Pagi itu Laura mematikan alarm HP nya yang berbunyi tak henti henti. "Aaahhh" teriaknya sambil merenggangkan badannya di tepi ranjang. "Kok rasanya masih capek!" keluhnya sambil mencebik dan berjalan menuju pantry menyeduh kopi serta membuat french toast dengan selembar keju. Laura membuka HP nya dan mengecek WA. Ada nomor baru yang mengiriminya 5 pesan pagi ini. Ternyata itu nomor James. Laura tidak ingat kapan dia memberikan nomor kontaknya pada James.
James : "Morning Prof..."
James : " Pagi ini saya jemput ya jam 07.30, mobil Prof kan masih di kampus."
James : "Apa sudah sarapan?"
James : " Mau dibawakan sarapan apa?"
James : "Saya tunggu balasannya ya...ππ"
Laura tersenyum membaca pesan James yang penuh perhatian dan segera membalas pesan itu.
Laura: "Selamat pagi juga James... ππ"
Laura : "Maaf baru baca pesanmu, baru saja bangun."
Laura : "Tidak usah bawakan sarapan, aku sudah sarapan kok."
Laura : "Oke... Ini mau mandi sebentar lalu kita berangkat. Kalo kamu sudah sampai apartmentku, masuk saja kode pass nya 888910. Bye."
Laura meletakkan HPnya di meja pantry dan berjalan ke kamar mandi. Dia ingin berendam air hangat sebentar di bathtub dengan garam aromaterapi lavender untuk menghilangkan pegal pegal di tubuhnya. 15 menit saja dia mengira ngira lalu membasuh dirinya di bawah shower dengan air dingin.
Pagi ini dia ada 3 kelas mengajar tanpa jeda. Laura memilih kemeja sutera warna baby pink dengan puff sleeves dan rok sepan warna violet berbahan velvet yang dipadukan dengan high heel shoes 5cm. Tubuhnya sudah cukup tinggi jadi tidak perlu memakai heels tinggi yang akan melelahkan kakinya. Laura mengikat rambut cokelat panjang bergelombangnya dengan model ekor kuda, memulaskan bedak dan lip cream berwarna coral nude. Laura mengambil tas kerjanya dan keluar menuju pantry mengambil HP nya.
"Selamat pagi Prof." sapa James bangkit dari sofa.
"Selamat pagi James. Yuk kita berangkat sekarang." jawab Laura seraya tersenyum berjalan menuju pintu keluar apartment nya.
James sepertinya harus membiasakan dirinya dengan senyuman Laura, jantungnya selalu berdebar debar tak jelas. James pun berjalan mengikuti Professornya itu menuju lift ke basement.
James menyetir ke arah kampus dengan tenang, dia berusaha tampak biasa saja padahal keberadaan Laura membuatnya susah berpikir jernih, wajah cantiknya yang segar dan aroma green tea cammomile parfumnya begitu membius dirinya. Ingin rasanya James berlama lama bersama Laura di dalam mobil, tapi dia tahu Prof Laura pagi ini ada jadwal mengajar marathon 3 sesi, dia sudah mengecek jadwal kuliah di website kampusnya.
"Prof marathon 3 sesi kuliah ya hari ini? Tadi sarapan apa? Jangan sampai pingsan nanti." ujar James sambil bercanda.
"Iya. Mengajar kelasmu kan yang sesi pertama, lalu sesi 2 dan 3 kelas semester 8 Patologi Sistemik grup A dan B. Tadi sarapan frenchtoast, keju dan kopi hehehe... Tenanglah tidak akan pingsan, itu sarapan standarku."
"Oya ban mobilnya yang kempes sudah saya panggilkan teknisi bengkel. Mungkin sudah normal sekarang dan bisa dipakai lagi." kata James.
"Terima kasih banyak James. Aku merasa banyak berhutang budi padamu sejak kemarin." ucap Laura dengan wajah merona mengetahui perhatian dan kebaikan James padanya.
"Tak perlu sungkan Prof. Saya senang membantu anda. Oya apa nanti ada rencana kerja lembur lagi?"sambung James lagi.
" Tidak. Sepertinya lebih baik saya bawa pulang saja naskah skripsi untuk dibaca di rumah." jawab Laura.
