"Iya, perjanjian pernikahan," jelas Mike, sementara jantung Anaya semakin merosot.
"Bagaimana bisa membicarakan perceraian kalau pernikahan saja belum terjadi, Mike!" protes Anaya, dan pria itu duduk kembali berhadapan dengannya. "Serius!" tepis Mike. "Kamu gila, Mike!" balas Anaya lagi, lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak gila! Semua ini bukan kehendak kita. Lalu, apa kita harus menikmati dan mengikuti alur yang sudah ada? Tidak, aku tidak mencintaimu. Kau pun tidak mencintaiku," jelas Mike, dan Anaya tersenyum terpaksa. "Lebih salah lagi jika kita mempermainkan sebuah pernikahan, Mike!" sambung Anaya, menolak keras pendapat Mike. "Akan lebih salah lagi hidup dalam kebohongan. Menikah, tapi terpaksa, dan hidup penuh sandiwara," jelas Mike dengan suara pelan. "Maka dari itu, kita jangan terjerumus begitu jauh. Jadi, kamu mau sampai berapa bulan pernikahan ini? Setelah itu, aku akan menceraikanmu. Aku nggak bisa memberikan kebahagiaan padamu, Ay. Hati ini telah membeku bersama cinta Bunga," jelasnya. Sontak, Anaya menarik sudut bibirnya sebelah. "Bahkan di hatimu ada Shakti. Kita bukan jodoh. Semua ini hanya kesalahan semata, bukan masa depan. Percaya, akan sangat menyakitkan jika kita bertahan pada hubungan yang kita sendiri tidak inginkan," ucap Mike, menusuk hati Anaya. Mike dan Anaya saling pandang. Wanita itu merasakan sakit. Ya, dia memang mencintai Shakti. Namun, apa daya? Pertunangan itu gagal di depan mata. Takdir menunjukkan bahwa Shakti bukanlah jodohnya. Awalnya, Anaya memang sakit karena harus melepaskan Shakti demi wanita lain. Namun, kali ini apa yang diucapkan Mike salah. Dia sudah melupakan itu. Bahkan, dia dan Shakti sekarang hanya sebatas adik dan kakak. "Lalu, apa maumu sekarang? Perjanjian pranikah?" tanya Anaya, sesekali menghapus air matanya. "Ya." "Seperti yang kita tahu, mengelak perintah orang tuamu percuma. Kita sudah tidak bisa menolak. Penjelasan saja tidak didengar, lalu kita bisa apa? Selain mengikutinya dulu. Maka dari itu, kita lakukan pernikahan ini lalu bercerai." "Karena pura-pura bahagia itu sakit," sambung Mike. Anaya menunduk, air matanya tumpah. "Empat bulan kita jalani, lalu aku akan mengajukan gugatan cerai dan kembali ke Singapura untuk menjalankan perjodohan yang telah direncanakan nenekku," celetuk Mike. Anaya mengangkat wajah, menatapnya. "Jadi maksudnya, pernikahan ini tidak akan kamu beritahukan pada nenekmu?" sela Anaya. Mike mengangguk. Semakin hancur hati Anaya. Semuanya membuatnya sesak. Belum ada pernikahan, tapi sudah seperti ini, tidak dianggap. Mike, seorang yatim piatu sejak kecil, hidup bersama neneknya. Kini, pernikahan yang akan terjadi tidak akan melibatkan sang nenek. "Tidak. Mengingat nenek memiliki riwayat jantung, maka paman yang akan menjadi saksi pernikahan ini." Anaya tidak dapat berkata apa-apa lagi. Berbicara pun percuma. Mike memiliki jalannya sendiri untuk membebaskan diri, tanpa peduli Anaya yang juga terluka jika pernikahan hanya dijadikan permainan. "Terserah kamu deh, Mike. Aku juga bingung harus berpendapat seperti apa," ucap Anaya sambil bangun dan meninggalkan Mike. "Anaya!" panggil Mike. Namun, wanita itu tetap pergi, tidak mendengarkannya. Mike memandangi kepergian Anaya yang kecewa. Dia bingung harus menanggapi pernikahan ini seperti apa. "Kamu terlalu sempurna untukku, yang mencintai istri orang lain. Maka dari itu, aku tidak bisa menjanjikan rumah tangga penuh keindahan." "Tidak mungkin aku memberikanmu harapan palsu. Kamu terlalu baik untuk disakiti," lanjut Mike, lalu