Bulan September mulai memasuki musim penghujan. Bahkan pagi hari pun mendung sudah menggantung seolah siap mencurahkan derasnya air hujan dari langit.
James sudah siap berangkat kuliah selepas sarapan bersama Laura. Pagi itu Laura memasak Chicken Farfalle Pasta with Roasted Garlic Cream Sauce, dia mendapat menu pasta sederhana itu di internet, cara memasaknya mudah tidak seheboh nama menu tersebut. Dia tahu James tidak terlalu menyukai nasi, jadi Laura mencari resep menu pengganti nasi untuk suaminya. James selalu memiliki napsu makan yang bagus bila Laura memasakkannya makanan apa pun. Laura pernah mendengarnya berkata bahwa masakannya terasa luar biasa lezat karena dibuat dengan penuh cinta.
"Sayang, ayo berangkat sebelum hujan turun. Oya apa di mobilmu ada payung?" ucap James pada Laura yang baru saja selesai bersiap siap untuk berangkat ke kampus.
"Ada, beberapa hari lalu aku membeli dua payung, satu untukmu dan satu untukku, sudah kutaruh di belaka
Sore itu James memeluk tubuh istrinya yang telanjang sehabis bercinta dengannya. Musim hujan membuat suasana menjadi cenderung melankolis dan romantis untuk pasangan yang baru menikah seperti mereka. Laura kelelahan dan jatuh tertidur di dalam pelukan James. Gairah James seolah menggebu gebu setiap kali mereka pulang dari kampus. Mungkin karena mereka harus bertingkah seperti dua orang yang asing satu sama lain selama berada di kampus. Sementara James juga tahu Reynold terus melakukan pendekatan kepada istrinya. Banyak gosip yang dia dengar di kampus tentang kedekatan Laura dan Reynold. James tidak mempedulikan gosip itu karena dia tahu Laura hanya mencintainya dan itu hal yang terpenting. Dia yang memiliki Laura, tubuh dan cintanya. Istrinya itu sejak mereka menikah selalu melayaninya tanpa kurang suatu apa pun. Besok siang James akan menjalani sidang skripsi di Lab. Patologi Klinik yang terletak di lantai 2. Dia sudah mempelajari seluruh b
Malam itu cuaca cerah bertabur bintang dengan bulan sabit menggantung di langit, James dan Laura baru saja sampai di parkiran mobil Portable restorant. Bang Michael memilih tempat ini untuk merayakan kelulusan sidang skripsi James siang tadi. Laura teringat beberapa waktu yang lalu Reynold pernah mengajaknya untuk mencoba masakan restorant ini, tapi Laura menolaknya saat itu. James membukakan pintu mobilnya untuk Laura lalu menaruh tangan istrinya itu di lengannya yang kekar. Mereka pun berjalan masuk ke restorant mewah itu. Waiter menyambut mereka di pintu masuk dan menanyakan apakah mereka sudah memiliki reservasi sebelumnya. Michael melambaikan tangan pada James dan Laura. James pun menjawab waiter itu, mereka membuat reservasi bersama dengan meja tempat Michael duduk. Kemudian waiter itu pun mengantar mereka ke meja tempat Michael dan yang lain duduk. Mereka pun saling berpelukan dan berjabat tangan dengan akrab. Philip, Michael dan Brandy dengan James dan
Pagi itu James mengantar Laura ke bandara YIA, Laura akan terbang ke Australia bersama Philip dan Dilara. Proyek penelitian Philip di FKH UGM sudah selesai jadi dia harus kembali ke Australia. Laura mungkin akan tinggal di Australia sekitar seminggu untuk membantu presentasi ilmiah penelitian Aeromonas kolaborasi mereka di depan para ahli patologi di NSW University. James memeluk Laura dengan erat di pangkuannya dan sesekali menciumnya. Dia tidak peduli dengan tatapan orang yang menghakimi mereka ketika melewati tempatnya duduk bersama Laura. Dia hanya ingin berlama lama memeluk Laura sebelum istrinya itu pergi jauh meninggalkannya. Laura terkikik geli dengan ciuman James di ceruk lehernya. "Sudah, hentikan, Beb! Geli tau!" "Janji ya langsung pulang kalau kerjaan di Ausie sudah selesai?" ucap James menatap dengan tajam Laura yang masih duduk di pangkuannya. Laura mencubit hidung James dengan gemas lalu menjawab, "Janji. Aku pasti akan merindukanmu di
Sudah 3 hari berlalu sejak Laura sampai di Australia bersama Philip dan Dilara. Dia menginap di rumah keluarga Carson. Kakek Carson sudah meninggal 2 tahun yang lalu dalam usianya yang sangat tua, 89 tahun. Saat ini rumah keluarga Carson dihuni oleh bibinya, Maribeth, adik perempuan Nicolas Carson yang menyandang status janda dengan seorang anak yang masih gadis. Nama anak perempuan bibi Maribeth yaitu Lindsay. Usianya 17 tahun. Wanita keluarga Carson memiliki ciri fisik yang menonjol yaitu berkulit putih bersih dan bermata biru yang membuat mereka cantik seperti dewi dewi. Dalam waktu yang singkat Lindsay sudah menjadi begitu dekat dengan Laura. Mereka sangat cocok satu sama lain. Sedikit banyak hal itu membuat Laura tidak terlalu merasa home sick. Jauh dari James membuat hari harinya menjadi sendu karena kerinduan yang begitu dalam. James memang meneleponnya setiap malam dengan fitur video call, tapi itu tak dapat mengobati kerinduannya pada suaminya. Siang ini Lau
