Share

#35 Tamu Di Malam Hari

Penulis: Herolich
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Artin dan Laila menghabiskan malam itu dengan berbasa-basi dan sedikit bercanda ketika Artin merasa media tidak menyajikan kondisinya secara adil.

 

TETTTTT TETTTTT

 

Laila tiba-tiba berhenti, ketika ponsel di atas meja bergetar dan kemudian acara TV berubah menjadi penampakan kamera pengintai yang dipasang di setiap sudut rumah.

 

Dalam tayangan layar TV kali ini, tiga orang dengan beberapa senjata di tangan mereka berdiri mencoba mengepung posisi Fang yang menggeram ke arah mereka.

 

“Fang!”

 

Artin segera berdiri mengetahui Fang dalam bahaya, Artin tidak ingin orang lain salah paham dengan penampilan Fang dan malah mencoba menyerangnya.

 

Laila meraih tangan Artin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #36 Satu-Satunya Cara

    [[ Anda telah membunuh pemain lain dan akan mendapatkan sebagian dari kemampuannya ]] [[ Tingkat kecocokan kemampuan terlalu rendah ]] [[ Anda tidak menerima apapun ]] Artin buru-buru berlari dan membuka pintu setelah menerima pemberitahuan sistem, lalu sekilas melihat Fang yang sedang mencakar tubuh orang yang sebelumnya berteriak dan mengancam dengan parangnya. Dua lainnya kali ini terlihat jelas di depan Artin. Salah satu dari mereka tidak memiliki senjata di tangan mereka dan yang lainnya memiliki tombak panjang dengan warna hitam gelap di tangannya. Seseorang yang tidak membawa senjata berjalan dengan tergesa-gesa dan tampak waspada saat Artin dan Laila datang.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #37 Melompat Lebih Tinggi

    Artin panik melihat kondisi Laila, lalu berlari dan mencoba memeriksa luka di bahu Laila. Sebuah tusukan benda tajam terlihat jelas di sana dan darah mengalir sangat deras. Artin tidak memiliki cukup Kristal Monster untuk membeli ramuan penyembuh untuk Laila. Lalu buru-buru mengangkat tubuh Laila dan membawanya masuk ke dalam rumah. Artin berlari dengan panik menuju kamar Laila yang bisa dengan mudah dibuka oleh Artin karena Laila sengaja tidak menguncinya. Artin meletakkan Laila di ranjang yang membuat darah di tubuh Laila mengalir dan mengotori seprainya. Lalu Artin berlari mengambil handuk dan berusaha menahan agar darah di bahu Laila tidak terus keluar. Artin menunggu beberapa saat, sampai darah Laila benar-benar berhenti kali ini dan menemukan kondisi pucat

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #38 Gadis Dingin

    Laila menunjukkan penampakan kamera pengintai di layar TV, dan setelah itu seorang wanita tampak sedang berdiri di depan pintu rumah. "Siapa?" Artin menanyakan identitas orang itu kepada Laila. Laila menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia juga tidak mengetahui identitas orang tersebut. Seorang wanita mengenakan kemeja putih ketat, rok mini hitam dan sepatu hak tinggi, rambut hitam pendek dan kacamata bulat lebar. Dilihat dari penampilannya, wanita itu tampak berusia pertengahan 20-an, meskipun karena wajahnya yang kecil dan kontur kulitnya yang bersih dan lembut, sekilas dia terlihat seperti gadis remaja. "Dia tidak terlihat berbahaya, bagaimana kalau kita mencari tahu untuk apa dia datang ke sini?"

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #39 Suatu Kebetulan

    Malam itu Laila sudah siap dalam balutan gaun hitam mewah yang membentang hingga mata kaki, ada sobekan di sana yang membuat kaki kiri hingga pahanya sedikit terlihat, dan juga sepatu hak tinggi yang membuat Laila hampir setinggi Artin. Artin juga mengenakan pakaian yang cukup formal dengan setelan jas yang terlihat terlalu besar untuknya, jas yang diberikan Laila kepadanya yang kebetulan merupakan salah satu pakaian yang dikenakan ayah Laila saat masih hidup. Artin sempat menolak memakainya, namun Laila memaksa dan bahkan membantu Artin memakainya. "Hi, hi." Laila terkekeh melihat Artin yang terlihat canggung dengan penampilannya yang kali ini terlihat keren dan berwibawa. "Kakak mungkin tidak sekeren ayahku, tapi kali ini, penampilan Kakak benar-benar mengesankan."