menyandarkan punggung pada kursi dan menutup mata. --- BEBERAPA JAM KEMUDIAN… Anaya sudah kembali ke rumahnya setelah tadi di sidang oleh Sean di apartemen Mike. Kini, dia menuju kamarnya untuk membersihkan tubuh sebelum bertemu Sean lagi. Bahkan, ia belum menyetujui ajakan Mike tentang pernikahan yang akan berakhir dengan perceraian dalam empat bulan. Dengan langkah gontai, Anaya membuka pintu kamar, lalu langsung menuju kamar mandi tanpa melepaskan pakaian. Anaya menyalakan shower dan duduk di lantai, membiarkan air membasahi tubuhnya. Bayangan Sean melihat dirinya dengan Mike berputar, hingga perintah menikah dan ucapan Mike tentang pernikahan selama empat bulan juga berputar, begitu menyakitkan. Anaya memeluk kedua lututnya, menangis meratapi hidupnya yang tragis. Sebelumnya, ia gagal menikah dengan pria yang ia cintai. Kini, ia dipaksa menikah dengan Mike hanya karena satu tempat tidur. Belum lagi, pria itu tidak akan menganggap pernikahan tersebut, jika terjadi nanti. Ia harus siap menjadi janda setelah empat bulan. "Apakah aku tidak berhak bahagia? Tidak adakah satu pria yang bisa menerimaku dengan tulus? Ini tidak adil, Tuhan. Kenapa dua kali aku harus merasakan sakit tentang pernikahan?" ucapnya, memeluk kedua lututnya, menangis di bawah air shower tanpa merasa dingin sedikit pun. Hatinya sudah terlalu sakit, harus kembali menjalani pernikahan tanpa cinta. Anaya berdiri, membuka pakaian, mematikan shower, lalu keluar dengan handuk yang ia ambil dari balik pintu. Handuk itu melilit tubuhnya. Anaya mengambil kaos dan celana sembarang dari lemari, lalu memakainya. Ia duduk di depan cermin, menatap wajah muramnya. "Akan jadi seperti apa rumah tanggaku? Jika pernikahan ini terjadi, sedangkan ikatan suci pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa berhenti ketika bosan dan dilanjutkan ketika masih bahagia," ucap Anaya, menatap pantulan dirinya di depan cermin. Anaya menunduk, air mata kembali tumpah pada pahanya. Demi apapun, bukan seperti ini yang dia mau. Sekalipun pernikahan terjadi, bukan seperti permainan yang ia inginkan. "Aku memang tidak cinta padamu, Mike, tapi mempermainkan pernikahan denganmu bukanlah diriku yang sebenarnya," gumamnya lagi sambil menunduk. Suara pintu terbuka membuat Anaya memutar leher sejenak, namun ia kembali menunduk. Ternyata Sean datang, pria yang memintanya menikah dengan Mike. "Kamu persiapkan diri untuk minggu depan, karena semua akan terjadi untuk menghindari apapun yang bakal terjadi di masa depan," kata Sean. Anaya yang menunduk sontak bangun mendekati pria tua yang menjadi orang tuanya begitu kejam, tanpa belas kasihan. "Jangan membantah. Papi tidak suka," lanjut Sean, melihat wajah Anaya yang terlihat ingin marah. Anaya tersenyum, lalu berjalan dan duduk di samping kasur. "Bukan membantah, Pi. Hanya ingin meluruskan apa yang Papi lihat. Tidak semua seperti itu. Aya memang tidur dengan Mike, tapi hanya sebatas itu. Tidak ada kelanjutan seperti yang ada di pikiran Papi," jelas Anaya. Namun, Sean tetap teguh pada pendiriannya: Anaya dan Mike harus menikah secepatnya. "Tidak ada bantahan lagi. Sebaiknya kamu bicarakan dengan Mike, karena dia ada di depan. Beritahu dia, minggu depan pernikahan terjadi, dan siapkan siapa wali yang akan hadir," kata Sean, lalu berbalik dan pergi dengan wajah datar. Anaya yang kesal hanya bisa melampiaskannya pada bantal yang ia lempar ke lemari. Anaya bangun dan pergi menemui pria yang membuatnya kesal, yang kini berani datang ke rumahnya. Anaya membuka pintu dan melihat sosok Mike duduk