Share

Bab 5. Mendadak Bulan Madu

Penulis: Heavenly Key
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-15 18:41:13

"Mas Rian!" teriak Yuan ketika melihat layar ponsel yang menyala.

Riana yang terkejut pun bergegas menghampiri Yuan. Dia meneliti sang kakak ipar untuk mengetahui apakah ada hal yang salah. Namun, tawa Riana pecah ketika Yuan memperlihatkan layar ponsel kepadanya.

Di sana terlihat sebuah nama dengan foto wajah Rian. Deretan huruf itu membentuk kata 'My Hubby'. Ya, Rian sedang melakukan panggilan suara.

Akan tetapi, Yuan yang masih kesal hanya membiarkan  panggilan tersebut. Dia meletakkan ponsel ke atas meja begitu saja. Perempuan tersebut mendaratkan bokong ke atas sofa, begitu juga dengan Riana.

"Kamu kayaknya udah move on dari Mas Andri, ya? Baru semalam malam pertama sama Mas Rian, nama kontaknya udah berubah aja!" seru Riana seraya mencubit pelan lengan atas Yuan.

"Dih, mana ada? Aku aja nggak pernah simpan nomor Mas Rian! Ini pasti ulah masmu itu!" tebak Yuan seraya mendengkus kesal.

"Apa? Jadi kamu nggak nyimpan nomor Mas Rian dalam ponselmu? Keterlaluan banget!" Riana melipat lengan sambil menyipitkan mata.

"A-aku simpan, kok! Tapi, di ponsel Sinta." Yuan tersenyum konyol seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dasar istri durhakim!"

Perdebatan antara Yuan dan Riana berhenti ketika pintu kantor terbuka lebar. Rian berdiri di ambang pintu sambil menyandarkan lengan atasnya pada kusen. Dia tersenyum lebar seraya melambaikan tangan ke arah Riana.

"Halo, Sayang! Baru beberapa jam, tapi rasanya aku sangat rindu!" Rian membentuk hati kecil menggunakan jempol dan telunjuk, lalu ditunjukkan kepada Yuan.

"Saranghaeyo!" seru Rian menirukan adegan ala drama Korea.

Yuan dan Riana melongo detik itu juga. Tak lama berselang lelaki tersebut menyugar rambut, kemudian berjalan ke arah Yuan. Dia mengulurkan tangan, tetapi Yuan tidak menyambutnya.

"Kamu itu suka drakor, tapi kenapa terlihat kesal ketika mendapat perlakuan manis dariku yang mirip oppa Korea ini?" Rian berdecap kesal kemudian meraih tangan Yuan dan mengecupnya secara paksa.

"Ih, kamu ngapain sih, Mas? Malah bikin aku zizik!" seru Yuan seraya menghapus bekas ciuman Rian di telapak tangan menggunakan tisu.

"Ayo, kita berangkat sekarang! Pihak sekolah sudah memberitahu kalau Sinta pulang sebentar lagi!" Rian melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya.

Mau tak mau Yuan pun berkemas. Dia berpamitan kepada Riana kemudian berjalan berdampingan bersama Rian. Rian membukakan pintu mobil untuk Yuan dan perempuan tersebut langsung masuk tanpa protes.

Perempuan tersebut sudah malas menghabiskan energi untuk kesal kepada sang suami. Dia lebih memilih diam dan tidak menanggapi ucapan Rian dengan serius. Sepanjang perjalanan Yuan hanya diam karena merasa kesal terhadap sang suami.

Yuan kesal karena Rian sudah mengganti gambar layar ponsel miliknya dengan foto lelaki itu tanpa izin. Belum lagi Rian yang menyimpan nomornya dengan nama yang menurut Yuan berlebihan. Ketika mengingat itu semua membuat Yuan semakin sebal.

"Kenapa cemberut?" tanya Rian ringan seraya tersenyum lebar.

"Nggak apa-apa!" seru Yuan ketus.

"Kamu masih kesal karena aku mengganti gambar layar dan menyimpan nomor ponselku dengan nama manis itu?" Rian terkekeh seraya melirik Yuan melalui ekor mata.

"Menurutmu? Sudahlah, Mas! Jangan bahas ini lagi! Bikin aku semakin kesal saja!" bentak Yuan sambil mengerucutkan bibir.

