Mungkin ini bukanlah hari keberuntungan Laura, mobil Honda Jazz merah miliknya tiba-tiba mogok di Ringroad Utara. Dia masih sempat menepikan mobil itu sebelum mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Siang itu Laura baru saja kembali dari praktikum Nekropsi Veteriner di lapangan yang mengambil tempat di salah satu kolam pemancingan besar di daerah dekat West Lake Resort. Dia berniat kembali ke kampus karena masih siang.
Laura pun keluar dari mobilnya lalu membuka kap mobil yang mengepulkan asap panas. Dia buta mengenai mesin mobil.
"Aduh, mobilku kenapa ini ya?" ucap Laura kebingungan sembari mengamati dari mana asap itu muncul.
Tanpa Laura sadari seorang pemuda berdiri di sampingnya. "Kenapa Prof. mobilnya?" tanyanya membuat Laura terlonjak kaget.
"Eehh ... ohh .. kamu Joel, entahlah ... aku buta masalah mesin mobil. Ini tiba-tiba macet mesinnya," jawab Laura bersedekap kebingungan harus bagaimana menangani mobilnya yang mogok.
Joel memeriksa m
Tahun ini usia James menginjak usia 29 tahun, seorang profesor muda di bidang Mikrobiologi. Sementara Reynold sedang menyelesaikan penelitiannya di bidang Parasitologi untuk dikukuhkan gelar profesornya menyusul James.Reynold memang sengaja menunda meraih gelar profesornya setelah lulus pendidikan doktoralnya di University of Michigan dulu. Saat itu dia seperti mayat hidup karena ditinggalkan oleh Laura dan putranya yang dibawa lari oleh James ke Australia. Masa-masa suram kehilangan semangat hidupnya itu mulai pulih semenjak Laura kembali ke FKH UGM.Sore itu James sibuk di lantai 2 Department of Microbiology, dia mendapat bagian sebagai dosen penanggungjawab praktikum. Prof. Widya sudah mulai mendelegasikan banyak wewenangnya kepada James yang akan menjadi penerusnya sebagai kepala bagian Lab. Mikrobiologi.Sementara Reynold masih mengajar kuliah parasitologi umum mahasiswa ekstensi di sore hari hingga pukul 16.00 WIB."Dokter Rey, saya Marina, s
Mobil Honda Civic hitam itu terparkir rapi di lantai basement Jasmine Park Apartment. Kemudian sang pria membukakan pintu mobil untuk istrinya."Terima kasih, Rey," ucap Laura menerima uluran tangan Reynold yang membantunya turun dari mobil."You're welcome, Dear," sahut Reynold lalu meletakkan tangan Laura di lengannya.Mereka naik ke unit apartment milik Reynold di lantai 8 dengan lift. Kedua putra Laura dan James juga tinggal di apartment itu karena memang unitnya paling luas di antara unit milik Laura dan James. Ada 4 kamar di sana, tetapi James tidak mau tidur sendirian. Dia bersikeras tidur bertiga dengan Laura berada di tengah dirinya dan Reynold.Jadi ada satu kamar tidur yang kosong di unit milik Reynold, maka Laura memberitahu Mikha, pengasuh kedua putranya itu untuk ikut pindah dari Royal Heritage ke Jasmine Park bersama mereka. Sementara Jacob dan Joshua tidur di kamar mereka sendiri-sendiri karena mereka bertambah besar.Ke
Seusai mandi bersama Laura, seperti biasa James melakukan hobinya mengeringkan rambut istrinya yang panjang bergelombang kecoklatan itu. Dia selalu menikmati bagaimana lembutnya helai-helai itu menyentuh telapak tangannya dan menguarkan aroma manis green tea chamomile seolah merasuk ke dalam jiwanya.Laura menatap wajah tampan suaminya dari pantulan bayangan cermin wastafel. Dia tidak pernah berhenti jatuh cinta pada James."Sudah kering, Mommy," ucap James tersenyum kepada Laura melalui cermin sambil menyimpan hairdryer ke laci wastafel."Thank you, Babyboy," balas Laura lalu membalik tubuhnya bergelanyut di leher James dan mengecup bibirnya.Tangan James meremas bokong Laura dan membuat istrinya itu melotot menatapnya seraya tertawa geli. "Naughty boy!" desisnya."Mmm ... my favorite hot mommy," gumam James sambil menyurukkan wajahnya ke leher Laura.Laura melepaskan tubuhnya dari belitan tangan James lalu berlari keluar dari kamar m
Lepas tengah malam, alarm yang dipasang oleh James di ponselnya berbunyi, "Dddrrrtttt ... Dddrrrttt ...." Tangan James terulur ke nakas samping ranjangnya untuk mematikan alarm yang berisik itu.Reynold dan James terbangun dengan istri mereka berada di tengah ranjang."Happy Birthday, Honey-ku," bisik James seraya mengecup pipi kanan Laura.Sepasang mata biru saphire itu membuka perlahan lalu menoleh ke arah James. "Thank you, Babyboy," jawabnya masih mengantuk, tetapi Laura menghargai suaminya yang mengingat hari kelahirannya. Hari ini usia Laura menginjak kepala 4.Reynold pun merengkuh tubuh Laura, dia mengecup kening wanita yang dicintainya itu seraya berkata, "Panjang umur dan bahagia selalu, Sayang. Wish you all the best on your birthday.""Thank you, Rey Darling," balas Laura lalu mengecup bibir Reynold.James pun berdehem melihat kemesraan istrinya dengan Reynold. "Mungkin sebaiknya kita tidur kembali karena masih jauh dari pag
