“Kau tidak ikut?” Kendrick memperhatikan penampilan Vindry yang hanya mengenakan piyama berwarna putih dan surai yang di cepol. Ia tidak bersidekap dada, menatap Vindry dengan tatatapan datar dan tidak bersahabat pada pagi hari ini. “Tidak. Kenapa?” tanya Vindry kembali, tersenyum kepada Kendrick seolah tidak memiliki kesalahan. “Aku tidak mengijinkanmu untuk sendirian di sini,” ucap Kendrick, membuat Vindry bingung dengan tingkah suaminya yang sering kali berubah-rubah. “Aku tidak akan macam-macam, Kendrick,” balas Vindry dengan lembut, ditangggapi dengan gelengan kepala dari Kendrick. “Kau tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya kalau kau tidak bersamaku,” ucap Kendrick dengan penuh penekanan, tangannya terulur melepas ikatan rambut istrinya dan melirik lemari untuk berganti pakaian. “Aku benar-benar harus ikut?” tanya Vindry, memastikan bahwa saat ini dirinya tidak salah menyimpulkan kode yang diberikan oleh Kendrick. “Ya. Sepuluh menit, lebih dari itu … aku yang akan me
“Tidak ada, bang Antonio hanya bertanya kapan aku kembali. Seperti yang sudah pernah aku katakana kepadamu.”Vindry tersenyum kepada Kendrick yang hanya bergeming, ia harus mengawali pagi harinya dengan bersabar. Dirinya tidak ingin membuat mood Kendrick hancur begitu saja, jadi lebih baik mengalah dan bersabar.“Kau tidak menyukai Antonio, bukan?”Pertanyaan tiba-tiba dari Kendrick membuat Vindry menyemburkan air yang sedang ia teguk, dan melotot kepada suaminya yang duduk bersandar.“Kau tidak kejedot, kan? Kenapa kau sudah sensitive pagi ini?” tanya Vindry, menyipitkan kedua matanya. Sedangkan Kendrick hanya bergeming memfokuskan atensi hanya kepadanya.Kendrick melirik makanan di meja, lalu menatap Vindry, “Kau tidak ingin sarapan?” tanyanya, membuat Vindry menatap meja yang memang sudah dipenuhi oleh dua piring.Vindry mengerjapkan kedua matanya, ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak me
“Nanti pulangnya mampir dulu ke toko kue, boleh?”Vindry menatap Kendrick yang melangkah di sisi kanannya, suaminya itu menoleh sekilas dan memfokuskan kembali pandangannya lurus ke depan. Sedangkan Vindry menunggu keputusan yang akan diberikan oleh Kendrick dengan harap-harap cemas.“Ya.”Vindry tersenyum manis, mengamit lengan Kendrick cukup erat sebagai tanda bahwa dirinya senang dengan keputusan yang dikatakan oleh Kendrick. Suaminya itu hanya bergeming, dan memencet tombol lift.“Kau memang suami terbaik,” ujar Vindry diakhiri dengan terkekeh, dan berhasil membuat Kendrick menunduk menatapnya.“Kau baru menyadarinya?” tanya Kendrick dengan penuh penekanan, dan mendapatkan respon cepat dari Vindry yang mengangguk.“Benar. Aku baru menyadarinya, selama aku menjadi istrimu, dimataku kau yang paling menyebalkan,” jawab Vindry dengan tersenyum lebar, dan tidak mendapatkan resp
“Aku tidak mengerti mengapa mantan kekasihmu itu berada disekitarku. Apakah dia cemburu?”Vindry menatap Kendrick yang sedang berdiri di sisi kanannya, saat ini keduanya sedang berada di toko kue, sesuai dengan keinginan dari Vindry. Kendrick memperhatikan bermacam-macam kue di etalase.Vindry bingung dengan apa yang dikatakan oleh suaminya beberapa menit yang lalu, bahkan ia fikirkan hingga saat ini. Tidak menemukan atau mendapatkan titik terang dari kata ‘mengapa’.“Sampai kapan kau hanya berdiam tanpa memilih?” tanya Kendrick dingin tanpa menoleh, membuat Vindry tersadar. Istrinya itu melihat kue yang ditaruh pada etalase kaca.Vindry menatap pelayan toko kue, tersenyum manis, lalu berkata, “Aku mau yang ini satu, dan ini satu yaa.” Ia menunjuk dua kue yang dimaksud, dan dianggguki oleh pelayan perempuan.Kendrick mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan kartu miliknya. Kedua mata elangnya memperhatikan pelayan perempuan yang sedang memasukkan kue pilihan istrinya ke dalam kantong
