***"Non, makan yuk. Seafoodnya udah Bibi angetin tuh. Mumpung masih panas."Tengah menikmati film di sofa ruang tengah, Dayana mendapat tawaran tersebut dari bibi. Pukul setengah delapan lebih, Dayana belum makan malam, karena masih menunggu Ganesh datang.Mengadu ingin menyantap seafood, Ganesh sempat menawarkan Rillian untuk menemani Dayana makan. Namun, karena merasa canggung, Dayana menolak sehingga Ganesh pun bersedia untuk menemaninya makan seafood.Namun, tidak bisa langsung datang setelah pulang dari kantor, Ganesh katanya harus mengerjakan konten dulu bersama tim sehingga diperkirakan, pria itu akan tiba di apartemen Dayana pukul setengah delapan malam."Nanti, Bi, nungguin dulu Ganesh. Dia kan mau ke sini," ucap Dayana. "Bibi kalau ngantuk, tidur duluan aja. Seafoodnya biar aku angetin lagi nanti."Tidak membebankan Ganesh untuk membeli seafood, Dayana sudah memesan makanan tersebut sejak maghrib sehingga di dapur, seafood yang dia beli hanya tinggal dihangatkan."Jangan te
***Memilih satu diantara dua bukanlah hal mudah, termasuk memilih Ganesh atau Zerga untuk dijadikan pasangan. Namun, sesulit apa pun itu pilihan harus diambil Dayana karena seperti yang Ganesh katakan semalam, Dayana harus tegas.Berbicara tentang perasaan kemarin malam, Dayana tidak langsung menjawab pertanyaan Ganesh. Dia meminta waktu setidaknya satu kali dua puluh empat jam untuk mengambil keputusan.Sadar di posisi Dayana tidak mudah, Ganesh mengalah dengan memberi waktu, dan yaps! Malam ini waktu Dayana untuk berpikir, habis, sehingga mau tidak mau dia harus segera memutuskan."Ya Tuhan, semoga keputusan yang aku ambil tepat."Ganesh belum datang ke apartemen, Dayana kembali memantapkan hati. Tidak di ruang tengah, dia berada di kamar karena kebetulan seharian ini, tempat tersebut menjadi yang paling nyaman untuknya menenangkan hati dan pikiran."Ayo Dayana, kamu bisa."Dayana yang sejak tadi menggenggam ponsel, lantas menghubungi salah satu kontak yang tersimpan di sana. Bukan
***Usai mengobrol lama dengan Dayana, Athaya mendapat kiriman dari calon menantunya itu. Bukan untuk dia, kiriman tersebut diperuntukan untuk Zerga, dan bukan barang, yang dititipkan Dayana pada dirinya adalah sebuah voice note."Aku putar sekarang kali ya?" tanya Athaya, yang kini berdiri di samping bed Zerga. "Mumpung Papa sama yang lain belum ke sini."Athaya menoleh ke pintu kamar rawat. Tidak ada siapa-siapa, suasana masih sepi sehingga atensi dia beralih kembali pada sang putra.Hampir dua minggu menjalani perawatan, kondisi Zerga masih stuck di tempat. Namun, meskipun begitu keluarga tidak menyerah, sehingga semahal apa pun biayanya, pengobatan Zerga di Bern—Swiss, akan terus dilanjutkan."Zerga, anak gantengnya, Ibu. Ini ibu ketitipan sesuatu dari Dayana," ucap Athaya, memulai monolog. "Zerga dengarkan baik-baik ya, tapi tolong jangan kenapa-kenapa setelah dengar suara Dayana, karena keputusan yang dia ambil demi kebaikan kita semua. Zerga laki-laki baik. Ibu yakin banyak per
***Alur hidup Dayana seperti roller coaster. Setelah sedikit tenang usai menangisi Zerga, kini dia dibuat panik setelah diberi kabar tentang Ganesh yang pingsan lalu dibawa ke rumah sakit.Tidak menunggu dijemput Mas Aji, Dayana pergi sendiri menggunakan taksi online. Menempuh jarak yang sedikit jauh, dia sampai di rumah sakit setelah tiga puluh menit di jalan."Adek yang kuat ya, Dek, Mama harus lihat Papa."Sambil memegangi perut yang tiba-tiba mengalami kram, Dayana berjalan cepat menuju IGD. Di sana, beberapa orang yang tidak asing baginya tengah menunggu."Mas Aji, gimana Ganesh?" tanya Dayana pada Mas Aji."Masih ditangani, Day. Sebentar lagi mung—"Belum selesai Mas Aji bicara, pintu IGD lebih dulu terbuka— menampilkan seorang dokter yang barusaja menangani Ganesh."Ada keluarganya Mas Ganesh di sini?""Saya calon istrinya, Dok," kata Dayana—membuat semua orang di sana, terkejut. "Gimana kondisi calon suami saya? Dia enggak kenapa-kenapa, kan?""Karusakan di salah satu ginjaln
*** "Athaya, ternyata kamu di sini. Mama khawatir tahu enggak? Takut kamu salah jalan atau apa." Athaya refleks menoleh. Menatap sang mertua dengan mata sembab, dia tidak berkata apa pun sementara Nadia yang berdiri pada jarak beberapa meter, perlahan melangkah. "Hei, kok mata kamu sembab?" tanya Nadia, akhirnya peka. "Kenapa? Apa ada sesuatu terjadi?" "Aku punya dosa besar apa ya, Ma, sampai-sampai dua anakku harus seperti sekarang?" tanya Athaya, sambil menahan tangis. "Zerga aja belum sadar dari koma, sekarang Ganesh malah nyusul sakit. Padahal, pas aku pergi, dia baik-baik aja." "Ganesh sakit apa?" tanya Nadia. "Terus itu kamu dapat kabar dari siapa?" "Dari Dayana, Ma," ucap Athaya. "Tadi karena keinget terus sama Ganesh, aku coba hubungin, tapi enggak diangkat." "Terus?" "Aku telepon Dayana buat tanya, dan sambil nahan nangis dia bilang kalau Ganesh masuk rumah sakit," ucap Athaya dengan kedua mata yang kembali berair. "Katanya Ganesh pingsan pas bikin konten, dan
***"Gimana, enak enggak?"Satu suapan bubur masuk ke mulut Ganesh, Dayana bertanya perihal rasa. Setengah jam berlalu pasca sadar, Dayana menawarkan makan malam karena sebelum pingsan, Ganesh katanya belum menyantap apa pun.Dibantu Roby yang membelikan bubur dari depan rumah sakit, Ganesh perlu disuapi karena meskipun sudah sadar, dia tidak sanggup duduk. Selain karena rasa sakit di perut sebelah kiri, Ganesh juga mendadak kehilangan tenaga, sehingga kini dia hanya bisa bersandar pada bed yang dinaikkan.Sudah diperiksa dokter, selang oksigen di bawah hidung Ganesh tidak dilepas guna berjaga-jaga. Tidak ringan, sakit karena kerusakan satu ginjal pria itu cukup luar biasa, sehingga ketika kambuh, bukan tidak mungkin Ganesh akan merasa sesak."Enak," jawab Ganesh pelan. "Gurih kaya biasa.""Papa belinya dari gerobakan," jawab Roby, dari ujung bed. "Mau ke rumah makan sehat, takut kamu keburu lapar.""Enggak apa-apa, Pa," ucap Ganesh. "Ini udah cukup kok.""Makan yang banyak karena sub
***"Dayana ...."Roby berucap parau. Terbangun karena dering dari ponselnya, dia mendapati panggilan dari Dayana. Beralih ke jam dinding yang sudah di angka empat pagi kurang beberapa menit, dia menjawab telepon lalu meyapa,"Halo, Dayana.""Om Roby di mana? Aku mau ketemu Ganesh," tanya Dayana, disertai isakkan. "Om bisa keluar dulu? Aku mau buka pintu, tapi takut enggak diizinin.""Enggak diizinin siapa, Day?" tanya Roby, dengan perasaan bingung. "Sini aja masuk, buka pintunya. Lagian kamu kenapa pagi banget ke sininya? Ini bahkan belum adzan subuh.""Masuk ke ruang ICU kan harus ada aturannya, Om. Aku takut diusir suster," ucap Dayana—membuat Roby mengernyit. "Om di mana? Di dalam, kan? Lagi nemenin Ganesh.""Iya, Om, lagi nemenin Ganesh," jawab Roby. "Itu kamu ngapain ada di ICU?""Kok ngapain, Om?" tanya Dayana. "Aku mau ketemu Ganesh. Dia masuk ICU, kan, karena kritis?""Day ...." Roby mendesah. "Siapa yang kritis ih? Ganesh baik-baik aja. Dia lagi tidur. Kamu ini ngelindur ya
***"Day, akhirnya kamu bangun. Aku lega."Dayana yang baru saja membuka mata, mengernyit. Tidak menimpali ucapan Rillian, dia mengedarkan pandangan hingga ingatan tentang pernyataan dokter beberapa waktu lalu, melintas kembali."Rillian, gimana Ganesh?" tanya Dayana, setelah dia tahu jika bed tempatnya berbaring adalah bed penjenguk di kamar rawat Ganesh. "Dia udah membaik, kan?""Udah, Day," jawab Rillian. "Ada kayanya setengah jam lalu, Dokter bilang Ganesh udah melewati masa kritisnya. Cuman satu kali dua puluh empat jam mau dipantau dulu, jadi belum dipindahin ke sini.""Syukurlah," desah Dayana lega. "Aku enggak tahu harus apa kalau terjadi sesuatu sama Ganesh.""Kita doain yang terbaik aja ya buat Ganesh," ucap Rillian. "Kamu pingsannya lama banget barusan, aku sampe khawatir.""Berapa lama?""Satu jam," ucap Rillian. "Setelah tadi pas pingsan, kamu diperiksa dokter, setengah jam lalu Om Roby panggil lagi dokternya lho. Takut kamu kenapa-kenapa."Tidak menimpali, Dayana perlaha
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s