Di kamar Anaya dan Mike kini saling rebahan, keduanya akan tidur dan tidak ada istilah pisah kamar seperti perjanjian mereka.
Mike yang tidur di lantai dengan selimut dan satu bantal sedangkan Anaya, tidur di atas kasur Mike. Keduanya saling diam dan keheningan mengunci suasana menjadi canggung.Mike menatap langit kamar seraya tangan di dada, sedangkan Anaya sama. Namun, tangan meremas ujung selimut yang menutup hingga batas dada."Apa sudah tidur?" tanya Anaya membuka suara dan Mike melihat pada samping sekilas, lalu fokus lagi ke atas."Belum, kenapa kamu belum tidur?" jawab Mike dan bertanya balik.Anaya melihat pada samping, namun tidak bisa melihat Mike, karena pria itu tidur di bawah."Entahlah, kenapa mata sangat sulit dipejamkan," jawab Anaya.Mike tersenyum lalu bangun dan duduk sontak Anaya juga bangun, lalu duduk di atas kasur melihat pada Mike sesaat saling pandang."Aku pikir hanya dunia novel kawin paksa terasa canggung. Ternyata dunia nyata juga ada, jika di kawin paksa tidur terasa canggung dan aneh rasanya," ucap Anaya dan Mike tersenyum."Mungkin aku tidak hobi baca novel, karena aku terlalu sibuk membaca pikiran dia," celetuk Mike.Seketika Anaya langsung bisa menangkap ke mana arah bicara pria ini jika bukan pada Bunga.Anaya dan Mike sekilas saling pandang sesaat hening dalam kamar yang minim pencahayaan."Coba deh, dimulai dari merelakan insyaallah enteng. Bertahan pada rasa yang kita tahu tidak ada balasan itu sangatlah sakit. Apa hatimu ada Mike? Aku rasa kamu tidak punya, soalnya macam pohon pisang," ucap Anaya lalu kembali rebahan dan memunggungi Mike yang kini duduk di lantai."Cih. Aku memang tidak memiliki hati. Makanya pernikahan ini terjadi hanya empat bulan, kita berdua hanya sedang membuang waktu untuk menunda perpisahan ini," kata Mike. Lalu melihat Anaya yang kini tidur membelakanginya.‘Walau kita nanti sudah tidak lagi bersama, aku akan selalu mendoakan kamu agar kamu selalu bahagia sehingga, tidak akan ingat hari di mana kita saling menyakiti seperti ini. Maafkan aku Anaya’Mike lalu kembali tidur dengan hanya alas selimut dan satu bantal.Sedangkan di atas kasur Anaya membuka mata melihat pada lampu tidur. Baru kemarin dia tidur di pangkuan sang Mami, hari ini dia tidur sendiri.‘Yang aku takutkan adalah tidak akan ikhlas empat bulan itu berakhir, jika pada akhirnya aku terjebak dalam pernikahan tak sempurna ini Mike.’ Anaya lalu menutup mata lagi.Pagi pukul 08:00 wib.Anaya telat yang bangun, bahkan ia tidak subuhz kini kalang kabut karena mulai sekarang dia berangkat kerja dari apartemen Mike. Bukan lagi dari rumah orang tuanya."Sial! Biasanya ada Mami, yang bangunkan. Tapi kali ini nggak ada, karena tinggal jauh!" serunya kalang kabut siap-siap. Bahkan rambut asal ikat dan mungkin nanti akan dibenarkan di mobil.Anaya mondar mandir mencari kunci mobilnya dimana. Keadaan panik membuat dia lupa akan di sini tidak ada mobilnya."Haiz, lupa kalau aku datang dengan Mike, jelas mobil di rumah Papi!" ucapnya menghela napas.Lalu bergegas pergi untuk keluar kamar, namun hampir menabrak Mike yang membuka pintu lebih dulu. Keduanya saling pandang dengan jantung berdebar."Buru-buru nggak?" tanya Mike sambil menikmati buah apel."Banget, udah telat ada meeting dengan klien."Mike mengangguk lalu mundur mempersilahkan Anaya keluar. Sontak Anaya termangu, maksudnya apa nanya begitu? Kalau tidak ada niat membantu."Lalu?" tanya Anaya dan Mike menggaruk kepalanya dan menatap Anaya."Lalu kamu mau apa? Katanya telatz kenapa nggak pergi? Ini sudah jam delapan lewat," kata Mike."Mike William!!" Anaya berteriak dan Mike menutup telinganya."Salah aku apa ya? Kan, kamu yang telat."Anaya yang kesal tidak menjawab dia langsung pergi daripada debat tidak jelas dengan Mike."Apaan sih, nggak jelas datang bulan kali ya?" Mike masuk kamar lalu menutup pintu kembali tidak mengantarkan Anaya.Anaya di luar rumah kini dirinya terdiam, ternyata Mike, mana peduli. Dia pikir akan mengajaknya bersama kenyataannya ia kini harus pergi ke kantor sendiri tanpa diantar oleh suaminya dan Anaya tersenyum penuh kecewa.