“Vindry baru saja tidur. Jadi, lebihh baik kau tidur saja di sini.”Kendrick memperhatikan Vindry yang sedang terlelap tidur, lalu mengalihkan atensinya menatap Mommy dan Daddy. Kedua orangtuanya itu berdiri di dekatnya dengan pandangan serius.“Ya, aku akan menginap satu malam di sini, Besok pagi aku akan pergi ke rumah sakit bersama Vindry,” ujar Kendrick, membuat Mommy dan Daddy menatap satu sama lain.Daddy menatap Kendrick, “Kau sakit?” tanyanya, dijawab dengan gelengan kepala.“Zaiden sedang sakit, Dad. Besok aku dan Chandra akan menjenguknya.”Mommy menaikkan sebelah alisnya, nama tersebut tidak asing ditelinganya. Satu nama terlintas di otaknya, memfokuskan atensinyya hanya kepada Kendrick yang duduk di sisi kanan Vindry.“Zaiden adiknya Argantara?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Ia dan Daddy saling melempar pandang, mereka tidak akan lupa dengan perselisihan yang terjadi antara putranya dan Argantara tiga tahun yang lalu.“Kau dan Argantara?” tanya Daddy, menuntut j
“Kendrick, kau harus menyetir dengan hati. Mommy tidak ingin sesuatu terjadi.”Kendrick hanya bergumam saat mendengar ucapan dari Mommy, saat ini dirinya dan Vindry sudah bersiap untuk berangkat ke kantor karena sudah janjian dengan Chandra dan Argantara di kantornya.“Pokoknya kalian harus hati-hati, siapa tau masih ada yang mengikuti kalian,” ujar Daddy, diangguki oleh Vindry dan Kendrick hanya bergumam.“Aku menggunakan mobil baru, mereka tidak akan mengetahuinya,” balas Kendrick, melirik mobil berwarna merah terparkir di garasi. Ya, kemarin dirinya meninggalkan mobilnya di kantor dan menumpang mobil Chandra untuk ke showroom membeli mobil bekas.“Lalu mobilnya kau akan jual kembali?” tanya Daddy, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak. Aku akan menggunakannya saat situasi genting seperti saat ini,” jelas Kendrick. Mommy hanya menggelengkan kepala, sedangkan Vindry hanya bergeming.Vindry melirik ponsel milik Kendrick yang berdering, suaminya itu langsung menerimanya dan berbicar
“Bagaimana keadaanmu?”Kendrick bertanya kepada seorang laki-laki yang terbaring dengan menggunakan pakaian rumah sakit, laki-laki itu merupakan Zaiden Michella-adik dari Argantara Michella. Zaiden tersenyum manis kepada Kendrick.“Aku harus menjawab apa?” tanya Zaidenn, diakhiri dengan terkekeh. Menatap Kendrick yang hanya bergeming dengan tatapan datar, sahabat dari kakak laki-lakinya itu memang susah sekali diajak bercanda.“Kau memang tidak pernah berubah, kak Kendrick,” imbuhnya, kedua iris mata coklat menatap Vindry yang hanya tersenyum manis kepadanya, “Kau siapanya kak Kendrick?” tanyanya penasaran.“Istriku,” jawab Kendrick dengan cepat, tentu saja membuat Zaiden terkejut dengan jawab yang diberikan kepada Kendrick.“Kau kapan menikah? Kau jahatt sekali tidak menungguku sembuh,” oceh Zaiden kesal, menatap Kendrick dengan kedua mata yang menyipit. Kendrick hanya bergumam pelan, dirinya tidak tahu harus berkata apa.“Bulan kemarin kami menikah,” sahut Vindry dengan lembut, ia
“Diana tidak akan tahu kalau kau ke sini?”Vindry menatap lurus suaminya yang duduk di hadapannya, suaminya itu bergumam. Kini mereka berada di salah satu rumah makan yang berada di sebelah kiri rumah sakit, karena Vindry tidak selera makan-makanan yang ada di rumah sakit.“Tidak, ini kota terpencil. Dia hanya tahu kota besar seperti Genus,” ujar Kendrick dengan serius, diangguki oleh istrinya.“Jadi, kita akan menginap?” tanya Vindry, dijawab dengan gelengan kepala .“Kita akann kembali ke Genus, mommy tidak bisa jauh-jauh darimu,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang menaikkan sebelah alis.“Mamihku saja tidak ada mencariku,” balas Vindry dengan kesal, ia mengerucutkan bibirnya.Kendrick tidak menanggapinya, ia melirik makanan yang masih tersisa, “Kau tidak menghabiskannya?” tanyanya, membuat Vindry mengikuti arah pandangnya. Istrinya itu mendorong piring untuk mendekat kepada Kendrick.“Kau habiskan saja, aku sudah kenyang.”Kendrick melahap ayam goreng yang tersisa, hanya t