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #40 Sebuah Janji?

    Kejutan seketika menyerang seluruh tubuh Artin, tubuhnya menegang, dan jantungnya merasakan tebasan dan rasa sakit yang membuatnya merasa seperti menahan tangisan di matanya. “Hai kakak, namamu Artin kan? Aku telah melihat perkelahian yang kakak lakukan. Dan aku suka hi hi hi." Verona yang duduk di sebelah Artin masih memegang erat tangan kanannya, duduk menghadap Artin sambil mengayunkan kakinya. "Vero sangat antusias ketika mengetahui yang akan bergabung adalah Artin yang membuatnya kagum ketika videomu menunggangi serigala beberapa waktu lalu menjadi viral di Internet." Rania yang mereka kenal adalah istri Bima, kemudian juga buka mulut sambil mengelus rambut hitam lurus Verona. Laila yang duduk di samping Artin menyadari apa yang terjadi, melihat Artin yang t

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #41 Penggemar Baru

    Di ruangan sebesar itu, dengan banyak meja bundar dan hampir semuanya terisi, puluhan wartawan dan orang-orang yang datang berulang kali mengambil foto dan mencoba mencari kesempatan untuk meliput beberapa berita. Makan malam ini awalnya adalah acara pribadi yang diadakan oleh Elora dan timnya sebagai persiapan untuk Talk Show besok, tetapi itu tidak menghentikan banyak orang untuk ingin tahu lebih banyak tentang semua jenis pertanyaan yang belum terjawab, tentang serangan, tentang monster, kekuatan para Pemain dan banyak hal lainnya. “Hal ini tidak dimaksudkan sebelumnya, tetapi kami tidak kuasa menghalangi banyaknya orang yang penasaran tentang profil kalian, jika kalian tidak keberatan.” Setelah Artin dan semua orang di meja mulai bersantai dan menyelesaikan makan malam mereka, Elora bertanya apakah tamunya tidak

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #42 Momen Berharga

    Makan malam berjalan cukup lancar, Artin kembali bersama Verona tidak lama setelah itu. Dan setelahnya Artin dan Laila pun berpamitan, juga meyakinkan kehadiran mereka di Talk Show yang telah disiapkan untuk mereka keesokan harinya. Artin tidak banyak bicara selama perjalanan, sampai mereka tiba di rumah Laila, berganti pakaian dan berkumpul lagi di ruang utama rumah megah itu. Duduk di sofa yang sama, Artin dan Laila yang telah berganti piyama dan beberapa bantal dan selimut yang mereka bawa setelah memutuskan untuk tetap bersama sementara waktu, mempertimbangkan kemungkinan serangan berikutnya datang pada malam hari. Laila berbaring di sofa besar dan empuk di ruangan itu, sementara Artin duduk di karpet dan menyandarkan punggungnya di sofa tempat Laila berbaring di belakangnya.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #43 Aku Akan Menjagamu

    Verona yang melihat Artin datang saat itu langsung berlari dan meraih tangan kanan Artin, dengan Laila memegang tangan kirinya, kali ini Artin benar-benar terlihat seperti playboy pemain perasaan perempuan bagi sebagian orang yang melihatnya waktu itu. Mereka kemudian duduk di sofa dengan kamera mengelilingi mereka dan puluhan penonton yang juga telah hadir di tempat tersebut. Elora yang duduk dengan kemeja putih, rok pendek abu-abu, kacamata bulat yang ia kenakan lagi kali ini memiliki penampilan yang sangat sempurna dengan sorot mata tajam yang seolah ingin menerkam siapa pun yang diajak bicara. Bulu kuduk Artin berdiri sesaat, membayangkan diskusi yang akan mereka lakukan dengan ribuan pasang mata tertuju pada mereka. Rania, istri Bima kali ini tampak tak lagi bisa menyembunyikan k