“Seharusnya kamu sadar kalau kamu itu memanglah bukan prioritasnya. Di sini kamu hanya bertahan 4 bulan, bukan untuk selamanya. Kamu hanya teman yang kebetulan dipaksa menikah hanya karena keadaan.”Anaya pun tersenyum lalu dia menghela napas dan pergi untuk mencari taksi di bawa apartemen.“Beruntung sekali Bunga dicintai oleh banyak pria, termasuk laki-laki yang kini menjadi suamiku dan menjadi diriku sampai miris, cih.”Dugh! "Kamu bukan Papa yang bisa melarangku untuk dekat dengan siapa saja, termasuk Marcel!" Nena menendang kasar tulang kaki Frans. Namun tidak membuat sopir pribadinya ini tumbang, jika hanya satu tendangan dari majikannya. "Ingat apa yang sering aku katakan padamu Frans?" tanya Nena pada pria tinggi dengan tubuh idaman para wanita. "Ingat Nona, jangan mencampuri urusan Nona muda." jawabnya cepat. Nena kembali menendang kaki Frans sangking kesalnya, pria ini bagaikan bayangan Bian Nasution sang Papa. "Tapi kamu berdiri di depan muka aku, itu apa namanya Frans Adinata Joseph? Lalat ijo atau nyamuk!" pekik Nena dengan berkacak pinggang, memarahi sopirnya yang sudah mengabdi pada keluarga Nasution selama satu tahun lamanya. Frans Adinata Joseph pria matang 31 tahun dia seorang CEO. Namun, mendadak meninggalkan semua kekayaannya untuk mencari seorang istri yang menerima dia apa adanya, karena usia dia yang telah cukup umur dan tidak ingin dijodohkan. Sehingga melakukan hal bodoh i
Anaya yang pulang kerja begitu sangat lelah, menjatuhkan tubuhnya pada sofa panjang di ruang tamu dengan satu tangan di kening, tanpa melepaskan high heels yang masih melekat pada kakinya. Bahkan sangat pegal karena seharian mondar mandir mengikuti bosnya. "Ay, menurut kamu bagus tidak kalung liontin untuk Bunga?" sela Mike yang baru pulang dan langsung duduk di samping Anaya. Ia menunjukan perhiasan mewah pada istrinya. Anaya termangu melihat pada Mike yang meminta pendapatnya. Mike mengangkat alisnya melihat wajah Anaya yang termangu. Mike memetik jari membuyarkan lamunan Anaya. "Hey, aku nanya kenapa kamu melamun? Bagus tidak untuk Bunga?" tambah Mike dan Anaya tersenyum miring. Miris melihat suaminya terlalu over pada seorang Bunga. Padahal sudah jelas keduanya, tidak bisa bersatu, tapi tetap saja sakit Anaya mendengarnya. Siapa yang ingin seperti ini? Hidup dengan pria yang terjebak dalam kisah rumah tangga orang lain begitu jauh. Padahal Mike pria tampan, bahkan masih perja
"Mike aku minta pergi. Nanti suamiku pulang please, lepaskan Aku ... Agar kamu bahagia Aya anak baik!" "Tapi aku hanya mencintaimu bukan Anaya!" tepisnya di bawah kursi roda, Bunga yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan. Wanita ini menggelengkan kepala, lalu tersenyum kasihan pada pria yang sangat mencintainya. Sehingga berkali-kali berkata berusaha melupakan, nyatanya masih saja mengejar dan tidak bisa melepaskan semuanya. "Kita bukan jodoh, percaya Aya adalah jodohmu!""Stop, membahas Aya-aya dan Aya, dia hanya figuran dalam hidupku. Bukan pendamping. Bahkan pemeran utama dalam hatiku yang sesungguhnya yaitu kamu ... Ayo, kita pergi ke Singapura lagi," ajak Mike dan wanita ini memutar kursi rodanya pergi masuk rumah. Lalu menguncinya dari dalam. Sontak Mike, tertawa miris akan dirinya ditinggalkan. "Please, Mike. Pergi jangan membuatku merasa bersalah, atas kamu yang seperti ini!" teriak Bunga dan hujan pun turun, seolah mengiringi kesedihan Mike. "Haruskah benar-benar ber
