Waktu menunjukkan pukul jam 05.00 pagi. Sambil menguap, perlahan Cahaya mulai terbangun dari tidurnya. Lalu dengan mengucek kedua mata, gadis itu menoleh ke arah samping. Semula ia mengira akan ada sosok laki-laki yang sedang tertidur di sana.Namun, ternyata perkiraannya salah. Karena ia mendapati kasur di sebelahnya itu kini dalam keadaan kosong melompong tak berpenghuni. Yang berarti tadi malam laki-kaki tersebut tidaklah tidur di sana.Dengan sangat berat wanita cantik itu menghela nafas panjang. Sungguh lagi-lagi hatinya ini harus merasa sedih dan kecewa dengan sikap dingin suaminya."Apakah kamu begitu membenciku, Kak? Sehingga untuk tidur dalam satu ranjang saja, kamu tidak mau. Sebenarnya kamu menganggapku ini apa? Aku ini istrimu bukan patung yang hanya akan diam saja bila terus-terusan kau acuhkan seperti ini."Tanpa terasa bulir-bulir bening seperti kristal mulai basah membanjiri kedua pipinya. Entah mau sampai kapan ia bisa bertahan dalam menghadapi situasi ini.Apabila La
Di sebuah mall. Terlihat ada dua gadis cantik yang sedang terduduk di salah satu restoran yang ada di sana.Sembari asyik menyeruput jus alpukat, salah satu gadis berbaju pink itu mulai berceloteh ria menceritakan tentang kejadian yang telah terjadi pada dirinya beberapa hari yang lalu.Sedangkan gadis berkulit langsat yang ada di hadapannya itu tampak sangat antusias mendengarnya."Jadi ... gara-gara mabok, hingga hampir saja kamu akan diperkosa oleh ... siapa itu namanya anak majikanmu yang cowok itu?""Kak Langit.""Nah iya itu si Langit, Angkasawan itu." Novi teman dekat Cahaya, merasa sangat syok dan tidak percaya menatapnya dengan perasaan sedih dan prihatin padanya.Gadis berparas cantik itu mengangguk lesu."Terus, setelah itu kamu dipaksa menikah dengan dia?" tanyanya lagi.Cahaya kembali nengangguk pelan."Iya, aku sudah menikah dengannya. Tapi ...." Cahaya menjeda ucapannya. Sehingga membuat Novi makin penasaran."Tapi? Tapi kenapa, Ya?" Novi menatapnya bingung."Tapi, dia
Di dalam mall.Terlihat seorang pria tampan berbadan tinggi dan tegap, sedang berdiri di depan sebuah toilet. Sembari memainkan ponsel, punggung pria berambut coklat itu bersenden pada dinding depan toilet.Pria bernama Aditya Sagara atau lebih akrab dipanggil dengan nama Aditya itu sedang menunggu ibunya yang sedang berada di dalam toilet yang ada di salah satu mall tempat mereka kunjungi sekarang.Ya, pria berusia 26 tahunan itu kini tengah menemani ibunya berbelanja di sana. Namun, ketika mereke hendak pulang, sang ibu malah meminta ijin untuk pergi ke toilet sebentar.Akan tetapi, setelah ia menunggu cukup lama, sang ibu belum keluar juga. Sehingga membuatnya mulai merasa bosan."Ih, lama banget sih, Mommy! Betah banget berada di dalam toilet!" gumamnya merasa sedikit kesal. Karena orang yang ditunggunya tak kunjung keluar dari toilet."Dari pada aku bosan, mending aku jalan-jalan di deket sini aja dulu?" ucapnya sembari mengedarkan pandangannya, kedua matanya kini tertuju pada seb
"Hai, gaes! Maaf aku telat, nih!" Terlihat ada seorang gadis cantik menepuk pelan pundak Cahaya. Sontak Cahaya yang terjingkat kaget langsung menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan Novi yang ikut menoleh ke arahnya. Lalu mereka melihat ada seorang gadis cantik yang mengenakan atasan kaos putih lengan pendek dan rok coklat se-atas lutut sedang berdiri tepat di belakang mereka."Ih ... Thalita! Bikin kaget aja!" sungut Cahaya sedikit sewot dan sekaligus merasa lega karena ternyata bukan Sely-lah orang yang menepuk pundaknya tadi."Hehehe ... ya maaf, Kakak ipar!" Dengan memasang cengir kuda, gadis itu sengaja mengodanya. "Udah lama ya, nunggunya?""Udah lama tau! Sampai lumutan nih kaki gara-gara nungguin kamu di sini," jawab Cahaya yang pura-pura memasang wajah jutek."Ih, lebay banget deh! Emang udah berapa tahun semedi di sini? Sampai lumutan gitu?" Thalita balas bercanda."Sepuluh tahun!" sahut Cahaya lagi."Masa, sih?" Gadis muda yang kini telah berstatus sebagai adik ip