Bab terbaru

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #80 Kondisi Darurat

    Setelah mengetahui bahwa orang yang mencari Artin adalah Teddy, Laila memutuskan untuk menunggu di luar sementara Artin mengikuti kemana pria militer itu membawanya. Di lantai tertinggi, sebuah ruangan dengan dua pintu kayu terbuka ketika Artin berada tepat di depannya. Pria militer yang menemaninya mempersilahkan Artin untuk masuk. Sebuah ruangan dengan sofa dan meja kaca di tengah, juga beberapa meja dengan kursi serta seperangkat komputer di sisi lain. “Halo, Artin. Mari, silakan duduk.” Artin berjalan mendekat dan duduk berseberangan dengan Teddy. Dalam kondisi selarut ini, dia masih menggunakan seragam militer yang biasa dia kenakan. Apakah semua orang dari militer bekerja 24 jam? Atau hanya karena keadaan darurat yan

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #79 Ada Yang Mencariku?

    “Aku bisa mengontrol kecepatan tumbuh tanaman rambat.” Dan coba jelaskan jenis kekuatan yang dia miliki.Artin menganggukkan kepalanya pada jawaban dari anak laki-laki itu. Seperti yang dia duga, Dan adalah orang yang sama yang datang untuk menyerangnya saat itu.'Jika memang orang yang sama, apakah dia hanya berpura-pura tidak ingat apa yang terjadi?'Artin berusaha menyembunyikan rasa penasarannya. Dia akan mencoba mencari cara lain untuk mengorek informasi dari bocah itu. Salah satu dari lima, seorang gadis berambut perak seusia Dan, tampaknya memiliki kemampuan telepati dan cukup tahu tentang apa yang terjadi. Mungkin Artin bisa mengetahui siapa lawannya jika berhasil menemukan gadis itu.“Kekuatan yang cukup menarik, Dan. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu untuk mengunci pergerakan lawan?"

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #78 Suatu Kebetulan Lainnya

    Tempat yang sedang Artin datangi adalah sebuah kubah besar dengan beberapa lantai, kamar dan ruangan besar di tengahnya. Tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan bagi korban serangan monster. Ada beberapa Player dari militer yang juga menjaga area tersebut. Salah satu dari mereka berjalan memberi salam saat Artin dan Laila mendekati gerbang masuk. Seorang pria dengan pakaian militer mengangkat dan melambaikan tangannya. "Hai, Artin. Aku bersamamu dalam serangan terakhir beberapa hari yang lalu." Artin menundukkan kepalanya. "Aku mendapat izin dari Teddy untuk masuk ke dalam." Pria di hadapan mereka menoleh ke Laila yang berdiri di samping Artin, menggandeng tangannya.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #77 Kembali Tersenyum

    Beberapa hari setelah pertarungan dengan Beastmaster berlalu dengan cukup damai. Tidak ada serangan apapun yang datang pada malam hari atau siang hari. Meski begitu, Artin dan Laila tetap rutin bersiaga, terutama di malam hari. Tentu saja, tugas mereka kali ini menjadi lebih mudah karena dukungan Fang, yang juga tanpa lelah berkeliling di sekitar rumah Laila. Sebuah portal berbentuk lingkaran kembali muncul mengambang di langit. Namun bedanya, kali ini tidak hanya ada satu, melainkan puluhan. Itu sebabnya militer dan beberapa Guild besar juga telah membagi kekuatan mereka secara merata untuk menangkal kemungkinan yang akan terjadi. Artin menyandarkan tubuhnya ke sofa besar di ruang utama rumah Laila. Malam itu, dia kembali bersiap untuk melakukan jadwal jaga seperti malam-malam sebelumnya. Awalnya, sulit untuk mengubah jam tidur dari malam ke siang, namun perlahan akhirn

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #76 Kehilangan Nyawa Atau Sebaliknya

    Artin membaringkan tubuhnya di atas batu besar, yang setengahnya terendam di tepian danau. Suara serangga terdengar saling bersahutan. Dan angin yang bertiup dari permukaan danau berulang kali menghembuskan aroma kesegaran, membuat ketenangan yang coba Artin cari dengan segera terwujud di dalam dirinya.Suara percikan air, terdengar. Setelah beberapa saat Laila membenamkan dirinya, di badan besar danau yang memantulkan cahaya bulan dengan sempurna malam itu.Artin masih memastikan mereka aman dengan meminta Fang untuk terus berkeliling dan menyisir area di sekitar mereka.“Kakak…”Beberapa percikan air mengenai wajah Artin. Tetesan air yang segera berlomba antara membeku atau mengering diterpa angin. Artin terbangun dari lamunannya, menyadari bahwa akhirnya, Laila mencoba berinteraksi kembali deng