"Aku tidak akan membebaskan kamu, Marcel."Plakkk!!Frans mendapatkan tamparan dari wanita yang tadi pingsan, kini telah sadar dan bisa menampar Frans seperti biasanya. "Kenapa kamu salahkan Marcel? Seharusnya, kamu yang perlu disalahkan. Bagaimana bisa tiga pria tadi masuk hotel mengikutiku? Kerjaan kamu apa FRANS!" pekik Nena dengan dada naik turun. Bahkan wajah telah merah menahan amarah. "Maafkan saya Nona," ucapnya menunduk tidak mungkin, dia memberi tahu jika pacarnya yang busuk itu telah menjualnya pada tiga pria tadi, jelas tidak akan percaya. "Maaf kamu bilang? Akan aku pastikan Papa menghukummu, karena ini kesalahan kamu!" serunya lalu membuang muka melihat pada jendela mobil dan Frans, mengangkat wajah sedih mendengar suara isakan Nena. Setahun dia kerja dengan keluarga Nasution, mengenal Nena begitu menjadi sosok wanita terhormat. Bahkan Bian sendiri memperlakukan anaknya bak Princess. Bagaimana, jika Bian tahu jika Nena diperlakukan seperti tadi? Mungkin seperti Fran
"Naya, sudah berapa lama kerja dengan Mike mengurus rumah ini?" tanya Hanum pada wanita yang kini tengah sibuk di depan laptop, mengerjakan pekerjaan yang tadi sore tertunda. Anaya melihat sebentar lalu tersenyum pada Hanum, wanita cantik begitu baik padanya. Tidak sungkan-sungkan, membantu pekerjaan rumah membuat Anaya terbantu adanya Hanum. "Baru, belum lama," ucapnya dan Hanum mengangguk. Lalu tatapannya pada gelas kosong, milik Anaya. "Nay, aku buat coklat panas mau?" tawarnya dan Anaya tersenyum lagi. "Boleh juga kalau kamu nggak keberatan.""Jelas nggak lah Nay, apaan sih keberatan." ucapnya lalu bangun membawa gelas kosong milik Anaya untuk dia, ganti dengan coklat panas Anaya tersenyum pada Hanum. "Kenapa kamu baik banget sih Han, sungguh membuatku semakin bersalah menutupi ini semua dari kamu, kalau aku adalah istri Mike," ucapnya melihat wanita itu di dapur tengah membuat coklat panas. Kedatangan Mike membuat dua wanita melihat pada pria yang datang membawa bunga. Lal
"Kak, Hanum suka, terima kasih," ucapnya mengigau dengan mata terpejam dalam gendongan Mike, masuk rumah dan Anaya yang membawa keranjang berisi pakaian Mike yang telah selesai di setrika, kini berdiri saling pandang melihat sang suami menggendong Hanum yang tertidur karena kelelahan. "Maaf pulang telat," kata Mike dan Anaya melihat jam telah pukul 01:00 Wib. Anaya tersenyum tidak membalas, dia pergi melanjutkan membawa keranjang baju Mike untuk dia masukan ke dalam lemari. Anaya yang tidak bisa tidur memilih menyetrika sambil menunggu, suaminya pulang yang tengah jalan-jalan dengan Hanum, calon istrinya yang secepatnya Mike nikahi setelah dia dan Anaya bercerai. Mike membaringkan Hanum pada kasur dimana, sempat menjadi tempat tidur Anaya sebelum datangnya wanita lain ke rumah ini. Anaya melihat perhatian, suaminya pada wanita lain sangat manis sudut hatinya perih dengan cepat, dia menutup lemari lagi dan Mike melihat pada istrinya yang telah selesai memasukan pakaian ke dalam lema