Rian tersenyum kecut. Kali ini dia ingin membuka mata Yuan. Dia ingin mengingatkan sang istri bahwa dia adalah suami sahnya sekarang.

"Begini, Yuan. Aku memang tidak bisa mengontrol hatimu. Aku tahu betul kamu masih mencintai adikku. Tapi, bukankah kita sekarang suami istri?" Rian kembali melirik Yuan yang masih diam tak menanggapi.

"Aku tidak menuntut lebih untuk saat ini. Aku melakukannya agar kamu mau memberikanku kesempatan. Aku tidak menuntutmu untuk melupakan Andri. Aku melakukan semua itu agar kamu sadar bahwa suamimu yang sekarang adalah aku, bukan Andri."

Jantung Yuan seakan berhenti berdetak. Entah mengapa mendengar semua perkataan Rian membuat hatinya begitu nyeri. Dia seperti mengalami dejavu.

Ya, Yuan pernah merasakan apa yang kini dialami oleh Rian. Menjadi pengantin yang tidak dianggap. Namun, Yuan memilih untuk menutup mata untuk saat ini.

Melihat Yuan hanya diam dan malah membuang muka membuat Andri mengembuskan napas kasar. Lelaki itu memilih untuk diam untuk sementara waktu. Sesampainya di sekolah Sinta, Yuan langsung keluar dan menunggu sang putri sambil bersandar pada badan mobil.

"Bunda!" seru Sinta dan Arjuna bersamaan.

Yuan berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya. Dua bocah TK tersebut berlari dan masuk ke dalam pelukan Yuan. Setelah itu, Yuan membuka pintu penumpang dan keduanya masuk ke dalam.

Perjalanan pulang kali ini terlihat begitu meriah. Sinta dan Arjuna saling sahut dan melemparkan lelucon. Mereka secara bergantian menceritakan apa yang terjadi di kelas.

Yuan dan Rian menikmati semuanya sampai tidak terasa tiba di rumah. Ketika Yuan membantu Sinta dan Arjuna berganti pakaian, Rian dipanggil oleh Anton. Lelaki itu masuk ke dalam ruang kerja sang ayah dan memilih untuk duduk di sofa.

"Kenapa nggak ambil cuti saja." Anton beranjak dari meja kerja kemudian duduk di samping Rian.

"Nggak, Pak. Rian mau fokus belajar dulu di rumah sakit. Ada beberapa hal yang bisa aku tangani untuk sarana belajar. Sayang kalau dilewatkan."

"Aku rasa liburan lima hari tidak akan membuat urusan rumah sakit kacau, Ian." Anton menyodorkan sebuah amplop kepada Rian.

Rian mengerutkan dahi ketika menerima amplop tersebut. Lelaki itu perlahan membuka benda tersebut. Di dalamnya terdapat dua buah tiket pesawat, serta struk pemesanan kamar hotel bintang lima yang ada di Bali.

"Apa ini, Pak?" tanya Rian berusaha mencerna apa maksud dari sang ayah.

"Hadiah dari bapak. Besok berangkatlah ke Bali bersama Yuan."

"Apa? Kenapa mendadak sekali, Pak?" tanya Rian.

"Sudah, sama berangkat dan takhlukkan Yuan dalam lima hari! Perempuan hanya butuh perhatian lebih. Terus curahkan perhatian dan tunjukkan kasih sayangmu kepadanya. Lambat laun, hatinya yang membeku akan mencair." Anton memberi nasehat kepada sang putra, lalu menepuk bahunya.

Semangat Rian mendadak bangkit. Dia mengantongi dukungan dari orang-orang sekitar. Sekarang tugasnya tinggal satu, yaitu meluluhkan hati Yuan.

"Baiklah, terima kasih, Pak. Doakan saja Rian segera bisa meluluhkan hati Yuan dan memberikan Bapak cucu lagi." Senyum Rian mengembang dan mendapatkan angguk kepala dari dang ayah.

Rian pun berpamitan dan kembali ke kamarnya. Malam itu, Rian memutuskan untuk tidur di kamarnya sendiri. Dia tidak mau punggungnya patah karena kembali didorong oleh sang istri dari atas ranjang.