“Bagaimana?”Vindry menggelengkan kepala, ia mengangkat testpack yang dibelikan oleh Kendrick untuknya, dan hasilnya hanya satu garis atau tidak hamil.“Aku hanya kelelahan, Kendrick,” ucap Vindry dengan lembut, testpack yang ia pegang, kini diambil alih oleh Kendrick. Suaminya itu seolah tidak percaya dengan hasil akhirnya.Kendrick menatap Vindry, “Bukannya kalau berhubungan pada saat masa subur itu cepat membuahi?” tanyanya, mengalihkan atensinya, menatap testpack yang sedang ia genggam.Vindry bergumam, mengendikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, mungkin memang belum dikasih kepercayaan sama Tuhan untuk kita mempunyai anak,” ujarnya dengan lembut, dan mengusap lengan kekar Kendrick.Kendrick hanya bergeming, lalu melenggang pergi. Vindry memperhatikan suaminya yang menghampiri sofa di sudut ruangan, ia mengerti perasaan Kendrick, lalu dirinya harus apa? Tidak bisa mengubahnya.Vindry menghela nafas, merapihkan pakaiannya dan Kendrick. Memastikan tidak ada yang tertinggal, dikarenaka
“Kendrick, nanti mampir dahulu yaa di supermarket. Aku ingin membeli peralatan mandi dan cemilann lainnya.”Kendrick yang baru saja menutup pintu bagasi pun menatap istrinya yang berdiri di sisi kanannya dengan tatapan datar, sedangkan Vindry memberikan senyum manis kepada suaminya.“Bukannya kau baru berbelanja dengan Bettyana?” tanya Kendrick dengan penuh penekanan, dirinya menuntut jawaban dari Vindry.Vindry menyengir, “Aku itu boros kalau pakai sabun, tinggal setengah sebenernya, tapikan kita sedang di luar. Lebih baik sekalian aku membeli, kan?” ucapnya, menaik-turunkan kedua alisnya.Kendrick tidak menanggapinya, ia memasuki mobil dan duduk di bangku pengemudi. Vindry yang ditinggal begitu saja hanya menghela nafas, dan melangkah menghampiri pintu penumpang. Vindry segera masuk dan memasang sabuk pengamannya.Tanpa banyak bicara, Kendrick melajukan kendaraan roda empatnya keluar dari basement hotel dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Vindry hanya memperhatikan
“Ini produk dari perusahaanmu, kan?”Vindry mengangkat satu bungkus cemilan berukuran sedang, menatap Kendrick yang berdiri dihadapannya saat ini. Keduanya sedang berada di supermarket, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Vindry, saat tiba di Genus mampir dahulu ke supermarket.Kendrick bergumam tanpa mengatakan lebih lanjut, dan tentu saja membuat Vindry gemas dengan respon yang diberikan oleh suaminya.“Kau liat tanggal kadaluwarsanya, seharusnya tidak dijual,” ucap Vindry dengan suara pelan, ia memperlihatkan kepada Kendrick. Suaminya itu menuruti apa yang diperintahkan olehnya.Kendrick mengecek tanggal kadaluwarsa pada cemilan berbahan kentang tersebut, jika memang yang dikatakan oleh istrinya benar, dirinya akan membicarakan kepada PIC. Ia tidak akan menjual produk yang mendekati kadaluwarsa.Kendrick memasukkannya ke dalam troli belanja, dan kembali melihat produknya yang lain. Jika kasusnya sama, ia akan menjadikan bukti untuk menegur karyawannnya. Vindry yang melihatnya pu