"Saya pikir itu yang terbaik Prof. Rasanya agak janggal saja peristiwa kemarin, terlalu banyak yang kebetulan. Oke sudah sampai Prof, saya turunkan di lobi ya supaya kita berdua tidak jadi bahan gosip."James menghentikan mobilnya di jalan menuju lobi.
"Baiklah James. Terima kasih untuk semuanya. Duluan ya..." ujar Laura lalu turun dari mobil James dan menutup pintunya.
Laura berjalan ke arah lobi yang menghubungkannya ke jalan menuju gedung Lab Patologi Umum, tempat kantornya berada. Dia hanya akan menaruh tas dan menyiapkan bahan kuliah.
Sementara James berjalan ke ruang 101. Banyak adik angkatan yang menatapnya dengan tatapan memuja dan berbisik bisik bersama teman temannya.
"Itu Bang James lewat... Cakep banget ya..."
"Iya cakep banget, tapi dia gak mau pacaran. Padahal banyak yang coba nembak dia lho."
"Duh bikin melting banget tatapannya. hiks hiks..."
James terus berjalan dengan memasang tampang datar tidak mempedulikan bisik bisik di kanan kiri jalan yang dia lalui. Adik adik angkatannya pasti sedang belajar untuk pretest praktikum Mikroanatomi. Sebetulnya James mendapat tawaran sebagai asisten Lab Mikroanatomi tahun lalu tapi dia memilih posisi asisten Lab Mikrobiologi karena lebih mengasikkan praktikumnya. Dia pun mengincar posisi asisten Lab Patologi Anatomi seandainya ada open recruitment, tentunya demi bisa sering bertemu dengan Prof Laura yang menjadi dosen penanggungjawab praktikum Patologi Anatomi. Setahunya asisten Lab Patologi yang lama sudah masuk koas profesi dan harus resign.
"Bro, duduk sini." seru Deon seraya melambaikan tangan pada James.
James berjalan ke kursi kosong di sebelah Deon. "Hei Deon, udah denger open recruitment buat asisten Lab PA?" tanya James datar.
"Ada sih Bro. Butuh 3 asisten pengganti buat kakak angkatan yang sudah masuk koas. Kamu minat Bro?" tanya Deon penasaran karena setahunya James sudah menjadi asisten Lab Mikrobiologi yang super sibuk, praktikum 3 matakuliah dengan 5 sesi praktikum sehari. Kadang dia sampai heran dengan stamina James yang seperti gak ada capeknya. Nilai mata kuliahnya tiap semester pun nyaris perfect, bahkan semester lalu James akhirnya mendapat 4.0 otaknya sungguh briliant.
"Selamat pagi semua." suara Prof Laura terdengar jelas dan sontak membuat kelas yang ramai langsung sunyi.
"Materi kuliah hari ini patologi saluran pernafasan bisa kalian d******d di website FKH seperti biasa. Kita akan lihat anatomi normal organ saluran pernafasan terlebih dahulu sebelum membandingkan dengan abnormalitas organ dengan proses kerusakan jaringan. Perhatikan slide show berikut ini karena ini akan menjadi bahan ujian akhir semester." Laura berbicara dengan tenang dan lugas membawakan materi kuliahnya pagi ini.
James memperhatikan setiap penjelasan Prof Laura dengan cermat. Dia harus mendapat nilai A untuk mata kuliah ini jika ingin menjadi asisten Lab PA.
"Serius bener Bro." ujar Deon sambil menyenggol lengan James dengan sikunya.
"Hmmm..." jawab James sekenanya. Fokus penuh dengan kuliah Prof Laura, sekalipun bibir indah gadis itu begitu membuatnya mendambakan ciuman tadi malam. First kiss nya James.
