Deva menghembuskan nafas beratnya kala melihat diagram perusahaan yang semakin hari semakin menurun. Sudah dapat dipastikan perusahaan bisa bangkrut bila terus seperti ini. Sementara pak Irfan sendiri selalu keras kepala. Tidak pernah mau mendengarkan saran darinya. Deva memang baru terjun ke dunia perusahaan. Jika dibandingkan dengan pengalamannya memang tidak seimbang dengan pak Iran. Tetapi Deva paham bagaimana cara mengatasi masalah perusahaan yang terjadi seperti ini. Jika perusahaan ini benar hancur, Deva akan merasa sangat bersalah dengan Bela, ia sudah berjanji akan menjayakan lagi perusahaan ayahnya ini. Tak hanya Bela, almarhum ayah juga pasti sangat sedih. “Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya. Saat tengah melamun, tiba-tiba saja pintu ruangan Deva diketuk oleh seseorang. Deva langsung mengalihkan tatapannya ke arah pintu. Setelahnya, terdapat sosok Alvin yang muncul dari balik pintu. Terkejut? Tentu saja! Ada hal apa ia datang menemui Deva ke kantor? Deva langsung men
Bela menunggu kepulangan suaminya di depan rumah. Sudah terhitung setengah jam ia duduk di teras rumah guna menunggu kepulangan Deva. Bela juga sudah menghubungi suaminya, Deva berkata akan segera pulang, namun lihat! Sudah setengah jam menunggu Deva belum juga menujukan batang hidungnya. “Ke mana ayah kamu?” tanya Bela sambil mengusap perutnya yang sudah membesar. “Padahal Ibu mau makan kue yang ada di depan kantor ayah kamu,” sambung Bela lagi. Bela memang tadi memesan kue yang ada di depan kantor Deva. Tetapi hingga saat ini Deva juga belum datang. Hal itu tentu membuat Bela kesal. apakah suaminya itu tidak memikirkan buah hatinya yang ingin makan kue itu? Apakah urusan kantor lebih penting? Bela memang saat ini tengah berada di rumah sendiri. Luna? Gadis kecil itu ikut bersama May ke rumahnya. Bela memang tidak ikut ke rumah May, karena ia mau bermalas-malasan saja. memang semenjak kandungannya yang kedua ini, Bela rasanya hanya ingin menghabiskan waktunya di atas tempat tidu
Deva hari ini sangat disibukkan dengan pekerjaan kantor. Mau bagaimana lagi? perusahaan yang nyaris bangkrut ini memang membutuhkan perhatian lebih. Deva ingin segera perusahaan kembali stabil seperti dulu. Tapi sayangnya, Deva tidak bisa fokus kala ponselnya terus saja berbunyi. Ya! Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bela, sang istri tercintanya? Senang, Deva sangat senang Bela menghubunginya terus. Tetapi tidak untuk saat ini. Deva memang tengah sibuk, mendengar suara dering ponsel membuat dirinya semakin pusing. Apa lagi dering ponsel yang terdengar kali ini bukan untuk yang kedua atau ketiga kalinya. Entah sudah panggilan ke berapa kalinya yang Bela lakukan. Untuk panggilan sebelumnya tentu saja Deva mengangkatnya. Hanya saja Bela mengajaknya bercerita tentang film yang baru saja ia tonton. Bukankah itu tidak masuk akal? Apakah istrinya itu tidak tahu Deva tengah lelah? Deva menghembuskan nafas beratnya. Ayolah! Ini juga buka waktunya untuk mengeluh. Lagi pula bagaimana jika is
“Ibu, Inara merasa bosan di rumah terus,” kata gadis kecil itu kepada May-sang ibu. May yang sedang menyiram tanaman langsung saja menoleh ke arah anakannya. Saat ini hari Minggu, jadi May dan Inara bersantai di rumah. “Kamu mau ke rumah Luna?” tawar May. Inara tidak langsung menjawab pertanyaan sang ibu. Iya justru terdiam beberapa. Hal itu tentu saja membuat May penasaran. Apakah ada yang terjadi dengan Inara serta Luna? Biasanya anaknya itu selalu senang saat bermain bersama Luna. Namun berbeda kali ini. “Inara, ada apa? kamu sedang berantem dengan Luna?” tebak May. Inara menggeleng. “Tidak, Ibu. Aku hanya ingin bermain bersama Ibu. Aku bosan,” jawab gadis kecil itu. May yang mendengar hal itu bernafas lega. Setidaknya mereka tidak bertengkar, kan? May sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai anaknya dan juga Luna. “Lalu, kamu mau ke mana?” tanya May. Wanita itu mematikan keran air dan menghampiri putrinya yang tengah bermain tanah dalam pot. May langsung saja membawa Inara