Rutinitas Laura di hari kerja selalu sibuk, sebelum berangkat ke kampus, dia harus mengantarkan Jacob dan Joshua terlebih dahulu ke sekolah mereka. Mikha, baby sitter kedua anak kembar itu masih menunggui mereka di halaman depan sekolah untuk mengantar pulang ke apartment di siang hari di saat orangtua mereka bekerja di kampus hingga sore hari."Belajar yang rajin ya, Jake, Josh!" pesan Laura seraya mengecup kening kedua putera kembarnya."Baik, Mom," sahut Jacob dan Joshua serempak lalu memeluk Laura. Mereka berjalan masuk ke area sekolah sambil melambaikan tangan ke mommy mereka.Laura pun mengendarai mobil Honda Jazz merahnya ke kampus FKH UGM. Dia sangat sibuk hari ini karena ada jadwal mengajar semester 6 pukul 07.30 WIB.Kedua suaminya juga sama, mereka mengajar kuliah pagi untuk semester 2 dan semester 4, terutama James yang mengajar di Department of Microbiology memiliki jadwal mengajar kuliah yang padat karena sks mata kuliah itu banyak yaitu 4 s
"Baiklah. Kuliah hari ini cukup sekian, apa ada pertanyaan terkait dengan metode kultur jamur dan ragi?" tanya James ke seisi ruang kuliah 102.Seorang mahasiswi cantik mengangkat tangannya. James mempersilakannya untuk berbicara."Profesor James, nama saya Dian Arum Pitaloka, apa media untuk kultur bakteri tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur dan yeast?" tanyanya sembari tersenyum manis kepada James.Namun, James selalu bekerja profesional. Dia bukan tipe dosen genit sekalipun banyak kesempatan untuk menggoda dan digoda oleh mahasiswinya. Visualnya sangat menarik di mata kaum Hawa."Pertanyaan yang bagus, Dian. Jawabannya kurang cocok, sekalipun beberapa media bisa dipakai menumbuhkan jamur dan ragi. Jadi sebaiknya menggunakan media yang cocok supaya pertumbuhannya optimal," jawab James yang mendapat anggukan mengerti dari Dian."Terima kasih, Prof," sahut Dian, dia juga ngefans berat dengan Profesor James sama seperti seisi kelas yang ma
James melirik jam tangannya, ternyata sudah waktunya istirahat makan siang karena sudah pukul 12.10 WIB. Dia tidak mengenakan jasnya dan meninggalkannya di ruang kantornya.Hari ini adalah hari ulang tahun Laura dan dia menyiapkan kejutan bersama kedua puteranya serta Reynold siang ini untuk Laura.Dia membawa kotak hadiah yang telah dia siapkan sejak seminggu yang lalu. Kemudian James berjalan turun dengan tangga manual ke lantai 1. Laboratorium Mikrobiologi berada di lantai 2, tepat di atas Lab. PA.Ternyata dia agak terlambat, Jacob, Joshua, dan Reynold sudah berada di dalam ruang kantor Laura. Mereka berempat mengelilingi meja sofa yang di atasnya terdapat sebuah blackforest cake dengan lilin angka 40. Reynold yang memesan kue ulang tahun untuk Laura.Istri tercintanya itu menatapnya sambil mengulas senyumnya yang selalu membuatnya jatuh cinta lebih dalam lagi."Hai, Hubby. Duduklah di sampingku, aku akan meniup lilinnya," sap
Laura segera menguasai dirinya dan menekan rasa paniknya karena terpergok berciuman dengan Reynold di ruang kantornya oleh Joel."Ya, Joel, ada apa?" tanyanya tenang memandang wajah Joel yang seperti kebingungan.Pemuda itu berdehem, dia memilih untuk tidak mengurusi urusan pribadi dosennya yang cantik itu. "Ehm ... apa saya boleh bicara berdua saja di laboratorium, Prof?" ujar Joel.Dengan segera Laura berdiri dari sofa. "Sebentar ya, semuanya. Mommy ada perlu dengan Kakak Joel," pamit Laura lalu berjalan bersebelahan dengan pemuda itu menuju ke ruang lab. PA.Sebenarnya hati Joel sedikit tergelitik dengan kejadian tadi, tapi dia berusaha menepis rasa ingin tahunya itu.Mereka berdua duduk berhadapan di meja praktikum yang kosong."Ada apa, Joel?""Ehh ... begini, Prof, saya mewakili teman-teman seangkatan ingin meminta kesediaan Prof. Laura untuk menjadi dosen pembimbing acara study tour kampus tahun ini. Apa Anda bersedia, Pr
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka