Tiga mobil berurutan masuk ke basement Royal Heritage. Laura dengan cekatan memarkir HRV merahnya di sebelah Fortuner putih milik James. Sedangkan Reynold memarkir Honda Civic hitamnya di sisi lain HRV merah milik Laura. Mobil mereka masih sama sejak dulu.
Hari masih sore sekitar pukul 17.30 ketika mereka tiba di apartment Laura. Mereka naik lift bersama-sama karena tempatnya cukup. Kedua bocah itu tertidur di perjalanan pulang dari Mal A.
James menggendong Joshua, sedangkan Reynold menggendong Jacob. Tadinya Laura yang akan menggendong Jacob tapi Reynold melarangnya karena bocah itu sudah terlalu berat untuk Laura.
Sepertinya James akan mengajak Laura dan bocah-bocah itu pindah ke Intercontinental Residence karena Jacob dan Joshua sudah besar, kamar Laura yang kecil tidak cukup untuk mereka berempat. Semalam pun James pada akhirnya mengalah tidur di sofa.
Kedua papa muda itu pun membaringkan Jacob dan Joshua di ranjang. Bocah-bocah itu nampakny
Sore itu Reynold mengunjungi apartment James di Intercontinental Residence. Perpindahan tempat tinggal itu dilakukan mendadak karena James merasa kurang nyaman dengan unit apartment Laura yang terlalu kecil untuk mereka berempat. Reynold memencet bel unit apartment James di lantai 12. Dia membatin tentang betapa mewahnya apartment itu. Di lantai 12 itu hanya ada 4 unit apartment, tentunya per unitnya sangatlah luas. Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka, Laura yang membukakan pintu. Dia memakai kaos tshirt pink dan celana pendek setengah paha. Reynold pun masuk sambil membawa kotak mainan lego besar dan seember es krim Hàgen dazz rasa neopolitan. Laura pun membantu membawakan ember es krim itu lalu memanggil anak-anaknya. "Jacob, Joshua, kemarilah! Papa Rey membawakan kalian es krim dan lego." seru Laura dari ruang tengah. Kedua bocah itu sedang membongkar koper pakaian mereka di kamar tamu. Kedua bocah itu pun mendekati mommy mereka dan
Semenjak perdebatan malam itu, Jacob dan Joshua bersikap dingin pada daddy mereka. Mereka merasa daddy dan mommy mereka tidak adil pada Papa Rey. Sudah dua bulan berlalu, tapi kedua bocah itu masih bersikukuh dengan pendapat mereka. Laura lelah mendengarkan desakan Jacob dan Joshua yang sudah seperti jam minum obat saja, pagi, siang, dan malam. Lama-kelamaan Laura dan James pun merasa stres. "James, aku lelah didesak terus oleh Jacob dan Joshua. Mereka ingin aku menikah dengan Rey." keluh Laura ketika mereka berbaring bersisian di ranjang menjelang tidur. James membelai tubuh Laura dengan tangannya sambil mendekapnya erat. "Aku juga sedih karena mereka mendiamkanku selama berbulan-bulan. Apa kau ada ide untuk menghentikan tingkah menyebalkan Jake dan Josh?" Sambil menatap wajah James, Laura pun mendesah lelah. "Di Indonesia, poliandri tidak diakui secara hukum. Aku sudah mencari informasinya di goo gle." "Aku tak ingin berpisah den
Sesuai dengan rencana mereka, Rabu sore pukul 17.00 pesawat Garuda Indonesia yang mereka naiki berangkat dari Bandara YIA, transit ke Jakarta sebelum langsung terbang menuju Las Vegas. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar 1 hari lebih 19 jam, sangat lama dan berpotensi mengalami jet lag sesampainya di sana. Mereka akan sampai sekitar pukul 12.00 siang hari Jumat. Rencana James memang gila, tapi Laura dan Reynold mengikuti apa mau James. Semua akomodasi tiket dan hotel yang bernilai total sekitar 200 juta ditanggung oleh James sendirian. Pria itu anak 'sultan' yang lahir dengan sendok emas di mulutnya, kata Papa Nicolas Carson tentang James dulu ketika mereka akan menikah. Sesuai jadwal pesawat itu mendarat sekitar pukul 12.00 siang di bandara internasional McCarran, Las Vegas, United States. James memesan airport taxi untuk mengantar mereka bertiga ke hotel yang telah dia booking via aplikasi travelling online, Dream Penthouse at Palms Place.