“Bagaimana kondisi Vindry?”Mommy menatap Vindry yang terbaring di ranjang dari kejauhan, ia dikabarkan oleh Kendrick bahwa Vindry sedang tidak sehat, membuatnya langsung datang ke kediaman putranya.Kendrick bergumam, fokusnya hanya ditujukan kepada Vindry. Pada saat mereka tiba di rumah, ia langsung menggendong Vindry untuk ke kamar dikarenakan kondisi Vindry yang semakin melemah, bahkan berjalan pun tidak kuat.“Sedikit lebih baik, dibuatkan coklat hangat oleh Bibi, Mamih juga datang untuk membawakan boneka milik Vindry,” jelas Kendrick, membuat kedua alis Mommy bertaut.Mommy menatap boneka berukuran berada di dalam dekapan Vindry, boneka tersebut berwarna biru dan berbentuk hewan ‘Rusa’, boneka yang langka. Mommy menoleh, dan kedua iris matanya bertemu dengan kedua mata elang milik putranya.“Apa boneka itu penting buat Vindry?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Putranya itu memutus kontak mata dengannya.“Boneka dari kakaknya, menggantikan sosok kak Erlangga.”Mommy menatap
“Miquera, kau dengar Mommy?” Vindry menatap anak perempuannya yang bernama Miquera Milo Yumna, dan Miquera hanya terdiam dengan pandangan menunduk. “Terus, Mom. Miquera memang susah sekali diberitahu, kalau sudah kejadian saja baru menangis meraung-raung,” timpal anak laki-laki mengenakan T-shirt berwarna hitam dan celana selutut, Miqueza Milo Intezar. “Abang diam,” tegas Kendrick tanpa membentak, ia menatap Miqueza yang mengulum bibir di sisi kirinya. Vindry menghela nafas, memijat keningnya yang terasa pening. Anak perempuannya yang berusia 5 tahun telah melakukan kesalahan. “Coba jelaskan satu kali lagi kepada Mommy, supaya Mommy tidak salah mengambil sikap kepadamu,” ucap Vindry dengan lembut, membelai surai panjang milik Miquera. Miquera menatap Mommynya yang tersenyum kepadanya, ia bergumam dan memainkan jemarinya. “Aku sedang bermain di taman bersama dengan Abang, lalu Naira mendorongku sampai terjatuh. Aku tidak terima, aku mendorongnya kembali,” ucap Miquera, menatap
“Tujuh tahun dan empat tahun? Jadi, sebelas tahun hukumannya?” Vindry menatap Kendrick yang duduk di sisi kanannya, dan sang suami menganggukkan kepala tanpa menoleh. “Ya, dia pantas mendapatkannya,” ucap Kendrick, menatap sang istri yang bergumam. Mereka berada di dalam ruang persidangan, dan keputusan hakim sudah ditetapkan. Pada persidangan saat ini, Zaiden sebagai pelapor dan Diana sebagai tersangka. Zaiden memenangkan persidangan pada pagi hari ini, Diana ditetapkan bersalah atas laporan yang dibuat oleh Zaiden dengan bukti yang valid. “TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! “ Vindry sedikit terkejut, ini bukan pertama kalinya ia mendengar Diana berteriak di ruang persidangan setelah hakim mengetuk palu. Kendrick merangkul Vindry, membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya keluar. Tetapi belum sempat mereka melangkah, Diana kembali berteriak. “KENDRICK, INI SEMUA RENCANAMU UNTUK MENGHANCURKANKU, KAN?” “KAU MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!” “ARGHH! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SALAH! AKU DIJ