Semalaman Rian tidak bisa tidur, dia memikirkan cara untuk membawa Yuan ke bandara tanpa perlawanan. Ayam jantan mulai berkokok bersahutan. Rasa kantuk kini menyerang Rian.

Di antara rasa kantuk itu, sebuah ide cemerlang muncul. Rian menjentikkan jari dan matanya kembali segar. Lelaki tampan tersebut langsung menyiapkan koper dan memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya.

"Maaf, Yuan! Semoga kali ini kamu bisa mengerti dan mau membuka hati untukku." Rian tersenyum tipis sambil menutup rapat koper yang sudah terisi penuh.

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 6. Menculik Istri Sendiri

    Rian langsung bangkit menemui Drini yang sedang ada di dapur. Dia pun akhirnya mengungkapkan rencananya kepada sang ibu. Drini pun langsung menyetujui dan mendukung rencana Rian.Tak lama kemudian, Yuan keluar dari kamarnya bersama Sinta. Sinta langsung berlari ke ruang tengah untuk bermain bersama Arjuna, sementara Rian memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan mandi.“Yuan bantu, Bu,” ucap Yuan “Baiklah, terima kasih, Sayang!”Aroma masakan kini menguar di seluruh penjuru dapur. Perempuan yang dulunya tidak bisa memasak itu, kini semakin rajin belajar masak sejak kehadiran Yuan di rumah itu. Terlebih lagi ketika cucunya mulai lahir.Setelah menyelesaikan masakannya, Yuan menghidangkan makanan ke atas meja. Perempuan tersebut berteriak ke arah ruang tengah, di mana Sinta dan Arjuna sedang bermain. Dua bocah kecil itu langsung berlari menuju meja makan.Setelahnya itu Rian, Anton, dan Riana menyusul dan bergabung di meja makan. D

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 7. Banjir!

    Bab 7. Banjir!Rian terbelalak ketika membuka pintu rumahnya. Banjir ternyata datang dengan arus yang sangat deras. Air itu terus naik mengikuti langkah kakinya yang terus mundur. Rian berlari sampai naik ke lantai rumah, tetapi air terus bertambah tinggi. Dalam pandangannya, atap rumah terbang karena angin. Tak lama kemudian air dari langit langsung turun dan membasahi tubuh Rian."Banjir!" teriak Rian histeris saat merasa air hujan membasahi tubuhnya.Yuan melongo melihat sang suami yang sedang mengigau. Antara rasa kesal dan geli bercampur menjadi satu. Dia kali ini memercikkan air ke wajah Rian agar lelaki itu segera terbangun dari tidurnya."Banjir!" Kali ini Rian langsung terduduk seraya mengusap wajah yang basah karena ulah sang istri.Rian bengong sejenak untuk kembali mengumpulkan kesadaran. Dia perlahan menoleh ke arah Yuan. Perempuan tersebut tengah berkacak pinggang seraya menatapnya tajam."Banjir, banjir!

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 8. Jebakan Drini dan Sinta

    Yuan terbelalak saat melihat pemandangan yang ada di dalam koper. Tidak ada baju layak pakai di sana. Hanya ada beberapa baju tidur seksi serta pakaian dalam."Bagaimana aku bisa memakai ini semua? Mas Rian benar-benar gila!" Yuan mengembuskan napas kasar berulang kali.Semua emosi seakan berkumpul di hidung Yuan. Jika digambarkan sekarang hidung Yuan tidak hanya mengeluarkan karbon dioksida, melainkan seperti naga yang tengah mengembuskan napas api. Dia mengira kalau Rian adalah tersangka dari semua kekacauan ini."Mas Rian!" teriak Yuan penuh amarah.Yuan pun berjalan ke arah nakas. Di atas meja kecil itu terdapat tas yang biasa dia pakai. Yuan mengobrak-abrik isi tasnya untuk mencari ponsel.Namun, Yuan tidak menemukan ponselnya di sana. Yuan justru mendapati ponsel Sinta yang ada di dalam tasnya. Tidak ada uang tunai, kartu ATM, bahkan aplikasi perbankan dalam ponsel Sinta.Rencana Yuan yang ingin kabur dari Bali