di kursi depan rumah. Mike berdiri saat melihat Anaya keluar dengan wajah datar. "Papi bilang minggu depan pernikahannya. Kamu siapkan walimu, siapapun itu, dan maaf. Aku tidak bisa memberikan kepastian berapa lama semuanya berlangsung. Tapi jalankan saja dulu. Jika nanti kamu tidak bahagia denganku, kamu bisa pergi dalam empat bulan, seperti yang kamu katakan." "Aku tidak akan menghentikanmu jika di luar sana ada yang bisa membuatmu lebih nyaman daripada bertahan denganku," sambung Anaya dengan wajah datar. Air mata mendadak tidak keluar, tapi hati begitu sakit. Pernikahan belum terjadi, tapi malah harus menerima ajakan konyol dari sosok pria yang dia kenal baik selama ini. "Hanya empat bulan. Aku pastikan, Ay, tidak akan lebih."“Bismillahirrahmanirrahim."“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Mike William bin Gilbert William dengan anak saya yang bernama Naila Anaya Safitri dengan mas kawin satu set perhiasan dibayar tunai,” ucap Sean dan tangan berjabat dengan Mike. "Saya terima nikah dan kawinnya Naila Anaya Safitri binti Sean Pratama dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai,” jawab Mike dengan sangat lancar, tanpa hambatan. Anaya terdiam dengan tatapan kosong harus menerima nasibnya. Entah ini sial atau beruntung dia tidak tahu, harus menanggapinya seperti apa."Bagaimana para saksi?" "Sah." Kalimat sah dari saksi menandakan ikatan suci ini telah resmi di mata agama maupun negara. Pernikahan yang tidak direncanakan oleh pasangan pengantin ini, kini telah terjadi juga setelah beberapa hari kemudian. Anaya masih terdiam dalam lamunan. Pasalnya setelah pernikahan ini berlangsung empat bulan, kemudian dia akan menjadi janda. Hati wanita mana yang tidak hancur? Saat dia tahu kapan akan menj
Sesaat keduanya saling pandang dan diam melihat pada lembaran kertas yang Mike pegang. "Kamu tandatangan ini," pinta Mike dan Anaya melihat pada kertas perjanjian lagi. Pikirnya dibuat terkejut seserius ini rencana Mike, hingga adanya surat perjanjian. Padahal Anaya bukan sosok wanita pembohong atau ingkar yang harus seperti ini. "What surat perjanjian?!" ucap Anaya membulatkan mata. Bagaimana bisa pria yang dia kenal baik, sungguh membuat respek Anaya pada Mike memudar. Anaya tidak langsung menerima kertas itu, dia masih memandang Mike, pria yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya. "Untuk apa adanya surat ini? Apa harus seperti ini juga Mike? Sepertinya dari lisan saja sudah cukup.”“Aku tidak akan melupakan ataupun ingkar padamu," ucap Anaya dan Mike diam menatap Anaya. "Bukan begitu, Ay …" kata Mike, sorot matanya sangat dalam menatap bola mata Anaya. "Lalu? Kepuasan pribadi kamu?" jawab Anaya. Lalu tertawa penuh kepalsuan dan duduk kembali yang semula ia berdiri. ‘Ak
Di kamar Anaya dan Mike kini saling rebahan, keduanya akan tidur dan tidak ada istilah pisah kamar seperti perjanjian mereka. Mike yang tidur di lantai dengan selimut dan satu bantal sedangkan Anaya, tidur di atas kasur Mike. Keduanya saling diam dan keheningan mengunci suasana menjadi canggung. Mike menatap langit kamar seraya tangan di dada, sedangkan Anaya sama. Namun, tangan meremas ujung selimut yang menutup hingga batas dada. "Apa sudah tidur?" tanya Anaya membuka suara dan Mike melihat pada samping sekilas, lalu fokus lagi ke atas. "Belum, kenapa kamu belum tidur?" jawab Mike dan bertanya balik. Anaya melihat pada samping, namun tidak bisa melihat Mike, karena pria itu tidur di bawah. "Entahlah, kenapa mata sangat sulit dipejamkan," jawab Anaya. Mike tersenyum lalu bangun dan duduk sontak Anaya juga bangun, lalu duduk di atas kasur melihat pada Mike sesaat saling pandang. "Aku pikir hanya dunia novel kawin paksa terasa canggung. Ternyata dunia nyata juga ada, jika di ka