“Kau tidak tergoda dengan Diana, right?” Argantara menatap Zaiden yang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka saat ini sedang berada di apartement milik Chandra, bersama dengan Kendrick. “Tidak, Kak Arga. Aku sudah lama juga tidak bertemu dengannya, mungkin sekitar satu bulan,” ujar Zaiden, diangguki oleh Argantara. Chandra menyimpan dua toples di meja, ia baru saja mengambilnya dari dapur. Memilih untuk duduk di sisi kanan Kendrick. “Jadwal sidang pertamamu itu besok, kan?” tanya Chandra, menatap Kendrick yang bergumam. “Besok siang,” jawab Kendrick, diangguki oleh Chandra. “Kau menjadi saksi, right?” tanyanya kepada Argantara. Argantara menganggukkan kepala, “Ya. Aku menjadi saksi dalam kasusmu dan Zaiden,” ujarnya dengan santai. Jangan bertanya ‘bagaimana perasaan Argantara saat ini’, karena jawabannya sangat bahagia. Argantara berhasil membuat Diana ditahan, dan wanita itu harus menghadapi dua kasus yang berbeda. “Kau benar-benar kejam,” celetuk Chandra, meng
“Kau bertemu dengan Diana?”Chandra menatap Kendrick yang sedang menyeruput kopi di hadapannya, sahabatnya itu menggelengkan kepala.“Tidak. Aku malas bertemu dengannya jika bukan dipersidangan.”Chandra sangat mengerti, jika ia sedang dipoisisi Kendrick akan melakukan tindakan yang sama, tidak ingin bertemu dengan Diana.“Kau datang ke kantor polisi?” tanya Chandra, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick yang duduk santai di kursi kekuasaan.“Aku hanya mengantar Zaiden, karena Argantara sedang ada urusan ke luar kota. Zaiden bertemu dengan Diana, dan aku mengobrol dengan polisi disana,” jelas Kendrick, menatap Chandra yang sedang menatapnya.“Diana tidak melakukan kekerasan kepada Zaiden?”Kendrick menggelengkan kepala, “Diana memohon kepada Zaiden untuk Zaiden mencabut laporan, supaya dia bisa bebas.”“Masih bisa memohon? Tidak memiliki malu?” gerutu Chandra, ditanggapi dengan tertawa oleh Kendrick.“Diana sejak kapan memiliki urat malu? Dia mengatakan kepada Zaiden, tidak akan m
“Kau bahagia?”Kendrick menatap Vindry yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka saling beradu tatap, dan saling tersenyum manis.“Beberapa bulan cuma di rumah, terus sekarang bisa ada di sini tuh rasanya seperti keluar dari dalam goa,” oceh Vindry, terkekeh dan menatap hamparan laut di depan sana.Angin pada sore hari ini cukup kencang, menerpa surai panjang milik Vindry. Perempuan itu meluruskan kedua kaki, dan mengusap perutnya yang semakin membesar.“Kau baik-baik ya di dalam sana. Sehat terus anak, Mommy,” monolog Vindry, tersenyum manis dan menatap Kendrick yang sedang memperhatikannya.“Menurutmu, anak kita laki-laki atau perempuan?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang menaikkan sebelah alis.“Tadi kata dokter kemungkinan laki-laki. Kau berharapnya perempuan pada saat lahir nanti?”Kendrick menggelengkan kepala, hanya memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi tidak salah.Sebelum mereka pergi ke pantai, mereka pergi ke rumah sakit untuk check kandungan Vindry, karena sudah
“Apakah kau sudah tenang? Dendam yang selama ini kau simpann, sudah terbalaskan?”Kendrick menatap Argantara yang menghela nafas. Sahabatnya itu mengangguk, dan menatapnya .“Sedikit, aku masih menunggu hasil putusan sidang. Aku harus memastikan bahwa Diana mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujar Argantara, diangguki oleh Kendrick.“Kau tidak ada yang terluka?” tanya Kendrick, dijawab dengan gelengan kepala.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua aman terkendali,” ucap Argantara, diakhiri dengan tertawa pelan.Rencana yang sudah disusun oleh Argantara selama beberapa tahun ini, berjalan lancar hari ini. Diana sudah ditangkap oleh Polisi, dan ditahan dengan bukti-bukti yang diberikan.“Kalian yakin kalau Bu Dewi tidak ada niatan jahat seperti Diana?” tanya Vindry yang duduk di sebelah Kendrick, menatap keempat pria dewasa didekatnya.Argantara menggeleng kepala, “Bu Dewi ini orang baik, beliau sudah memperingati Diana untuk berhenti dan mencari pekerjaan yang menghasilkan,” ujarn
