak kalau muncul itu kasih kode?” oceh
“Kau jadi makan siang di rumah?”Vindry memberikan tas kerja milik Kendrick, ia mencoba untuk menjadi istri yang baik untuk Kendrick. Seperti saat ini, mengantarkan Kendrick ke carport dengan membawakan jas dan tas suaminya.Kendrick menerimanya, wajah tetap dengan ekspresi dingin, menatap Vindry yang tersenyum kepadanya.“Ya.”Vindry mengangguk, tidak masalah jika hanya dijawab dengan satu kata, menurutnya itu sudah lebih dari cukup, karena yang dibutuhkan adalah kepastian. Ia tidak ingin jika makanan yang sudah dipersiapkan olehnya akan terbuang cuma-cuma atau dengan kata lain terbuang.“Semangat kerjanya, Kendrick,” ucap Vindry lembut, menyalimi suaminya dan tersenyum manis kepada Kendrick.Kendrick hanya bergumam, lalu masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan menurunkan kaca jendela mobilnya. Ia menatap Vindry yang menatapnya bingung.“Ada yang ketinggalan?” tanya Vindry, tidak direspon oleh Kendrick. Membuat Vindry semakin bingung, tiga hari menjadi istri seorang Kendrick
“Ini benar kau yang masak?”Kendrick memperhatikan menu makan siang yang sudah tersusun rapih di meja makan berbentuk persegi panjang, lalu menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya. Istrinya itu mengangguk dan tersenyum.“Aku yang memasak, mommy dan bibi hanya memantau saja. Kenapa? Tampilannya tidak meyakinkan ya?”Mommy dan Bibi hanya terdiam memperhatikan pengantin baru yang sedang berbincang. Kendrick memperhatikan menu yang tersaji, menurutnyaa tidak buruk. Sedangkan Vindry mengambilkan sepiring nasi dan ayam saus lada hitam, lalu dihidangkan dihadapan Kendrick.“Kalau memang tidak enak, tidak usah dihabiskan,” ucap Vindry dengan lembut, senyum manisnya tidak luntur sedikitpun.Kendrick hanya bergeming memperhatikan piring dihadapannya saat ini, ragu untuk menyentuhnya. Sedangkan Vindry menunggu suaminya itu untuk menyicipi masakannya. Mommy yang melihatnya ikut gemas.“Kendrick, kau harus cobain masakan Vindry,” titah Mommy penuh penekanan, membuat Kendrick menatapnya.“Mommy
“Mommy masih ada di dalam?”Vindry mengangguk, ia mengambil alih tas dan jas milik Kendrick. Vindry selalu mencoba untuk menjadi istri yang baik, patuh dan cekatan. Seperti saat ini, saat mendengar klakson dari Kendrick, Vindry segera keluar.“Mommy menunggumu, aku tidak tahu apa yang akan mommy katakana,” ucap Vindry lembut, sedangkan Kendrick menutup pintu mobil dan menguncinya.Kendrick merangkul pinggang Vindry, berhasil membuat Vindry mengerjapkan kedua matanya. Sikap manis yang ditunjukkan Kendrick saat ini, membuat Vindry berdeham perlahan, menetralkan perasaannya.“Kau sudah menyuruh mommy untuk pulang?” tanya Kendrick, disela-sela melangkah, nada suaranya datar.“Iya, tetapi mommy tetap ingin di sini, lalu aku harus tetap mengusir mommy?” tanya Vindry dengan pelan setelah mereka berada di teras.Kendrick menoleh, kedua maniknya bertemu dengan kedua bola mata coklat Vindry, mata yang selalu menunjukkan tatapan lembut dan tenang.“Berakting.”Vindry tersenyum dan mengangguk, ta
“Apakah kita akan melakukannya?”Vindry menatap Kendrick yang sedang membaca majalah di sofa berwarna putih yang ada di kamar. Pertanyaan Vindry tidak membuat Kendrick mengalihkan atensi, bahkan pria dewasa tersebut menjawab tanpa menatap Vindry.“Aku tidak ingin membuatmu kecapean esok hari.”Vindry mengangguk mengerti, “Kau masih lama?” tanyanya, membuat Kendrick menatapnya. Hal tersebut membuat Vindry mengerjapkan kedua matanya, “Aku ingin mematikan lampunya.”Kendrick tidak merespon, menutup majalah dan menyimpannya pada meja. Kedua mata elangnya menatap Vindry yang duduk bersandar pada ranjang, berhasil membuat istrinya salah tingkah.“Lusa kau tidak ada kerjaan, kan?” tanya Kendrick, diangguki cepat oleh Vindry. Kendrick menatap datar Vindry, lalu berkata, “Besok kita akan melakukannya.”Vindry terkejut, “Maksudnya?” tanyanya, bingung dengan pernyataan singkat yang diberikan oleh Kendrick.“Besok selesai jam berapa?”Vindry mengerjapkan kedua matanya, “Sore sepertinya, tapi tida
“Bettyana sedang sakit?”Vindry menggeleng, lalu tersenyum kepada pria setengah paruh baya mengenakan topi ‘Dad Hat’ berwarna hitam. Kedua matanya melirik Kendrick yang hanya memperlihatkan ekspresi datar, ia menyikut pelan suaminya.“Tidak, pak Aries. Aku memang sengaja mengantar Vindry, sekalian ingin meminta ijin,” ujar Kendrick, tersenyum tipis kepada Pak Aries. Hal itu membuat Pak Aries menaikkan sebelah alisnya.“Meminta ijin dalam rangka apa, tuan Kendrick?” tanya Pak Aries dengan sungkan, lalu melirik Vindry yang akan menjawab tetapi kalah cepat dengan Kendrick.“Kami akan honeymoon.”Vindry mengerjapkan kedua matanya, mendongak agar bisa menatap suaminya yang tinggi badannya menjulang. Lalu beralih menatap Pak Aries yang mengangguk mengerti, ia dapat melihat senyum menggoda dari Pak Aries.“Kalau seperti itu, kau tidak perlu ikut dalam casting, Vindry. Nanti akan aku kirimkan videonya kepadamu, kau boleh pulang untuk istirahat,” ujar Pak Aries, membuat Vindry menggeleng tegas
“Kendrick? Tadi pagi kau bilang kalau yang menjemputku itu supir, tetapi sekarang ….”Vindry menatap Kendrick yang berdiri di depan carsport berwarna hitam, dirinya dihubungi oleh suaminya itu yang mengatakan berada diparkirann, dan benar-benar membuatnya terkejut sekaligus bingung.“Kau tidak senang dijemput olehku?”Vindry bergumam, menggeleng, lalu tersenyum kepada Kendrick yang memasang wajah datar. Ia berkata, “Aku sedikit terkejut, Kendrick.”Kendrick bersidekap dada, membungkuk dan menatap kedua bola mata coklat milik istrinya tersebut. Hal itu membuat Vindry mengerjapkann kedua matanya, memang bukan pertama kalinya Kendrick menatapnya seperti itu, dan itu hal wajar.“Aku harus memastikan kau tiba di rumah dengan selamat, dan tidak pergi ke tempat lain,” bisik Kendrick tepat di telinga Vindry, berhasil membuat Vindry bergidik geli dan otomatis menjauhkan telinganya.Vindry tersenyum gemas, “Kau tidak percaya kepadaku? Setipis itu kepercayaanmu terhadapku?” tanyanya, menatap se
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y