Share

BAB 117-118

Author: Sifa Syafii
last update Huling Na-update: 2021-12-20 23:35:13
BAB 117

“Ibuk kenapa?” tanya Dokter Ardian.

“Hanya jatuh, tapi Ibuk nggak apa-apa, kok,” jawab Bu Ratna dengan tersenyum lembut.

“Ibuk kecelakaan kemarin, Mas,” sahut Citra seraya mengambilkan Ibunya air minum.

“Nggak parah, kok. Besok sudah boleh pulang kata dokter-nya,” sahut Bu Ratna santai.

“Syukurlah kalau begitu.” Dokter Ardian merasa lega.

“Setelah menyuapi Ibuk, kita bicara sebentar, ya. Aku tunggu di luar,” ucap Dokter Ardian pada Citra lalu keluar dari bilik Bu Ratna.

“Ibuk sudah makannya. Ibuk mau tidur sekarang. Kamu keluar saja temui suami kamu, Nak,” ucap Bu Ratna dengan tersenyum pada Citra.

“Iya, Buk,” balas Citra lalu menyelimuti Ibunya. Kemudian ia menyusul Dokter Ardian yang duduk di kursi depan ruang kamar Bu Ratna.

“Ada apa, Mas?” tanya Citra setelah duduk di samping Dokter Ardian.

“Bisa nggak sih kalau pergi itu pamit dulu? Atau nggak, ponsel jangan dimatikan, Cit,” ujar Dokter Ardian seraya menghadap Citra.

“Maaf, Mas. Kemarin aku panik banget karena m
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dwi Ernawati
kug belum up ya
goodnovel comment avatar
Elli Jafar
lanjut thor...
goodnovel comment avatar
norita kasmi
ngidam bakso ya....duhhh2 2 dokter saingan ny di citra
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 119-120

    BAB 119 Dokter Ardian hanya bisa mendesah pelan. Mau mengejar juga tidak bisa karena ia belum membayar dan belum menghabiskan makanannya. “Istri kamu kenapa, Yan?” tanya Dokter Anisa sembari melihat Citra yang tengah menyeberang di tengah jalan raya. “Nggak apa-apa. Ibunya kan sedang sakit. Wajar aja dia khawatir,” balas Dokter Ardian lalu kembali melanjutkan aktivitas makannya. “Yan, anakmu sudah berapa?” tanya Dokter Anisa. Entah kenapa ketika bertemu dengan Dokter Ardian hari ini, tiba-tiba ia ingin tahu banyak tentang Dokter Ardian. “Masih satu. Masih umur sembilan bulan,” jawab Dokter Ardian dengan santai. “Yang benar? Hebat dong istrimu. Masih muda, habis melahirkan sudah bisa selangsing itu,” sahut Dokter Anisa takjub. “Mm … jadi sebenarnya gini. Citra itu istri kedua aku. Aku baru nikah sama dia belum ada satu bulan. Istri pertama aku meninggal saat melahirkan anakku. Jadi, Citra ini belum pernah hamil ataupun melahirkan. Makanya badannya masih langsing,” papar Dokter Ar

    Huling Na-update : 2021-12-23
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 121-122

    BAB 121 “Enggak!” sahut Citra singkat. “Terus kenapa dari tadi cemberut, marah, sewot? Capek? Sini aku pijitin,” ujar Dokter Ardian. Tangannya pun pindah ke bahu Citra dan sedikit menekannya. Citra menggoyang-goyangkan bahunya karena merasa sangat sakit pada bahunya. “Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa,” tolak Citra hendak pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya sebelum tidur. “Mau ke mana?” tanya Dokter Ardian seraya menarik tangan Citra supaya tidak pergi. “Ke kamar mandi,” jawab Citra singkat. “Cit, kamu kok menghindari aku terus-terusan sih? Padahal aku datang dari jauh-jauh. Bukannya disambut, malah dicuekin kayak gini,” gerutu Dokter Ardian mulai kesal lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Citra tidak menggubris-nya. Ia pun segera keluar dari dalam kamar dan pergi ke kamar mandi karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Usai itu ia bingung harus kembali ke kamar atau tidur di ruang tengah. Ia duduk di ruang tengah beberapa saat, tapi tiba-tib