"Hai, Bro! Lagi ngomongin apa'an, sih? Kelihatannya seru banget," ujar pria bertubuh jangkung dan berwajah kebule-bulean itu menepuk pundak Langit dari belakang. Seraya mengerutkan dahi, pria tersebut menatap kedua temannya dengan pandangan yang mencurigakan."Hay, Dit. Akhirnya kau datang juga." Langit yang terjingkat kaget langsung menoleh ke arahnya.Sambil terkekeh, Revan menjawab asal. "Biasa, lagi bahas cewek. Apa lagi kalau bukan itu? Iya 'kan, Lang?"Langit pun mengangguk, membenarkan ucapan Revan."Hah, cewek! Ceweknya siapa, kamu apa Langit?" Dengan sangat penasaran Aditya menatap ke arah mereka berdua secara bergantian."Udahlah, gak penting. Ga usah dibahas lagi! Sekarang kamu apa kabar, Bro? Dah lama gak jumpa. Sibuk terus, sampai gak sempet ngumpul bareng kita-kita. Ya gak, Lang?" Revan bangkit dari tempat duduknya dan segera memeluk pria itu.Kemudia Aditya beralih memeluk Langit juga."Yo'i. Sekarang dia, 'kan tambah sukses. Jadi lupa sama kita, Van," ejek Langit semba
Cahaya langsung membelalakan mata, ketika melihat Langit yang hanya mengunakan handuk melilit di pinggangnya itu, sedang berdiri di depan cermin yang pecah, dengan tangan berdarah."Ya Allah, Kak! Kakak kenapa?" pekiknya merasa sangat panik dan juga kaget.Sudah dapat dipastikan kalau suara benda pecah tadi adalah ulah Langit yang memukul kaca tersebut. Pria itu tampak begitu kacau, ia sepertinya baru selesai mandi. Terlihat jelas dari rambutnya yang masih sedikit basah dan hanya menggunakan handuk saja.Dan, yang membuat Cahaya syok, adalah ketika ia melihat tangan suaminya yang berlumuran darah. Namun, sepertinya laki-laki itu seolah tidak merasakan apa-apa.Tanpa berfikir panjang lagi Cahaya langsung menerobos masuk kamar itu tanpa izin dari sang pemilik kamar tersebut.Sebenarnya ia merasa malu karena melihatnya bertelanjang dada seperti itu. Namun rasa khawatirnya lebih besar, sehingga ia mengbaikan rasa malunya itu. Lalu dengan sangat panik ia langsung mendekatinya.Untuk pertam
Tanpa berkata-kata lagi Cahaya hanya mendengus kesal. Ia langsung berdiri dan segera keluar dari kamar itu dengan perasaan dongkol."Huh, dasar aneh! Tadi aja keliatan lemes dan sedih gitu. Eh, sekarang berubah jadi dingin lagi. Terprametal banget sih dia!" gumamnya kesal."Ah, bodo amat! Mending sekarang aku tidur." Tak mau ambil pusing lagi, Cahaya segera masuk ke dalam kamar.Sementara Langit yang masih terduduk di sofa, hanya diam saja melihat kepergiannya. Kemudian ia menghela nafasnya dengan berat."Huff, dasar bodoh-bodoh-bodoh! Apa yang aku lakukan tadi? Sumpah malu banget aku, mana main peluk-peluk aja lagi. Pasti tuh cewek berpikiran macem-macem sama aku," umpatnya dalam hati merutuki dirinya sendiri."Aww ...." Tiba-tiba saja ia baru merasa kesakitan di telapak tangannya yang terluka tadi."Langit-langit, kenapa kamu bisa sebodoh ini, sih?" ujarnya lagi sambil tersenyum kecut memandangi tangannya yang terbalut oleh perban.Lalu ia teringat kembali saat Cahaya dengan begitu
"Aa ... !" Dengan wajah yang memerah menahan malu. Seketika itu Cahaya langsung berteriak sambil memungut handuk untuk menutupi tubuhnya."Ka-kak Langit ngapain di sini? Dan s-sejak kapan Kakak ada di sini?" teriaknya panik."Ekhem-hem!" Sembari memegangi tengkuk leher, lelaki itu terlihat sangat canggung. Ia kini sedang berusaha mengontrol diri, mencoba untuk menetralkan hawa panas tubuhnya yang sudah mulai terpancing gairah karena melihat tubuh polosnya tadi.Seketika itu Langit mengalihkan pandangannya ke arah samping. Sungguh dirinya jadi salah tingkah, gugup dan bingung harus bersikap bagaimana sekarang.Sedangkan Cahaya dengan terburu-buru segera memakai baju tidurnya. Sungguh ia tidak mengira kalau lelaki itu kini tengah berada di kamar ini. Sehingga membuatnya merasa sangat malu dan juga canggung padanya.Walaupun untuk sebelumnya lelaki itu sudah pernah melihat tubuhnya yang dalam keadaan polos. Akan tetapi dirinya masih saja akan tetap merasa sangat malu jika harus berhadap