Di rumah keluarga NasutionLilis membuatkan satu cangkir kopi dan susu spesial untuk Frans dan juga Nena, karena malam ini Bian akan kembali dan Lilis mempunyai rencana untuk menyatukan dua manusia yang menurut dia sangat cocok dan Nena, lebih tepat dijaga oleh Frans. Terlebih kini hatinya sedang terluka karena pacarnya pembohong ulung. "Maafkan nini semua akan kalian pahami setelah menyadari jika cinta itu telah kalian rasakan kehadirannya." ucap Lilis, lalu memasukan obat tidur kedalam minuman keduanya. Suara drap sepatu menuju dapur membuat Lilis, menaruh obat kembali pada pakaiannya. Lalu balik badan Frans telah datang mungkin, akan membuat susu untuk Nena. "Sudah nini buatkan kamu bawa pada Nena lalu ini kopi untuk kamu," ucapnya dan Frans tersenyum. "Kenapa nini yang buat? Seharusnya nini istirahat saja di kamar, biarkan Frans yang melakukan ini semua," ucapnya menerima susu dari Lilis. "Nggak apa-apa, nini titip Nena padamu dan lapangkan hatimu menghadapi sikapnya yang aro
"Apa?!" Lilis membulatkan mata tidak percaya pada apa yang Frans katakan. Sontak tatapan pria ini membuat Lilis ada rasa menyesal. Namun tidak bisa mundur atau jujur pada Bian, karena niatnya ingin merubah Nena. Agar menjadi wanita lebih baik lagi. Tidak arogan dan sombong . Bagi Lilis, Nena telah dibutakan dengan kilau dunia terlebih dia mempunyai segalanya. Ya memang dia tidak jahat, dan sombong serta angkuhnya Nena, mungkin lebih dominan para Frans. Maka dari itu, dia ingin keduanya dipersatukan. Kemungkinan Nena akan bisa menghargai pria yang sering dia tindas. "Nini …." panggil Nena di luar sontak Frans dan Lilis saling pandang membulatkan mata. Brukk!! Nena berdiri di depan pintu seraya memeluk boneka kesayangannya, pemberian Nadira. Namun tatapan wanita cantik ini pada Frans sontak yang mendapatkan tatapan mendadak menunduk. "Untuk apa lalat hijau ada di kamar nini? Jangan bilang sekarang kamu lagi menghasut nini?""KELUAR!!!" Lilis mengelus dada melihat Nena semurka itu
"Aya, apa hubunganmu dengan si kucing anggora itu?" tanyanya. Namun, Anaya terus saja berjalan tanpa menghentikan langkahnya."Aya...," panggil Mike lagi. Namun tetap, wanita itu pergi masuk lift dan Mike ikut masuk sebelum lift tertutup. Anaya menunduk, memainkan bibirnya tanpa melihat Mike."Ada hubungan apa kamu dengan kucing anggora itu?" ulang Mike. Anaya mengangkat wajah, menatap pria yang selalu mengatakan, "Jaga hatimu, jangan sampai jatuh cinta padaku.""Mike, apa kamu masih ingat ucapanmu di kamarku setelah akad nikah? Kita akan melakukan perjanjian kontrak selama empat bulan. Aku boleh hidup sesuai keinginanku selama empat bulan, bebas mencintai siapapun, dan kamu tidak akan melarang. Namun, begitu juga kamu akan tetap mencintai wanitamu," jelasnya, mengingatkan kalimat Mike saat itu. Sontak, pria ini terdiam dan pintu lift terbuka. Anaya tersenyum."Aku hanya mencoba menepati janjiku, untuk tidak mencintaimu agar hatiku baik-baik saja. Jangan salahkan Jerry, dia ada sekara
"Jerry... Ini benar kamu? Serius, astaga ya Allah, sumpah nggak nyangka dulu kamu cupu, pakai kacamata besar, lalu rambut klimis, dan suka menunduk kalau jalan karena takut dibully. Sekarang, astaga, sumpah Lee Min Ho banget, Jer," kata Anaya pada pria yang ternyata klien Arnav, teman masa sekolahnya yang dulu sering dibully, kini mendadak macho dan sangat tampan, 11-12 dengan Shakti."Kamu juga semakin cantik, Fit.""Mulai, Anaya, ok," ralat Anaya."Fitri, ok, Naila Anaya Safitri," kata Jerry, dan Anaya menggelengkan kepala. Pria ini selalu memanggil dia Fitri, sementara yang lain memanggilnya Anaya atau Aya.Arnav yang tadi pamit sebentar kini kembali lagi dan duduk di antara mereka berdua di ruangannya."Kalian saling kenal?" tanya Arnav, dan Anaya serta Jerry mengangguk. Bagaimana juga mereka kenal selama masa SMA. Walau saat masuk fakultas, Jerry ke luar negeri dan Anaya memilih masih di sini."Wah, jadi lebih enak dong ya, tidak merasa canggung lagi karena ternyata teman lama,"