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 9. So Sweet

    Yuan mengerutkan dahi ketika menatap kantong plastik hitam yang dia genggam. Dia melirik curiga ke arah Rian dan kantong itu secara bergantian. Namun, perempuan tersebut berusaha menepis semua kecurigaannya kepada Rian.Ketika membuka bungkusan itu, Yuan menautkan kedua alisnya. Dia mengeluarkan isi dari kantong plastik tersebut. Sebuah daster berbahan kain rayon dengan motif bunga semboja terlihat begitu cantik."Aku nggak tahu pakaian seperti apa yang kamu sukai. Aku juga tidak suka warna kesukaanmu. Jadi, aku hanya bisa mengira-ngiranya dan membelikan daster itu untuk kamu." Rian membuang pandangan seraya mengusap leher bagian belakangnya.Yuan tersentuh mendengar pengakuan Rian. Suaminya itu sedang berusaha memperhatikannya. Rasa bersalah kini bergelayut di hati Yuan."Terima kasih, Mas. Aku pakai, ya? Habis ini kita bisa jalan-jalan dan cari makan."Yuan tersenyum dan mulai melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Dia bergant

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 10. Tragedi

    Rian segera berlari ke arah Yuan. Dia melompat kemudian memeluk tubuh sang istri. Melindungi kepala Yuan menggunakan kedua telapak tangannya.Keduanya pun akhirnya ambruk ke atas aspal. Mereka sempat bergulung beberapa kali, lalu berhenti tepat di depan lampu samping restoran Korea. Tak lama berselang terdengar dentum keras dari ujung jalan.Motor yang hampir menabrak Yuan kini menumbuk gapura. Saat mendengar suara keras itu Yuan langsung menangis histeris. Dia membayangkan bagaimana kondisinya jika benar-benar tertabrak motor tersebut."Sudah, nggak apa-apa. Aku ada di sini. Mengislah agar lebih lega. Tapi, ingatlah, Yuan. Aku selalu ada untukmu di sini." "A-aku takut, Mas. Hampir saja aku tertabrak. Jika saja Mas Rian nggak ...." Rian memotong ucapan Yuan."Sssttt, jangan bicara seperti itu. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja." Rian membelai lembut rambut panjang sang istri.Mereka berdua perlahan bangkit. Rian

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 11. Membuka Hati

    "Mari kita bersenang-senang malam ini, Sayang!"Yuan langsung terbelalak ketika mendengar suara asing yang menyapa telinganya saat ini. Lelaki yang sedang mendekapnya kini melonggarkan pelukan. Yuan pun berhasil mendongak.Mata Yuan langsung membola karena mengetahui orang yang sedang mendekapnya. Dia adalah Burhan, mantan kekasih Yuan sekaligus mantan suami Riana. Yuan mendorong dada bidang Rian sekuat tenaga.Namun, tubuh Burhan layaknya batu karang. Saat Yuan berusaha mendorong tubuhnya menjauh, Rian tidak bergeser sedikit pun. Kondisi Yuan sekarang ini kacau karena ada sesuatu dalam dirinya terus bergolak."Lepaskan aku, Bajingan!" seru Yuan."Ayolah! Cuma malam ini! Toh, kamu sudah menjanda, kan?""Matamu! Aku sudah menikah dengan orang lain lagi!" Yuan mengangkat kakinya kemudian menginjak jempol kaki Burhan sekuat tenaga.Akhirnya Burhan melepaskan pelukannya. Yuan pun memanfaatkan kesempatan ini unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 12. Pillow Talk

    "Maaf." Rian langsung memasukkan Yuan ke dalam bak mandi. Yuan menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Melihat tingkah Yuan membuat Rian menyeringai. Dia mencondongkan tubuh untuk mendekati Yuan. "Mundur! Kamu jangan ambil kesempatan, Brengsek!" umpat Yuan dengan tatapan tajam kepada Rian. Rian terkekeh, kemudian mengangkat lengan. Tiba-tiba dia menyentil dahi Yuan menggunakan jari tengahnya. Yuan pun mengaduh seraya mengusap jidat yang sedikit merah. "Apa yang ada dalam pikiranmu?" Rian menjauh dari Yuan kemudian melipat lengan di depan dada. "Kamu berendam saja dengan air hangat. Aku akan pergi sebentar ke apotek untuk membeli obat sakit kepala. Pasti setelah ini kamu akan merasa pusing karena efek dari obat perangsang." “Obat perangsang?” Yuan mengerutkan dahi ketika mendengar kalimat yang keluar dari bibir sang suami. “Hem, aku melihat Burhan memasukkan sesuatu ke dalam gelap kopi yang dia bawa, lalu menukarkannya dengan milikmu.” “Astaga! Bagaimana aku bisa tidak menya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 13. Hari Bahagia