“Kau tidak bisa menyangkal, sudah terlihat jelas di rekaman tersebut, perempuan itu adalah kau.”Diana menggelengkan kepala, berusaha untuk meraih tangan Zaiden, tentu saja ditepis oleh laki-laki itu.“Itu bukan aku, badanku tidak sekurus itu,” ucap Diana, mencoba untuk tenang dan menatap Zaiden yang hanya menampilkan ekspresi datar.Zaiden menatap layar berwarna putih, memperlihatkan sebuah foto yang dimana dirinya dan Diana satu frame.Diana melebarkan kedua matanya, bodynya sangat mirip dengan perempuan yang ada di dalam rekaman CCTV.Wanita itu menelan air liurnya, panik dan takut menjadi satu. Ia terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk melawan Zaiden.“Body yang seperti aku itu memang banyak, bukan hanya aku,” ucap Diana setelah mendapatkan kembali keberaniannya.Zaiden menganggukkan kepala, lalu foto berganti menjadi plat mobil yang tertangkap pada rekaman CCTV dan surat dengan plat yang sama atas nama Diana Danira.“Aku tidak akan menuduhmu sebagai dalang jika aku tidak
“Kau merindukanku?”Zaiden hanya terseenyum mendengarnya, fokusnya hanya kepada Diana yang baru saja duduk di kursi sebrangnya.“Jalanan macet?” tanya Zaiden, diangguki oleh Diana.“Benar, jamnya karyawan pulang kerja,” ucap Diana, tersenyum manis kepada Zaiden yang tersenyum tipis.“Aku tahu kau lelah, jadi silahkan pesan apapun yang kau inginkan. Aku yang akan membayarnya,” ujar Zaiden dengan serius, membuat Dianna berbinar.“Kau serius?”“Apakah wajahku terlihat bercanda?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala dari Diana.Diana mengangkat tangannya ke udara, memanggil waitress dan melihat buku menu yang diberikan oleh waitress.Diana dan Zaiden berada di sebuah restoran mewah. Zaiden booking ruang VVIP yang ada di restaurant tersebut.Hening, sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua.“Kau pesan apa, Baby?” tanya Diana, menatap Zaiden yang tersenyum manis.“Sama saja dengan pesananmu.”Diana mengangguk, lalu menatap waitress yang melihat kembali catatan kecil yang dib
“Aku menyesali pernah terpesona dengan Diana.”Zaiden bergidik geli saat melihat dirinya dahulu, mengejar Diana sampai membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit dengan waktu yang lama.Argantara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya, ia menepuk bahu Zaiden sebagai bentuk rasa prihatin.“Dia itu waras atau tidak?” tanya Zaiden, menatap ketiga pria dewasa yang saat ini sedang bersamanya.“Apakah harus dijawab?” tanya Chandra, menyeruput kopi susu yang ia buat pada pagi hari ini.“Tidak, aku hanya bertanya.”Kendrick duduk bersandar dengan santai, pandangannya fokus kepada Zaiden yang duduk di sebrangnya.“Pengakuan dari orang suruhan Diana, bisa kau gunakan sebagai barang bukti,” ujar Kendrick, membuat Zaiden menatapnya.“Kau memaksanya untuk berkata jujur?” tanya Zaiden, dijawab dengan gelengan kepala.“Aku tidak pernah memaksakan orang lain,” ucap Kendrick dengan bangga.“Masih satu minggu aku menjebaknya,” gumam Zaiden, menatap ketiga pria dewasa di satu ruangan y