Mike yang telah keluar dari ruangan Jason, bertemu dengan Ritika lagi yang kembali bangun tersenyum pada Mike. "Sebentar sekali. Tumben apa nggak mau ngopi dulu," tawar Ritika dengan bibir bawah digigit menggoda Mike. "Boleh, minta bantuan?" tanya Mike dan Ritika mengangguk. "Bisa, bantu buka google map nggak? Aku sepertinya tersesat di hatimu deh," kata Mike, lalu pergi senyum tipis dan Ritika memegang dadanya. Berdebar akan gombalan Mike, lalu duduk lagi dan pandangan pada pria yang pergi masuk lift. Seperti itulah Mike hanya menggoda lalu pergi, tanpa embel-embel. Tapi jika dia suka pada satu wanita akan terus pantang mundur jika masih diberikan kenyamanan. "Andai kamu suamiku Mike, sayangnya kamu itu jual mahal," ucap Ritika, lalu fokus lagi pada pekerjaanya sebagai sekretaris Jason Renaldy. Mike yang telah sampai di mobil terdiam lalu merogoh saku celana, dia masih mengingat video Anaya yang tidak sengaja di rekam saat melihat polos tubuh Anaya di ruang kerja dia. Bibirnya
"Aku mau ngasih tahu, jika sore nenek datang. Katanya lebih cepat. Nanti jangan lupa masak yang enak ya, dan bilang pada nenek. Kamu adalah asistenku sudah satu tahun kerja. Tapi memiliki kerja sampingan, di luar rumah," pintanya dan Anaya terdiam seakan kini jatuh pada jurang. Bagaimana bisa sekarang posisi dia tertukar dengan Hanum. "Aku selalu ingat kok, Mike. Posisiku sebagai apa tenang saja. Ini kedua kalinya kamu mengingatkan aku tentang nenek," ucapnya lalu pergi dari tempat dengan hati nyeri. "Jaga hatimu jangan sampai terluka dan aku tidak akan bosan untuk mengingatkan itu padamu," kata Mike dan Anaya mendengarkan. Tapi tidak balik badan, hanya mengangguk lalu keluar dari pintu dan Mike, menunduk kemudian mengusap wajah seraya balik badan. Mengingat dia harus mengorbankan hati seorang teman untuk sebuah kebahagiaan nenek dan adik angkatnya Hanum. Mike menunduk dengan kedua tangan menyentuh dinding, memikirkan bagaimana jika suatu saat tercium oleh semuanya. Terlebih H
"Jika dengan Hanan tidak sesuai harapan. Saya akan mengambil lamaran Gerry Alexander, dia tidak kalah jauh dengan keluarga Renaldy." ucapnya tersenyum. Setelah acara akad selesai kini Sarah serta Lilis, mengantarkan Nena dan Frans keluar dari kediaman Nasution sesuai perintah Bian. Keduanya harus keluar dari rumah. "Nini ... Mama, please tolong bujuk Papa." pinta Nena tidak kuat harus pergi dari kediaman Nasution, saat ini juga. Sarah menangis memeluk Lilis tidak kuasa melepas anak manja seperti Nena bagaimana nanti, hidup dengan Frans di luar sana. "Ma ... Tolongin Nena," keluhnya dan Frans merangkul sang istri namun wanita ini tepis. "Jangan sentuh aku NAJIS!" protes Nena kesal menepis tangan Frans. "Nena, tidak boleh seperti itu sayang, dia suamimu sekarang, hormati dia." tegur Lilis dan Nena sesegukan. "Kalian jahat sama Nena, membiarkan Nena tinggal bersama pria itu. Nena kecewa pada semuanya." keluhnya lalu balik badan pergi mendahului Frans naik taksi untuk pergi ke ruma