Warning! Bab ini khusus bagi yang sudah 21+Setelah pemberkatan pernikahan Laura dan Reynold di venue MarriedinVegas lalu menandatangani berkas-berkas akte pernikahan di biro pencatatan sipil, James bersama Laura dan Reynold kembali ke kamar penthouse sebuah hotel mewah di kota metropolitan itu. Mereka menginap di Dream Penthouse at Palms Place.Mereka bertiga naik lift ke lantai paling atas hotel itu. James sengaja menyewa kamar istimewa untuk merayakan pernikahan kedua Laura, dia tak peduli harganya karena uang bukan masalah baginya. Seandainya dia tidak bekerja pun, dia tidak akan jadi gelandangan.Bulan lalu James baru saja terbang ke Perth untuk menghadiri rapat pemegang saham perusahaan pengelola superblock milik klan Indrajaya di tengah kota Perth. Abang sulungnya, Leeray dan istrinya Deasy, yang juga adik kandung Laura dulu memimpin pembangunan proyek superblock berbentuk piramide itu. Superblock itu mencakup mal, hotel, dan convention centre yang
Warning! Kisah dalam bab ini mengandung konten 21+, sesuaikan usia pembaca! Selepas tengah malam, Laura sudah tak sanggup menahan kantuknya dan tertidur lelap di tengah James dan Reynold yang memeluk tubuhnya dengan begitu posesif. Dia tidur menghadap ke arah James karena sudah 9 tahun yang telah dia lewati selalu tidur sambil berpelukan dengan James. Namun, Reynold pun melingkarkan lengannya dengan posesif di pinggang Laura serta memposisikan tubuhnya menempel ke bagian belakang tubuh Laura. Pukul 05.00 pagi, James terbangun seperti biasa. Tubuhnya memiliki alarm yang tidak pernah bergeser dari waktu bangun paginya untuk melakukan exercise. Dia melihat istrinya dan Reynold masih tertidur lelap. James pun mulai melakukan olahraga rutinnya seperti biasa 100 kali push up, 100 kali sit up, 100 kali squat jump, dan 10 menit skipping rope. Dia melakukannya di teras lebar dekat jacuzzi sambil menunggu fajar pertama yang bisa dia lihat dari roof top ho
Seusai menikmati brunch bertiga di kamar penthouse, mereka pun pergi ke studio foto MarriedinVegas untuk mengambil figura foto wedding semalam yang dicetak dengan ukuran 12R. Foto mereka bertiga, 2 pria tampan dalam setelan tuxedo dan seorang mempelai wanita yang secantik bidadari dengan mini dress putih. Mereka pun duduk bertiga di sebuah outdoor cafe di dekat studio foto itu karena belum memiliki rencana akan pergi kemana lagi. Sambil menikmati kopi, mereka melihat hasil foto wedding semalam. Dalam foto itu James mengangkat dagu Laura dengan pose ingin menciumnya, sementara Reynold melingkarkan lengannya di pinggang Laura sambil mengecup bahu Laura dengan mata menutup. Sungguh pose yang artistik, fotografer itu memiliki sense of art yang bagus. "Wow, kalian sungguh tampan di foto ini." ucap Laura mengagumi penampilan James dan Reynold di foto wedding mereka. "Kita akan menggantungnya di kamar tidurku. Aku tidak ingin ada tamu nyasar yang penas
Sepulang dari Las Vegas, James, Laura , dan Reynold mulai mengatur waktu dan tempat mereka untuk hidup bersama. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk melakukan poliandri. Di negara Indonesia, poliandri belum diakui. Yang mengetahui tentang kondisi pernikahan mereka bertiga pun hanya beberapa pihak saja. "Bang, aku membeli 1 unit apartment di Jasmine Park. Untuk seterusnya, aku akan tinggal di sana. Ada 3 kamar di unit itu karena kupikir bila Jacob dan Joshua bertambah besar mungkin mereka butuh kamar sendiri-sendiri bila ingin menginap di unitku." ujar Reynold ketika mereka sedang bersantai di sofa ruang tengah Intercontinental Residence. "Itu ide yang bagus, Rey. Kapan kau akan pindah ke sana?" balas James sambil duduk merangkul Laura. "Sepertinya Sabtu besok, jadwal di kampus sangat padat. Aku tak bisa mengambil waktu di hari kerja." jawab Reynold. Laura pun berkata, "James, Rey, aku mendapat sebuah proyek dari dinas peternakan, ada kasus Mycobacterio
Setengah tahun berlalu sejak Reynold pindah ke Jasmine Park Apartment. Kegiatannya sebagai dosen di kampus menyita banyak waktu, dia baru bisa pulang setelah pukul 16.00. Namun, terkadang dia pun lembur karena proyek penelitian yang harus dia selesaikan di luar jam dinas kampus. Sungguh melegakan akhirnya weekend pun tiba, dia bisa beristirahat dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga kecilnya. Sabtu ini dia berjanji untuk mengajak Jacob dan Joshua ke Sindu Edu Park. Sejak kemarin kedua bocah itu sudah menginap di unit apartmentnya bersama James dan Laura. Reynold sangat menikmati kebersamaannya dengan Laura sekalipun dia harus berbagi istri bersama James. Namun, Laura sangat adil dalam memperlakukan kedua suaminya. Reynold tahu betapa melelahkannya bagi Laura untuk melayani kebutuhan biologis dua pria dalam satu waktu. Pujaan hatinya itu memang wanita yang luar biasa, rasa cintanya justru semakin hari menjadi lebih dalam lagi pada Laura.
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de