“Kau serius ingin lewat depan?”Chandra menatap Kendrick yang duduk di sisi penumpang, mereka saat ini sedang berada di basement kantor. Kendrick melepaskan sabuk pengamannya, lalu mengangguk dan menatap Chandra.“Aku lewat depan, kau tetap lewat ini.”Chandra berdecak, “Kau sengaja ingin memancing Diana?” tanyanya, diangguki oleh Kendrick. Atasannya itu tersenyum, lalu menepuk bahunya dan segera keluar dari dalam mobil milik Chandra.Satu hari kemarin mereka habiskan untuk di rumah sakit, pada pukul 7 malam mereka memilih untuk pulang dan pukul 10 malam tiba di rumah kedua orangtua Kendrick. Chandra? Membuat keputusan untuk menginap, dan esok paginya berangkat bersama dengan Kendrick.Kendrick melangkahkan kakinya keluar dari basement, lalu pintu tersebut tertutup. Ia memperhatikan sekitar, memastikan tidak ada orang lain yang mengintainya atau kehadiran Diana di sekitarnya saat ini.Rencananya kali ini memang untuk memancing Diana, jadi memilih untuk melewati pintu depan. Kenapa dir
“Kau datang dengan siapa?”Kendrick menatap Vindry yang berdiri di depan pintu ruangannya, dan Vindry melangkah masuk ke dalam ruangannya tanpa menjawab. Kejadian tadi pagi sampai ke telinganya, bahkan ke telinga Mommy dan Daddy.Vindry bersidekap dada menatap Kendrick dengan mata yang menyipit, tidak menyangka jika suaminya bisa melakukan hal tersebut. Menurutnya, itu terlalu kejam untuk dilakukan seorang laki-laki kepada perempuan.“Kau memang sengaja melakukannya?” tanya Vindry penuh penekanan, ia datang hari ini untuk mewakili perasaan Mommy yang kesal terhadap Kendrick. Mommy mengatakan, tidak ingin Kendrick menjadi sosok yang jahat dan kejam.Kendrick duduk di kursi kekuasaannya, menatap Vindry yang hanya bergeming tanpa ada niat untuk menempati kursi kosong di hadapannya. Ia menghela nafas, lalu duduk bersandar dengan kedua netranya menatap sang istri.“Aku tidak bisa membiarkannnya mengintai kantorku setiap pagi, Vindry.”“Dia membuat kerusuhan dikantor setiap pagi?” tanya V
“Kau tidak mencari Diana, bukan?”Chandra menatap Kendrick yang sedang melihat ke arah lobby melalui jendela ruangan, laki-laki itu sedikit bingung dengan Kendrick yang terus mengawasi pintu lobby selama tiga hari. Ya, sudah tiga hari Diana datang ke kantor .“Aku yakin dia tidak akan berhenti, sangat tidak mungkin jika dia tidak mempersiapkan rencana lain,” ujar Kendrick, menatap Chandra yang menaikkan sebelah alis.“Maksudmu … rencana yang pernah dikatakan oleh Arga?” tanya Chandra, dan diangguki oleh Kendrick.“Mungkin saja ‘tidak’, dan itu hanya sekitar dua puluh persen. Delapan puluh persennya … munngkin akan sama seperti apa yang dikatakan oleh Arga.”Chandra bergumam, memikirkan hal yang sama seperti Kendrick. Tentu saja dirinya tidak ingin lagi terjadi kekacauan di perusahaan akibat ulah Diana, perempuan gila yang terobsesi untuk memiliki Kendrick kembali.“Istrimu di rumah?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang sedang menatapnya.“Tidak, dia sedang berada di kantor.”Chandra
“Aku pikir kau tidak akan datang.” Kendrick tersenyum tipis kepada Diana, lalu menarik kursi kosong di depan wanita mengenakan dress super ketat berwarna gold, surai yang dikuncir, dan wanita itu memberikan senyum manis kepadanya. “Kau mengetahui darimana restoran ini?” tanya Kendrick, memperhatikan Diana yang tidak melepaskan senyum manis. “Temanku menyarankan restoran ini, karena pelayanannya cepat dan tidak terlalu ramai, jadinya bisa mengobrol dengan tenang,” jelas Diana dengan lembut, berharap laki-laki di hadapannya saat ini luluh seperti saat mereka menjalin hubungan. Kendrick tidak menanggapinya, ia hanya duduk bersandar dengan kedua lengan berada di dada dan kedua mata elangnya tidak lepas dari Diana yang sedang memanggil pelayan. Pelayan menghampiri meja nomor 10, meja yang disinggahi oleh Kendrick dan Diana. Ia memberikan buku menu kepada Diana dan Kendrick. Hanya Diana yang melihat satu persatu menu makanan pada buku menu, sedangkan Kendrick hanya memperhatikan wanita
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y