"Saya terima nikah dan kawinnya Serena Nasution binti Bian Nasution dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai,” jawab Frans dengan sangat lancar. Nena terdiam dengan tatapan kosong, harus menerima nasibnya yang begitu sial. Seakan jungkir balik dunianya saat ini saat saksi mengucapkan kalimat sah. Kini dia resmi menjadi istri Frans, sekalipun ini hanya perkawinan siri tetap sakit. Karena permintaan Bian untuk masa depan Nena kelak kini dia mau nggak mau harus terima. Bian menunduk lemas, namun tersenyum bagi Lilis, akhirnya setelah dulu membuat Sarah menikah dengan Bian. Sekarang membuat Nena menikah dengan Frans. Kita lihat nanti Nena, takdir akan membawamu pada kisah manis FraNa(Frans-Nena) yang tidak pernah kamu sesali, cinta kalian itu telah hadir namun, gengsi menutup semuanya. Ucap Lilis dalam hati melihat cucunya terdiam dalam lamunan kosong. Tidak ada menyematkan cincin ataupun mencium kening dan juga menyalami tangan suami. Nena langsung bangun pergi dari meja akad da
"Maaf Nyonya Gauri, untuk transaksi di atas 100 juta harus mendapatkan tanda tangan Frans." "What the hell!!!" Gauri melotot dengan kedua tangan di atas meja, menatap Hanan. Bagaimana mungkin untuk membayar belanjaan dia, harus meminta persetujuan anak tirinya. "Sejak kapan Nyonya besar meminta persetujuan anak itu? Kamu lupa siapa yang menggaji kamu? Suamiku, jadi ikuti apa kata Nyonya besar, bukan anak yang tidak dianggap itu," seru Gauri dan Hanan mendengarkan dengan wajah datar. "Saya kerja untuk keluarga ini dan menyelamatkan keluarga ini dari kehancuran orang-orang yang berniat memecah belah keluarga Renaldy. Mungkin, Nyonya tidak tahu yang sebenarnya, jika saya digaji oleh Frans. Sepeserpun saya tidak mengambil uang dari Tuan Rama, dan Nona lupa semua aset keluarga masih atas nama Frans Adinata Joseph. Selama diantara dua mahkota belum ada yang memiliki anak, kecuali Jason mempunyai anak mungkin, dia akan mendapatkan pembagian 50 persen dari apa yang Frans pegang." Jelas
Ay, ini tentang Papi Sean!" celetuk Mike dan Anaya tersenyum getir, akan alasan Mike karena Sean. "Kita tidak bisa cerai sekarang!" kata Mike dan Anaya termangu. Tuk, tuk, tuk!! Ketukan dari luar membuat keduanya melihat pada jendela, terkejut yang datang adalah Hanum. "Apa dia mendengar semuanya?" tanya keduanya saling pandang, dengan jantung berdebar tak karuan. "Mike, Naya!" panggil Hanum di luar dan Anaya yang di sisi langsung membuka pintu mobil lalu keluar, tersenyum canggung. "Sedang apa kamu malam-malam ada disini?" Anaya bertanya untuk memastikan apa Hanum mendengar atau tidak.Bahkan wajah Hanum terlihat dingin membuat Anaya berdebar, jantungnya. Dari sisi lain Mike keluar dan saling memandang dengan Hanum. "Seharusnya aku yang tanya pada kamu ada apa kalian malam-malam keluar dan ada di sisi kota seperti ini? Apa kalian mau melihat anak-anak jalanan tidak mengajak aku? Apa kamu tidak tahu Naya. Di singapura aku punya rumah pintar dan tiga sekolah gratis, itu semua an
"Apa?!" Lilis membulatkan mata tidak percaya pada apa yang Frans katakan. Sontak tatapan pria ini membuat Lilis ada rasa menyesal. Namun tidak bisa mundur atau jujur pada Bian, karena niatnya ingin merubah Nena. Agar menjadi wanita lebih baik lagi. Tidak arogan dan sombong . Bagi Lilis, Nena telah dibutakan dengan kilau dunia terlebih dia mempunyai segalanya. Ya memang dia tidak jahat, dan sombong serta angkuhnya Nena, mungkin lebih dominan para Frans. Maka dari itu, dia ingin keduanya dipersatukan. Kemungkinan Nena akan bisa menghargai pria yang sering dia tindas. "Nini …." panggil Nena di luar sontak Frans dan Lilis saling pandang membulatkan mata. Brukk!! Nena berdiri di depan pintu seraya memeluk boneka kesayangannya, pemberian Nadira. Namun tatapan wanita cantik ini pada Frans sontak yang mendapatkan tatapan mendadak menunduk. "Untuk apa lalat hijau ada di kamar nini? Jangan bilang sekarang kamu lagi menghasut nini?""KELUAR!!!" Lilis mengelus dada melihat Nena semurka itu