“Sayang, ada apa?” tanya Deva kala melihat wajah Bela yang sangat begitu terkejut. Bela memang tengah menelepon seorang, entah apa yang orang itu katakan kepada Bela hingga membuat raut wajah istri Deva itu berubah terkejut. Tentu saja itu membuat Deva juga ikut penasaran. Siapa yang tengah istrinya telepon? Bela mengisyaratkan Deva untuk diam, sementara Bela terus melanjutkan teleponnya. Samar-samar, Deva dapat mendengar suara yang sangat dikenalinya. May? Ya! suara itu adalah suara May! Apa yang mereka bicarakan? “Aku akan ke sana setelah ini, kamu tenang dulu,” kata Bela. “Apakah sudah selesai?” tanyanya lagi. Deva terus saja mendengarkan apa yang istrinya bicarakan dengan saksama, walau suara lawan bicaranya sama sekali tak terdengar. Deva melahap makannya dengan netra yang fokus pada Bela. “Aku turut sedih. Semoga saja semua akan baik-baik saja,” kata Bela dengan nada sedih. Deva semakin penasaran. Apa yang sedang terjadi sebenarnya?“Baiklah. Aku akan ke sana nanti. Kamu
“Sayang, bagaimana dengan ini? Ini sangat menggemaskan,” kata Deva sambil menunjukkan sebuah baju kecil berwarna pink. Baju perempuan. “Adik Luna perempuan?” tanya Luna sambil menatap Deva bingung.Memang sampai detik ini, sudah tiga bulan berjalan. Deva dan Bela tidak mau melakukan USG. Bela mau nanti jenis kelamin anaknya menjadi kejutan. Sebenarnya Deva sudah sangat penasaran, tetapi Bela tetap tidak mau melakukan USG. Pada akhirnya, Deva yang harus mengalah. Deva atau pun Bela juga tidak pernah mempermasalahkan jenis kelamin anaknya nanti. Yang terpenting bagi Deva, anak dan istrinya sehat semua. Itu sudah cukup. Ia tidak banyak menunut. Menerima ada yang diberikan kepada Tuhan untuknya. Deva menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal. “Ayah, adik Luna perempuan?” ulang Luna lagi. “Belum tahu, Sayang. Nanti kita tahu jika sudah lahir,” jawab Bela. Deva tersenyum kepada anaknya, dia juga memasukkan baju itu ke dalam troli belanja. Bela menatap tak percaya ke arah su
Makan malam hari ini terasa nikmat karena kebersamaan. Ibu Mike sejak tadi juga tidak henti-hentinya bercerita kepada kedua cucu tercintanya. Luna dan juga Inara. Sangat memenangkan! Netra Bela tidak sengaja menatap ke arah May. Wanita itu memegangi perutnya sambil keringat yang membasahi wajahnya. Apakah ada yang terjadi dengan May? “May?” panggil Bela.May langsung saja mengubah posisinya menjadi tegak. May menatap Bela dengan senyum yang wanita itu paksakan. Bela tahu itu! Lagi pula, Bela tidak satu atau dua bulan bersama May. Jelas sangat tahu bagaimana jika May tengah menyembunyikan sesuatu. “Ada apa, Bel?” tanya May. Deva dan juga Alvin kini juga ikut menatap Bela dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya. Tidak hanya itu, pak Seno pun juga ikut menatap ke arah Bela. Bela menjadi canggung saat hampir semua netra menatap ke arah dirinya. Bela menggeleng, lalu kembali melanjutkan makannya tanpa jadi berbicara kepada May. Mau tentu sangat penasaran dengan Bela. Tetapi May juga
Dua bulan sudah berlalu, kini May sudah bisa menerima keadaannya. Walau sempat kondisinya turun.Bela selama kandungannya tua juga sering berada di rumah Alvin saat suaminya tidak ada. Seperti saat ini, Bela sudah berada di rumah May. Mereka baru saja pulang mengantarkan anaknya pulang dari sekolahnya. Dan ini saatnya, mereka bersantai sambil membaca beberapa buku di ruang tamu. “Bel, lihatlah! Ada yang jual pakaian lucu untuk bayi perempuan,” kata May sambil menunjukkan ponselnya kepada Bela. Bela juga terkesima dengan satu set pakaian lucu yang ditinjukan May. “Sangat lucu!” pekik Bela. “Apakah kamu harus membelinya? Sepertinya, iya! Ini edisi terbatas, Bel. Cepat miliki,” kata May lagi. Bela terdiam. Apakah ia harus membelinya? Tetapi untuk apa? jika anaknya perempuan nanti, masih ada pakaian milik Luna. Bukannya berniat memberikan anak yang keduanya berang bekas, tetapi memang pakaian Luna yang dulu masih bagus dan ada beberapa yang baru. Jika membeli lagi bukankah sangat di