Dugh! "Kamu bukan Papa yang bisa melarangku untuk dekat dengan siapa saja, termasuk Marcel!" Nena menendang kasar tulang kaki Frans. Namun tidak membuat sopir pribadinya ini tumbang, jika hanya satu tendangan dari majikannya. "Ingat apa yang sering aku katakan padamu Frans?" tanya Nena pada pria tinggi dengan tubuh idaman para wanita. "Ingat Nona, jangan mencampuri urusan Nona muda." jawabnya cepat. Nena kembali menendang kaki Frans sangking kesalnya, pria ini bagaikan bayangan Bian Nasution sang Papa. "Tapi kamu berdiri di depan muka aku, itu apa namanya Frans Adinata Joseph? Lalat ijo atau nyamuk!" pekik Nena dengan berkacak pinggang, memarahi sopirnya yang sudah mengabdi pada keluarga Nasution selama satu tahun lamanya. Frans Adinata Joseph pria matang 31 tahun dia seorang CEO. Namun, mendadak meninggalkan semua kekayaannya untuk mencari seorang istri yang menerima dia apa adanya, karena usia dia yang telah cukup umur dan tidak ingin dijodohkan. Sehingga melakukan hal bodoh i
Anaya yang pulang kerja begitu sangat lelah, menjatuhkan tubuhnya pada sofa panjang di ruang tamu dengan satu tangan di kening, tanpa melepaskan high heels yang masih melekat pada kakinya. Bahkan sangat pegal karena seharian mondar mandir mengikuti bosnya. "Ay, menurut kamu bagus tidak kalung liontin untuk Bunga?" sela Mike yang baru pulang dan langsung duduk di samping Anaya. Ia menunjukan perhiasan mewah pada istrinya. Anaya termangu melihat pada Mike yang meminta pendapatnya. Mike mengangkat alisnya melihat wajah Anaya yang termangu. Mike memetik jari membuyarkan lamunan Anaya. "Hey, aku nanya kenapa kamu melamun? Bagus tidak untuk Bunga?" tambah Mike dan Anaya tersenyum miring. Miris melihat suaminya terlalu over pada seorang Bunga. Padahal sudah jelas keduanya, tidak bisa bersatu, tapi tetap saja sakit Anaya mendengarnya. Siapa yang ingin seperti ini? Hidup dengan pria yang terjebak dalam kisah rumah tangga orang lain begitu jauh. Padahal Mike pria tampan, bahkan masih perja
"Mike aku minta pergi. Nanti suamiku pulang please, lepaskan Aku ... Agar kamu bahagia Aya anak baik!" "Tapi aku hanya mencintaimu bukan Anaya!" tepisnya di bawah kursi roda, Bunga yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan. Wanita ini menggelengkan kepala, lalu tersenyum kasihan pada pria yang sangat mencintainya. Sehingga berkali-kali berkata berusaha melupakan, nyatanya masih saja mengejar dan tidak bisa melepaskan semuanya. "Kita bukan jodoh, percaya Aya adalah jodohmu!""Stop, membahas Aya-aya dan Aya, dia hanya figuran dalam hidupku. Bukan pendamping. Bahkan pemeran utama dalam hatiku yang sesungguhnya yaitu kamu ... Ayo, kita pergi ke Singapura lagi," ajak Mike dan wanita ini memutar kursi rodanya pergi masuk rumah. Lalu menguncinya dari dalam. Sontak Mike, tertawa miris akan dirinya ditinggalkan. "Please, Mike. Pergi jangan membuatku merasa bersalah, atas kamu yang seperti ini!" teriak Bunga dan hujan pun turun, seolah mengiringi kesedihan Mike. "Haruskah benar-benar ber