    Huling Na-update : 2021-12-31
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 123-124

    BAB 123 “Selamat pagi, Dokter Ardian …,” sapa Dokter Herlina dengan tersenyum dan membawa bekal di tangannya. “Pagi, Dok,” sahut Dokter Ardian sopan dengan menundukkan kepalanya. “Tumben bawa bekal? Jadi sia-sia dong bekal yang saya bawa,” ujar Dokter Herlina dengan cemberut manja. “Nggak sia-sia kok. Bekal itu bisa Dokter Herlina berikan ke bidan atau perawat yang membantu Dokter di ruang poli. Saya duluan ya,” pamit Dokter Ardian lalu pergi meninggalkan Dokter Herlina yang semakin memajukan bibirnya. Sesampainya di ruang poli kandungan, tiba-tiba ponsel Dokter Ardian berdering. Dengan segera Dokter Ardian merogoh saku kemeja-nya untuk melihat siapa yang menelepon-nya. Tampaklah nama “Mama” pada layar ponsel itu. “Iya, Ma?” ucap Dokter Ardian setelah menggeser tombol hijau pada layar ponsel-nya. “Katanya kemarin kamu mau menjemput Nizam. Dari kemarin Mama tungguin loh. Barang-barangnya juga sudah Mama kemasi, tapi kamu nggak datang-datang. Jadi, Mama bongkar lagi barang-barangn

    Huling Na-update : 2022-01-02
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 125-126

    BAB 125 Setelah menikmati dan menghabiskan bakso bersama, Citra membuka kardus ponsel baru itu dan segera mencobanya. “Buk, agak deketan dikit wajahnya. Ayo kita sel-fie …,” ucap Citra seraya mendekatkan wajahnya ke arah Bu Ratna. Dan tidak lama kemudian terdengar bunyi “Cekrek-cekrek-cekrek”. “Aduh, Cit …, kamu ini apaan sih? Ibuk sampai kaget,” ujar Bu Ratna seraya menempelkan telapak tangan di depan dadanya. Ia memang jarang berfoto, apalagi foto selfie. “Hihihi. Maaf, Buk. Citra lagi mencoba kamera-nya. Bagus ternyata. Ibuk jadi kelihatan lebih muda dan cantik,” puji Citra sambil melihat-lihat hasil jepretan-nya. “Ah, kamu bisa aja,” sahut Bu Ratna tersipu malu. “Oh iya, Buk. Ini sudah ada kartu sim-nya. Internetnya juga sudah aktif. Jadi, Ibuk dan Citra nanti bisa video call dan saling kirim foto. Gini caranya, Buk …,” ucap Citra seraya menjelaskan bagaimana cara mengirim foto lewat aplikasi hijau. Bu Ratna mengamati dengan seksama bagaimana caranya mengirim foto lewat apli

    Huling Na-update : 2022-01-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 127-128

    BAB 127 “Kok nggak ada? Apa sudah pulang ya?” gumam Citra lalu masuk kembali dan menutup pintu rumahnya. Kemudian ia masuk ke ruang tengah dan membuka buah tangan dari Bagus tadi yang ia taruh di atas meja ruang tengah. Ia masih ingat kalau Bagus membawakan martabak. Ia mengeluarkan martabak itu lalu membukanya. Bau telur yang gurih dan sedap pun menguar ke seluruh ruangan. Kemudian ia berdiri untuk memanggil Ibunya. “Buk …,” panggil Citra seraya mengetuk pintu kamar Bu Ratna. “Iya, Cit?” sahut Bu Ratna dari dalam kamar lalu membuka pintu kamarnya. “Ayo kita makan martabak dari Bagus mumpung masih hangat, Buk,” ajak Citra seraya menarik tangan Bu Ratna untuk duduk di kursi ruang tengah. “Suami kamu?” tanya Bu Ratna merasa tidak enak. “Iya. Nanti Citra ambilkan di piring,” jawab Citra seraya pergi ke dapur untuk mengambil piring. Setelah itu ia mengambilkan beberapa potong martabak dan menaruhnya di atas piring. Kemudian ia membawanya masuk ke dalam kamar. “Nih, ada martabak,