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #75 Sedang Kehilangan Cahayanya

    Mereka, anggota Beastmaster, tampak bersikeras dengan niat mereka. Mereka tidak akan mundur sedikit pun sampai mencapai apa yang mereka inginkan. Membawa orang sebanyak ini padahal targetnya hanya dua orang. Laila sudah mencapai batasnya. Pertarungan lain yang dia lakukan akan benar-benar membahayakan nyawanya. Sedangkan, Artin yakin bahwa mereka tidak akan mundur sedikit pun setelah mengetahui, dua dari rekan mereka juga telah kehilangan nyawanya di tangan Laila. "Laila, bisakah kamu pergi menyelamatkan diri?” Artin mencoba berbisik pada Laila yang berlutut di belakangnya. Laila telah melakukan pertarungan dengan tiga orang sekaligus. Ia mampu bertahan hingga saat ini saja sudah merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Artin bukan tidak memercayai Laila, tapi tentu saja, ada batas

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #74 Tidak Ada Yang Bisa Membantu

    "Sekali lagi, jangan mendekat kecuali aku meminta!"Laila berteriak, lalu meremas alat kecil di tangannya. Perhatiannya kembali pada dua orang yang berada tak jauh darinya. Laila panik dengan apa yang baru saja terjadi, tapi ada hal lain yang perlu dia khawatirkan kali ini, yaitu dua orang yang sedang dia hadapi.'Kenapa aku harus mendapatkan kekuatan ini? Meskipun, pada awalnya, aku pikir kucing itu lucu. Tapi tidak seperti ini!!!'Laila berulang kali membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika bulu-bulu di tubuhnya tetap ada bahkan setelah pertempuran usai. Selain itu, dia juga tidak akan percaya diri bertarung di depan siapa pun jika harus melakukannya dengan bentuk barunya.'Apa yang harus aku lakukan. Ini sangat memalukan. Apakah aku masih bisa kembali ke bentuk asliku?’

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #73 Akan Kubunuh Kalian

    Sepasang sayap transparan mengepak cepat. Tubuh Laila terlempar ke udara, menukik ke bawah dan jatuh kembali ke tanah dengan berlutut. Laila berhasil menghindari serangan pria dengan tangan reptil itu. Laila berdiri, memasang kuda-kuda, mengepalkan tinjunya. Matanya menatap tajam ke tiga orang yang berdiri tidak jauh darinya. “Kakak, tolong benar-benar beri aku kesempatan kali ini. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Laila berbicara kepada Artin melalui alat komunikasi di telinganya. Sejauh ini, lawan yang dihadapi Laila tampak lebih kuat dari yang dia duga. Namun kali ini, Laila bertekad untuk membuktikan dirinya. Dia tidak bisa bergantung pada Artin selamanya. [Oke, bagaimana dengan Fang? Oke. Aku percaya kamu]

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #72 Perlu Dijinakkan

    Sayap transparan yang mengepak di sekitar kepala Laila membuat tubuhnya terbang cepat menembus angin. Bahkan cahaya bulan pun tidak bisa menangkap bayangannya. Kedua telapak tangannya mengepal dan meremas dengan kukunya yang membuat luka di telapak tangannya. Bekas luka yang biasanya ditimbulkan oleh pisau yang dia gunakan dalam pertempuran telah benar-benar membuat Laila mati rasa dengan sensasi perih yang dia rasakan."Mereka benar-benar membuatku kesal."Laila telah berusaha sekeras mungkin menahan diri, bahkan ketika mereka dengan sengaja mengeroyok Artin malam sebelumnya. Laila telah menyimpan perasaan gelisah di hatinya, yang kali ini tidak lagi sanggup dia tahan.'Aku akan memastikan mereka merasakan sakit yang tidak akan bisa terlupakan hingga jiwa mereka meninggalkan tubuhnya.’Laila masih ingat denga

DMCA.com Protection Status