"Aku tidak akan membebaskan kamu, Marcel."Plakkk!!Frans mendapatkan tamparan dari wanita yang tadi pingsan, kini telah sadar dan bisa menampar Frans seperti biasanya. "Kenapa kamu salahkan Marcel? Seharusnya, kamu yang perlu disalahkan. Bagaimana bisa tiga pria tadi masuk hotel mengikutiku? Kerjaan kamu apa FRANS!" pekik Nena dengan dada naik turun. Bahkan wajah telah merah menahan amarah. "Maafkan saya Nona," ucapnya menunduk tidak mungkin, dia memberi tahu jika pacarnya yang busuk itu telah menjualnya pada tiga pria tadi, jelas tidak akan percaya. "Maaf kamu bilang? Akan aku pastikan Papa menghukummu, karena ini kesalahan kamu!" serunya lalu membuang muka melihat pada jendela mobil dan Frans, mengangkat wajah sedih mendengar suara isakan Nena. Setahun dia kerja dengan keluarga Nasution, mengenal Nena begitu menjadi sosok wanita terhormat. Bahkan Bian sendiri memperlakukan anaknya bak Princess. Bagaimana, jika Bian tahu jika Nena diperlakukan seperti tadi? Mungkin seperti Fran
"Naya, sudah berapa lama kerja dengan Mike mengurus rumah ini?" tanya Hanum pada wanita yang kini tengah sibuk di depan laptop, mengerjakan pekerjaan yang tadi sore tertunda. Anaya melihat sebentar lalu tersenyum pada Hanum, wanita cantik begitu baik padanya. Tidak sungkan-sungkan, membantu pekerjaan rumah membuat Anaya terbantu adanya Hanum. "Baru, belum lama," ucapnya dan Hanum mengangguk. Lalu tatapannya pada gelas kosong, milik Anaya. "Nay, aku buat coklat panas mau?" tawarnya dan Anaya tersenyum lagi. "Boleh juga kalau kamu nggak keberatan.""Jelas nggak lah Nay, apaan sih keberatan." ucapnya lalu bangun membawa gelas kosong milik Anaya untuk dia, ganti dengan coklat panas Anaya tersenyum pada Hanum. "Kenapa kamu baik banget sih Han, sungguh membuatku semakin bersalah menutupi ini semua dari kamu, kalau aku adalah istri Mike," ucapnya melihat wanita itu di dapur tengah membuat coklat panas. Kedatangan Mike membuat dua wanita melihat pada pria yang datang membawa bunga. Lal
"Aya, apa hubunganmu dengan si kucing anggora itu?" tanyanya. Namun, Anaya terus saja berjalan tanpa menghentikan langkahnya."Aya...," panggil Mike lagi. Namun tetap, wanita itu pergi masuk lift dan Mike ikut masuk sebelum lift tertutup. Anaya menunduk, memainkan bibirnya tanpa melihat Mike."Ada hubungan apa kamu dengan kucing anggora itu?" ulang Mike. Anaya mengangkat wajah, menatap pria yang selalu mengatakan, "Jaga hatimu, jangan sampai jatuh cinta padaku.""Mike, apa kamu masih ingat ucapanmu di kamarku setelah akad nikah? Kita akan melakukan perjanjian kontrak selama empat bulan. Aku boleh hidup sesuai keinginanku selama empat bulan, bebas mencintai siapapun, dan kamu tidak akan melarang. Namun, begitu juga kamu akan tetap mencintai wanitamu," jelasnya, mengingatkan kalimat Mike saat itu. Sontak, pria ini terdiam dan pintu lift terbuka. Anaya tersenyum."Aku hanya mencoba menepati janjiku, untuk tidak mencintaimu agar hatiku baik-baik saja. Jangan salahkan Jerry, dia ada sekara
"Jerry... Ini benar kamu? Serius, astaga ya Allah, sumpah nggak nyangka dulu kamu cupu, pakai kacamata besar, lalu rambut klimis, dan suka menunduk kalau jalan karena takut dibully. Sekarang, astaga, sumpah Lee Min Ho banget, Jer," kata Anaya pada pria yang ternyata klien Arnav, teman masa sekolahnya yang dulu sering dibully, kini mendadak macho dan sangat tampan, 11-12 dengan Shakti."Kamu juga semakin cantik, Fit.""Mulai, Anaya, ok," ralat Anaya."Fitri, ok, Naila Anaya Safitri," kata Jerry, dan Anaya menggelengkan kepala. Pria ini selalu memanggil dia Fitri, sementara yang lain memanggilnya Anaya atau Aya.Arnav yang tadi pamit sebentar kini kembali lagi dan duduk di antara mereka berdua di ruangannya."Kalian saling kenal?" tanya Arnav, dan Anaya serta Jerry mengangguk. Bagaimana juga mereka kenal selama masa SMA. Walau saat masuk fakultas, Jerry ke luar negeri dan Anaya memilih masih di sini."Wah, jadi lebih enak dong ya, tidak merasa canggung lagi karena ternyata teman lama,"