    Rian merasa sedang tertangkap basah. Dia menelan ludah kasar dan bersiap untuk mendapatkan caci maki dari sang istri. Rian hanya diam dan terus mengamati pergerakan Yuan selanjutnya. Akan tetapi, setelah menunggu selama beberapa detik, Yuan tidak lagi bergerak atau berbicara. Justru Yuan kembali mendengkur. Rian akhirnya bisa mengembuskan napas lega. "Ternyata cuma mengigau! Dasar!" Rian tersenyum kecut dan mulai merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Rian memiringkan tubuh dan menggunakan lengannya sebagai bantalan kepala. Lelaki itu menatap lembut sang istri. Rasa cintanya kepada Yuan semakin meledak-ledak karena sikap baik yang ditunjukkan olehnya hari ini. "Semoga ini pertanda baik. Tidurlah yang nyenyak, Sayang. Semoga besok tidak berubah pikiran, ya?" Rian tersenyum lembut, jemarinya membelai lembut puncak kepala Yuan, dan mulai memejamkan mata. Keduanya tidur bersebelahan tanpa ada kontak fisik. Rian berprinsip untuk tidak menyentuh Yuan dengan sengaja jika istrinya itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 35. Lelaki Berengsek

    Yuan menoleh ke arah jendela mobil. Seorang lelaki bertubuh tegap kini berdiri di samping mobilnya. Tak lama berselang lelaki itu membungkuk.Yuan dapat mengenali siapa orang yang ada di luar sana walau terlihat samar. Dia adalah Burhan, mantan kekasihnya. Bagaimana bisa Burhan mengetahui keberadaannya saat ini?Akhirnya Yuan memutuskan untuk keluar dari mobil. Saat dia kembali menutup pintu mobil, Burhan melepas kacamata hitam yang sejak tadi menyembunyikan sepasang mata lelaki tersebut."Apa kabar, Sayang?" tanya Burhan dengan senyum menyeringai.Yuan tidak menjawab. Dia terus mengepalkan jemari tangan seraya menatap sepasang mata Burhan penuh kebencian. Burhan memasukkan kacamatanya ke dalam saku kemeja dan mulai mendekati Yuan."Kenapa kamu semakin sombong, Yuan? Nyonya muda Ismoyo kita ternyata semakin menggoda!" seru Burhan sembari memindai tubuh Yuan dengan tatapan mesum."Mundur! Ada Sinta di dalam! Jangan sam

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 35. Sinta yang Mulai Protes

    Yuan menepuk dahinya. Dia tidak yakin sang putri akan sabar menunggu. Namun, Yuan akhirnya memaksakan senyum agar Sinta berhenti bertanya lagi soal adik."Baiklah! Sekarang main sama Juna dulu. Bunda mau kerja sama Bunda Riana." Yuan membelai lembut pipi putrinya.Sinta pun membereskan beberapa perlengkapan yang dia pakai untuk mengerjakan tugas sekolah. Begitu juga dengan Arjuna. Setelah itu, mereka berdua masuk ke kamar masing-masing."Aduh, jangan sampai Juna ikut-ikutan minta adik!" celetuk Riana tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.Yuan langsung menoleh ke arah Riana yang masih duduk rapi di sofa depan televisi. Dia berdiri dari atas karpet, lalu berjalan mendekati Riana. Yuan berkacak pinggang seraya menatap tajam adik iparnya itu.Merasa dirinya terus diperhatikan oleh Yuan, Riana pun mendongak. Dia menyengir kuda kemudian mengangkat lengan dengan jemari membentuk huruf 'v'. Tanpa basa-basi Yuan langsung mengimpit ke