Jumat pagi, Laura mengendarai mobil HRV merahnya ke Mall H. Pengunjung Mall masih sedikit karena Mall baru saja buka. Laura segera bergegas menuju ke Hypermart di lantai underground.Dia mendorong troli yang kosong menuju ke stand daging beku. Rencananya siang ini Laura ingin memasak daging iga panggang dengan saus barbeque ditemani dengan mashed potato, onion rings serta veggie salad. Dessert nya dia akan membuat puding leci dalam es koktail buah.Dalam waktu singkat Laura sudah memenuhi trolinya dengan berbagai bahan masakan. Dia pun membeli kerang hijau, udang white,dan kepiting untuk menu makan malam. Dia ingin memanjakan James dengan menu yang lezat dan bergizi.Setelah Laura membayar belanjaannya, dia pun mampir ke outlet Br*adtalk untuk membeli blackforest berukuran sedang. Dia sedang ingin makan cokelat, mungkin untuk dessert makan malam nanti pikirnya.Acara berbelanja pun usai, Laura mengemudikan mobilnya kembali ke apartmentny
Hari yang ditunggu tunggu oleh James pun tiba, setelah melewati semester 8 yang cukup sibuk. Akhirnya James dinyatakan lulus pendidikan sarjana kedokteran hewan S1. Papinya mengatakan bahwa lebih baik James mengajak Laura menghadiri wisudanya. Menurutnya Laura lebih berhak mendampingi James di hari bahagianya. Papinya akan terbang ke Yogyakarta bersama Leeray untuk merayakan wisuda kelulusan sarjana James. Selain itu, Papinya ingin menjemput Michael yang tak kunjung kembali ke Jakarta. Puteranya yang kedua itu berat meninggalkan Brandy yang masih kuliah di Yogyakarta. Pagi itu James melewatkan exercise rutinnya. Dia langsung mandi bersama Laura di shower untuk menghemat waktu. Pukul 06.30 dia harus siap di gedung Ghra Sabha Pramana, tempat dia akan diwisuda bersama ratusan mahasiswa lulusan S1 semua jurusan di Universitas Gajah Mada. James segera memakai kemeja putihnya dan celana panjang berbahan kain warna hitam. Setelah itu dia menonton video tutoria
Musik keras berdentum di salah satu kelab malam eksklusif di Yogyakarta, lampu sorot warna warni menambah semarak suasana pesta dimana muda mudi yang setengah teler bergoyang menghentak hentakkan tubuh mereka dengan semangat yang membubung tinggi akibat alkohol yang mengalir dalam tubuh mereka. Tapi situasi pesta yang hiruk pikuk itu sungguh berkontradiksi dengan perasaan pemuda yang duduk di depan meja bartender, sesekali dia menyesap minuman berwarna keemasan di gelasnya. Dia menopang kepalanya dengan salah satu tangannya. Hatinya terasa perih sejak beberapa hari yang lalu. Pasalnya, gadis yang dia puja yang selalu mengisi mimpi mimpi liarnya yang penuh gairah hampir setahun terakhir ini, dia pergoki berjalan dengan lelaki yang sangat dia kenal. Pantas saja segala perhatiannya yang dia curahkan selama ini pada gadis itu seolah tak bersambut. Segalanya hanya basa basi yang sesuai dengan norma kesopanan, ucapan terimakasih tak pernah lupa gadis itu sampaikan pa
(James *PoV*) Laura melewatkan makan siangnya lagi. Semenjak Philip pulang ke Australia, Laura kembali ke kebiasaan lamanya, kerja lembur dan lupa makan siang. James mengomelinya sore itu lalu meninggalkannya di kantor untuk membelikannya makanan. Sayangnya hari sudah terlalu sore sehingga kantin kampus pun sudah tutup. Terpaksa James pergi keluar kampus untuk mencari gado gado, makanan favorit Laura. James menunggu pesanan gado gadonya agak lama karena sore itu warung itu agak ramai. Dia harus mengantre 3 pesanan sebelum pesanan miliknya dibuat. Dalam hati dia berjanji untuk lebih cerewet pada Laura tentang makan siang. Istrinya itu terlalu workaholic, dosen dosen lain juga sudah pulang, beberapa juga tidak berangkat ke kampus karena saat ini jeda antar semester genap ke tahun ajaran baru, tidak ada kegiatan perkuliahan. James sudah menjalani wisuda sarjana kedokteran hewan beberapa hari yang lalu. Laura mendampinginya wisuda menggantikan Papinya. Oran
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de