Mike yang telah keluar dari ruangan Jason, bertemu dengan Ritika lagi yang kembali bangun tersenyum pada Mike. "Sebentar sekali. Tumben apa nggak mau ngopi dulu," tawar Ritika dengan bibir bawah digigit menggoda Mike. "Boleh, minta bantuan?" tanya Mike dan Ritika mengangguk. "Bisa, bantu buka google map nggak? Aku sepertinya tersesat di hatimu deh," kata Mike, lalu pergi senyum tipis dan Ritika memegang dadanya. Berdebar akan gombalan Mike, lalu duduk lagi dan pandangan pada pria yang pergi masuk lift. Seperti itulah Mike hanya menggoda lalu pergi, tanpa embel-embel. Tapi jika dia suka pada satu wanita akan terus pantang mundur jika masih diberikan kenyamanan. "Andai kamu suamiku Mike, sayangnya kamu itu jual mahal," ucap Ritika, lalu fokus lagi pada pekerjaanya sebagai sekretaris Jason Renaldy. Mike yang telah sampai di mobil terdiam lalu merogoh saku celana, dia masih mengingat video Anaya yang tidak sengaja di rekam saat melihat polos tubuh Anaya di ruang kerja dia. Bibirnya
"Aku mau ngasih tahu, jika sore nenek datang. Katanya lebih cepat. Nanti jangan lupa masak yang enak ya, dan bilang pada nenek. Kamu adalah asistenku sudah satu tahun kerja. Tapi memiliki kerja sampingan, di luar rumah," pintanya dan Anaya terdiam seakan kini jatuh pada jurang. Bagaimana bisa sekarang posisi dia tertukar dengan Hanum. "Aku selalu ingat kok, Mike. Posisiku sebagai apa tenang saja. Ini kedua kalinya kamu mengingatkan aku tentang nenek," ucapnya lalu pergi dari tempat dengan hati nyeri. "Jaga hatimu jangan sampai terluka dan aku tidak akan bosan untuk mengingatkan itu padamu," kata Mike dan Anaya mendengarkan. Tapi tidak balik badan, hanya mengangguk lalu keluar dari pintu dan Mike, menunduk kemudian mengusap wajah seraya balik badan. Mengingat dia harus mengorbankan hati seorang teman untuk sebuah kebahagiaan nenek dan adik angkatnya Hanum. Mike menunduk dengan kedua tangan menyentuh dinding, memikirkan bagaimana jika suatu saat tercium oleh semuanya. Terlebih H
"Jika dengan Hanan tidak sesuai harapan. Saya akan mengambil lamaran Gerry Alexander, dia tidak kalah jauh dengan keluarga Renaldy." ucapnya tersenyum. Setelah acara akad selesai kini Sarah serta Lilis, mengantarkan Nena dan Frans keluar dari kediaman Nasution sesuai perintah Bian. Keduanya harus keluar dari rumah. "Nini ... Mama, please tolong bujuk Papa." pinta Nena tidak kuat harus pergi dari kediaman Nasution, saat ini juga. Sarah menangis memeluk Lilis tidak kuasa melepas anak manja seperti Nena bagaimana nanti, hidup dengan Frans di luar sana. "Ma ... Tolongin Nena," keluhnya dan Frans merangkul sang istri namun wanita ini tepis. "Jangan sentuh aku NAJIS!" protes Nena kesal menepis tangan Frans. "Nena, tidak boleh seperti itu sayang, dia suamimu sekarang, hormati dia." tegur Lilis dan Nena sesegukan. "Kalian jahat sama Nena, membiarkan Nena tinggal bersama pria itu. Nena kecewa pada semuanya." keluhnya lalu balik badan pergi mendahului Frans naik taksi untuk pergi ke ruma