    Huling Na-update : 2022-01-08
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 129-130

    BAB 129 “Iya, ini aku, Yu. Dan ini suamiku,” sahut Citra lalu menoleh pada Dokter Ardian. “Ayo masuk dulu, Mbak. Kita ngobrol di dalam,” ucap Ayu seraya menarik tangan Citra. Citra dan Dokter Ardian pun masuk ke dalam rumah Ayu. “Bentar, ya. Aku buatkan minum,” ucap Ayu setelah Citra dan Dokter Ardian duduk di kursi ruang tamu. Citra menahan Ayu agar tidak pergi dengan menarik tangannya. “Nggak usah repot-repot, Yu. Aku ke sini mau ajak kamu tinggal di rumah Ibuk. Ibuk kan habis jatuh dan sakit. Aku mau minta tolong, kamu jaga Ibuk, ya. Nanti aku kasih uang jajan deh,” ujar Citra. “Loh, Bu De sakit? Kok nggak ada yang kasih tahu Ayu,” sahut Ayu terkejut. “Sekarang sudah mendingan kok, Yu. Makanya Aku mau minta tolong kamu jagain Ibuk karena aku mau pulang ke kota,” balas Citra. “Siap, Mbak!” sahut Ayu dengan antusias. “Segera kemasi pakaian kamu. Mbak tunggu di sini,” ujar Citra dengan tidak sabar. “Mbak Citra pulang saja dulu. Nanti Ayu ke sana bawa motor,” balas Ayu. “Ya s

    Huling Na-update : 2022-01-12
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 131-132

    BAB 131 “Untuk kali ini, kamu tenang saja. Aku janji akan membantu persalinan kamu dengan tanganku sendiri. Bahkan bila perlu, kalau kamu mau SC juga nggak apa-apa. Aku akan temani kamu. Aku sudah nggak mau menikah lagi, Cit. Apalagi tanpa … cinta,” imbuh Dokter Ardian. Mendengar kata-kata menikah tanpa cinta, Citra pun kini terdiam. Jari-jarinya mengepal kuat pada tempat duduknya dan bibirnya pun semakin mengerucut ke depan. Hanya mendengkus yang bisa ia lakukan saat ini. Ia memalingkan muka ke arah lain, melihat lampu warna warni yang menyala di area pasar malam. “Jangan salah paham dulu. Menikah tanpa cinta bukan berarti aku tidak mencintai kamu loh, Cit. Aku tidak tahu ini perasaan apa. Yang jelas aku senang kamu di dekatku dan menjadi pasangan hidupku sekarang,” imbuh Dokter Ardian ketika melihat Citra memasang muka masam. “Hmm,” balas Citra singkat. Namun, ia tetap enggan menatap Dokter Ardian. Dokter Ardian menghela napas panjang dan dalam lalu mengembuskan-nya dengan pelan

    Huling Na-update : 2022-01-14
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 133-134

    BAB 133 “Nggak usah,” cegah Dokter Ardian sembari menarik tangan Citra hingga Citra terduduk di atas pangkuannya. Kemudian ia mengunci Citra dengan melingkarkan tangan kirinya di pinggang sang istri. “Buat apa pakai sendok dua kalau makanannya cuma satu,” bisik Dokter Ardian di telinga Citra. Citra merasakan udara hangat yang keluar dari bibir Dokter Ardian menyapu permukaan daun telinganya, dan itu membuatnya geli. Ia pun menggelinjang di atas pangkuan Dokter Ardian. “Jangan bergerak. Nanti ada yang bangun,” bisik Dokter Ardian lagi, menggoda di telinga Citra. Seketika wajah Citra pun terasa memanas saat mendengarnya. Ia memang merasakan ada sesuatu yang mendadak keras di bawah bokong-nya. Wajahnya pun tiba-tiba bersemu merah karena malu sendiri. Ia ingin bangkit dan duduk sendiri di kursi lain, tapi Dokter Ardian menahannya dengan memperkuat tangannya yang melingkar di pinggang Citra. “Mas, aku mau duduk sendiri,” pinta Citra dengan tetap berusaha berdiri dari pangkuan Dokter A

    Huling Na-update : 2022-01-17

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status