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 34. Mulai Sibuk Masing-masing

    Rian melongo mendengar pertanyaan Yuan yang menurutnya tidak masuk akal. Di sisi lain, Yuan terlihat kesal karena pertanyaannya tidak kunjung dijawab oleh Rian. Perempuan tersebut langsung melipat lengan seraya mengerucutkan bibir.Sedetik kemudian, Rian tertawa terbahak-bahak. Dia memegangi perutnya yang terguncang akibat ledakan tawa. Kini Yuan mulai mendaratkan cubitan pada lengan sang suami karena merasa kesal."Aduh, ampun!" teriak Rian tanpa menghentikan tawanya.Yuan tidak segera melepaskan cubitan dari lengan Rian, sampai akhirnya sang suami menarik lengannya paksa, lalu membanting pelan tubuh Yuan hingga istrinya itu terlentang di atas ranjang. Tatapan keduanya saling bertemu, tetapi dada Yuan masih kembang kempis karena menahan amarah."Kamu ini lucu, Sayang. Tentu saja aku akan menuruti semua keinginanmu. Bahkan aku bisa membeli pabrik es krim kesukaanmu, kalau kamu menginginkannya!" seru Rian jemawa.Yuan hanya terse

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 33. Andai

    Rian dapat mendengar kalau Yuan menggumamkan sesuatu walau terdengar samar. Dia akhirnya menoleh dan menanyakan apa yang menjadi ganjalan hati sang istri. Namun, Yuan hanya menggeleng.Rian membuang napas kasar. Dia tidak mau memaksa sang istri mengatakan apa yang memang tidak dia ingin katakan. Akhirnya Rian memilih untuk tetap diam dan terus fokus mengendarai mobilnya."Mau makan di mana?" tanya Rian tanpa menoleh ke arah sang istri."Terserah," jawab Yuan singkat.Rian menelan ludah karena mendengar kata mematikan itu keluar dari bibir sang istri. Dia berpikir sejenak, berusaha mengingat beberapa makanan favorit sang istri.Setelah berpikir hampir 15 menit, akhirnya Rian memutuskan untuk berhenti di sebuah warung tegal. Yuan terdiam sesaat. Tak lama berselang, dia menoleh ke arah Rian."Mas Rian kok berhenti di sini?" tanya Yuan seraya memindai warung sederhana dengan etalase di bagian depannya."Kamu ri

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 32. Dia Suamiku!

    Rian dan Siti pun menoleh ke arah Yuan. Wajah perempuan tersebut tampak merah padam dengan jemari mengepal kuat di samping badan."Nggak boleh!" seru Yuan tegas.Rian dan Siti melongo melihat Yuan yang sedang marah. Perempuan itu kini melipat lengan di depan dada sambil menatap tajam Siti. Hilda ikut melongo melihat Yuan yang tampak emosi.Hilda memandang Yuan dengan tatapan polos. Hilda bergerak dan berdiri di atas kursi. Kini semua tatapan tertuju pada bocah mungil berambut ikal itu."No, no, no! Tante nggak boleh mayah-mayah! Nggak baik kata papa!" Hilda menggerakkan jari telunjuk di depan wajahnya.Yuan mengalihkan pandangannya kepada Hilda. Amarah Yuan padam seketika. Dia mulai berpikir kalau dirinya tidak lebih dewasa dari anak berusia tiga tahun.Yuan akhirnya menyandarkan punggung pada bantal sofa di belakangnya. Bahunya merosot dan tatapan Yuan masih tertuju pada Hilda yang kini mulai turun dari kursi.