"Saya terima nikah dan kawinnya Serena Nasution binti Bian Nasution dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai,” jawab Frans dengan sangat lancar. Nena terdiam dengan tatapan kosong, harus menerima nasibnya yang begitu sial. Seakan jungkir balik dunianya saat ini saat saksi mengucapkan kalimat sah. Kini dia resmi menjadi istri Frans, sekalipun ini hanya perkawinan siri tetap sakit. Karena permintaan Bian untuk masa depan Nena kelak kini dia mau nggak mau harus terima. Bian menunduk lemas, namun tersenyum bagi Lilis, akhirnya setelah dulu membuat Sarah menikah dengan Bian. Sekarang membuat Nena menikah dengan Frans. Kita lihat nanti Nena, takdir akan membawamu pada kisah manis FraNa(Frans-Nena) yang tidak pernah kamu sesali, cinta kalian itu telah hadir namun, gengsi menutup semuanya. Ucap Lilis dalam hati melihat cucunya terdiam dalam lamunan kosong. Tidak ada menyematkan cincin ataupun mencium kening dan juga menyalami tangan suami. Nena langsung bangun pergi dari meja akad da
"Maaf Nyonya Gauri, untuk transaksi di atas 100 juta harus mendapatkan tanda tangan Frans." "What the hell!!!" Gauri melotot dengan kedua tangan di atas meja, menatap Hanan. Bagaimana mungkin untuk membayar belanjaan dia, harus meminta persetujuan anak tirinya. "Sejak kapan Nyonya besar meminta persetujuan anak itu? Kamu lupa siapa yang menggaji kamu? Suamiku, jadi ikuti apa kata Nyonya besar, bukan anak yang tidak dianggap itu," seru Gauri dan Hanan mendengarkan dengan wajah datar. "Saya kerja untuk keluarga ini dan menyelamatkan keluarga ini dari kehancuran orang-orang yang berniat memecah belah keluarga Renaldy. Mungkin, Nyonya tidak tahu yang sebenarnya, jika saya digaji oleh Frans. Sepeserpun saya tidak mengambil uang dari Tuan Rama, dan Nona lupa semua aset keluarga masih atas nama Frans Adinata Joseph. Selama diantara dua mahkota belum ada yang memiliki anak, kecuali Jason mempunyai anak mungkin, dia akan mendapatkan pembagian 50 persen dari apa yang Frans pegang." Jelas
Ay, ini tentang Papi Sean!" celetuk Mike dan Anaya tersenyum getir, akan alasan Mike karena Sean. "Kita tidak bisa cerai sekarang!" kata Mike dan Anaya termangu. Tuk, tuk, tuk!! Ketukan dari luar membuat keduanya melihat pada jendela, terkejut yang datang adalah Hanum. "Apa dia mendengar semuanya?" tanya keduanya saling pandang, dengan jantung berdebar tak karuan. "Mike, Naya!" panggil Hanum di luar dan Anaya yang di sisi langsung membuka pintu mobil lalu keluar, tersenyum canggung. "Sedang apa kamu malam-malam ada disini?" Anaya bertanya untuk memastikan apa Hanum mendengar atau tidak.Bahkan wajah Hanum terlihat dingin membuat Anaya berdebar, jantungnya. Dari sisi lain Mike keluar dan saling memandang dengan Hanum. "Seharusnya aku yang tanya pada kamu ada apa kalian malam-malam keluar dan ada di sisi kota seperti ini? Apa kalian mau melihat anak-anak jalanan tidak mengajak aku? Apa kamu tidak tahu Naya. Di singapura aku punya rumah pintar dan tiga sekolah gratis, itu semua an
"Apa?!" Lilis membulatkan mata tidak percaya pada apa yang Frans katakan. Sontak tatapan pria ini membuat Lilis ada rasa menyesal. Namun tidak bisa mundur atau jujur pada Bian, karena niatnya ingin merubah Nena. Agar menjadi wanita lebih baik lagi. Tidak arogan dan sombong . Bagi Lilis, Nena telah dibutakan dengan kilau dunia terlebih dia mempunyai segalanya. Ya memang dia tidak jahat, dan sombong serta angkuhnya Nena, mungkin lebih dominan para Frans. Maka dari itu, dia ingin keduanya dipersatukan. Kemungkinan Nena akan bisa menghargai pria yang sering dia tindas. "Nini …." panggil Nena di luar sontak Frans dan Lilis saling pandang membulatkan mata. Brukk!! Nena berdiri di depan pintu seraya memeluk boneka kesayangannya, pemberian Nadira. Namun tatapan wanita cantik ini pada Frans sontak yang mendapatkan tatapan mendadak menunduk. "Untuk apa lalat hijau ada di kamar nini? Jangan bilang sekarang kamu lagi menghasut nini?""KELUAR!!!" Lilis mengelus dada melihat Nena semurka itu