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 31. Prahara Rumah Tangga

    Rian mengerutkan dahi ketika melihat Yuan kembali bersikap kekanakan. Dia menggendong Hilda, kemudian menyusul Yuan yang sudah ada di dalam mobil. Rian mengetuk kaca mobil karena melihat istrinya itu duduk di belakang roda kemudi.Di dalam mobil, Yuan berusaha menekan tombol starter. Dia berniat pulang dengan mengendarai mobil sang suami sendirian dan meninggalkan Rian bersama janda gatal bernama Siti itu.Perempuan tersebut sangat jengkel ketika melihat bagaimana Siti tersenyum kepada suaminya. Dia merasa hanya Rian yang dinanti dan disambut kedatangannya. Belum lagi ketika Hilda yang langsung naik ke pangkuan Rian seperti sudah kenal sejak lama."Ah, sial!" Yuan memukul roda kemudi ketika menyadari dia tidak membawa kunci mobil."Pantas saja! Mau aku starter sampai jempolku patah mesinnya nggak akan nyala!" gerutu Yuan, lalu menenggelamkan kepala di antara kedua lengan yang memegang roda kemudi.Sedetik kemudian, Yuan menyadari kalau Rian mengetuk kaca mobil. Dia akhirnya menurunkan

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 30. Cemburu

    Keduanya pun melanjutkan ciuman panas itu di atas ranjang. Keduanya saling menanggalkan pakaian satu per satu. Sekarang mereka terlihat polos dan terkena sorot lampu tidur yang tampak remang-remang.Dinginnya kamar karena mesin pendingin ruangan tidak serta membuat mereka kedinginan. Justru mereka merasa panas karena gairah yang menggelora. Keduanya menyatukan raga dan mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.Lelah dengan aktivitas panasnya bersama Yuan, Rian pun memejamkan mata. Dia memeluk tubuh Yuan yang masih polos, tetapi tertutup oleh selimut tebal. Mereka masih memejamkan mata untuk menikmati sisa-sisa pelepasan yang membuat adrenalin berpacu kuat."Yuan!" panggil Rian dengan suara lembut.Yuan pun membuka mata, lalu mendongak agar bisa menatap wajah tampan suaminya. Dia tersenyum lembut, mengangkat lengan, lalu memainkan jemarinya di atas dagu Rian yang mulai ditumbuhi rambut halus.Rian tersenyum tipis. Lelaki itu m

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 28. Menanggung Rasa Bersalah

    "Pak, Pak Ridwan meninggal."Kalimat yang keluar dari bibir sekretaris Rian mendadak membuat lidahnya kelu. Dia tidak menyangka manajer keuangan rumah sakit yang sedang diselidiki itu meninggal begitu cepat. Padahal Rian yakin kalau lelaki itu hanya dijadikan kambing hitam.Otot leher Rian tampak kaku dengan mata melotot ketika mendengarkan penjelasan Adnan. Lelaki berusia 30 tahun itu mengatakan bahwa Ridwan ditemukan tewas karena meminum racun serangga."Aku akan melayat ke rumahnya sekarang!" Rian akhirnya menutup sambungan telepon.Wajah Yuan ikut tegang ketika melihat ekspresi sang suami yang tidak santai. Dia perlahan mendekati Rian dan menyentuh lengan sang suami secara perlahan. Rian memaksakan senyumnya."Kamu bisa pulang dulu ke rumah. Aku mau melayat ke rumah Pak Ridwan. Beliau manajer keuangan yang sedang diselidiki.""Boleh aku ikut, Mas?" tanya Yuan seraya menggenggam jemari sang suami."Nggak

  • Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar   Bab 29. Sayangnya

    Siti menatap mata Rian yang terlihat begitu tegas. Tak lama kemudian, dia menunduk kemudian kembali menangis histeris. Rian memilih untuk diam sementara waktu.Lelaki itu tidak mau menekan mental Siti untuk sekarang ini. Dia menunggu Siti tenang dan mengatakan semuanya dengan sendirinya. Setelah menunggu hampir 30 menit, akhirnya Siti sedikit lebih tenang.Siti kembali menyeka air mata untuk sekian kalinya. Dia menatap Rian dengan mata yang sudah bengkak. Perempuan itu menggeleng sehingga membuat Rian mengerutkan dahi."Mas Ridwan belum sempat mengucapkan siapa nama orang itu, Pak!" Bahu Siti terguncang hebat dan tangis perempuan itu kembali pecah.Rian kembali menemui jalan buntu. Dia mengusap wajah kasar, kemudian menyandarkan punggung pada kepala sofa. Adnan pun terlihat sangat frustrasi."Gimana, Pak?" tanya Adnan dengan suara lemah."Kita harus cari tahu dan menggali semuanya lebih jauh." Rian menggerakkan kepala

DMCA.com Protection Status