Flash back on Kampus FKH sudah sunyi senyap, lampu taman pun dinyalakan karena senja mulai turun. Pria itu melirik ke arah mobil HRV merah yang masih berada di parkiran timur Gedung Patologi Anatomi. Gadis cantik dan seksi itu masih belum pulang pikirnya. Sejak sebulan yang lalu ada dosen baru yang masih muda dan cantik, berbeda dengan dosen dosen FKH yang sudah tua dan tak menarik. Mayoritas dosen perempuan di fakultas ini penampilannya seperti kutu buku, dosen baru itu sangat berbeda. Pria itu sudah mengabdi di kampus kedokteran hewan selama 5 tahun belakangan. Kegiatannya monoton dan membosankan, tapi lumayan bisa cuci mata melihat mahasiswi yang masih muda dan energik. Terkadang dia juga bisa menggoda mahasiswi yang butuh bantuannya karena dia memegang kunci semua ruang kuliah. Sepertinya hari ini dia bisa mengerjai dosen baru yang cantik itu, Bu Laura. Mau tahu apa yang akan Bu Laura lakukan seandainya listrik dipadamkan. Wanita yang ketakutan biasanya mud
Laura berjalan menuju ke ruang kantornya selepas menyelesaikan marathon kuliah 3 sesi sejak pagi hingga siang. Sudah hampir jam 1 siang, dia melirik arlojinya. Pantesan perutnya terasa sangat lapar. Dia merasa jadwalnya di kampus sangat padat dari Senin hingga Jumat. Beruntung ini sudah hari Kamis, lusa dia bisa bersantai menikmati rehat weekend. Laura duduk di kursinya kemudian baru menyadari ada sebuah kotak makanan di mejanya. Ada secarik kertas di atas penutup kotaknya. Dia mengintip isi di dalam kotak makanan itu, rupanya gado gado dengan 1 butir telur ayam. Beruntung sekali karena Laura sangat lapar sekarang. Dia pun membaca pesan di kertas tersebut. "Selamat menikmati makan siang, Prof Laura. Semoga sesuai selera anda menunya." Ada sebuah tanda tangan disertai nama si pengirim makan siang itu. James Peter. Anak ini thoughtful sekali batin Laura. Laura segera membersihkan tangannya dengan hand sanitizer dan tissue lalu mencicipi gado gado itu. Hmmm leza
James sudah menyelesaikan tugas untuk penelitiannya dan bersiap untuk pulang. Dia penasaran apa Prof Laura sudah pulang duluan. Dia pun berdiri di muka pintu ruang kantor Prof Laura. Ternyata Prof Laura sedang bersiap siap untuk pulang juga. Jam tangannya menunjukkan pukul 17.15, matahari hampir terbenam berganti malam. Hari ini cuaca cerah.James mengetuk pintu. Tok tok tok.Laura menatapnya agak terkejut karena tidak menyadari ada orang di muka pintunya. Dia pun keluar ruangannya sambil menenteng tas kerjanya dan beberapa bendel naskah skripsi."Mau pulang James?" tanya Laura sambil mengunci pintu kantornya."Iya. Ada acara malam ini?" balas James sambil berjalan beriringan dengan Prof Laura menuju parkiran mobil. Dia sengaja memarkir Fortuner putihnya disebelah HRV merah milik Prof Laura."Belum ada acara sih malam ini. Memangnya kenapa? Kamu mau ngajakin ngedate gitu?" Goda Laura lagi. Dia belakangan jadi suka menggoda James dengan kata kata ya
James menyalakan radio di mobilnya untuk mengusir kecanggungan yang menggantung di antara mereka saat Laura dan dia terdiam. Dan suara merdu Beyonce mengalun. "I know that he loves me 'cause he told me so" "I know that he loves me 'cause his feelings show" "When he stares at me, you see he cares for me" "You see how he is so deep in love" "I know that he loves me 'cause it s obvious" "I know that he loves me 'cause it's me he trust" "And he's missing me if he's not kissing me" "And when he looks at me his brown eyes tell it so" -Brown Eyes- Destiny's Child Wajah James dan Laura sontak kompak memerah. Kok lagunya pas betul dengan perasaan mereka. Laura pun dengan cuek ikut menyanyikan lagu itu bersama Beyonce dengan suara yang hampir sama indahnya. "Wow suaramu indah Laura! Kenapa tidak ikut ajang pencarian bakat menyanyi saja?" ujar James. "Aku lebih suka menyanyi tentang materi patologi
Apa sesulit itu menerima cintaku? Ataukah aku terlalu cepat menembak dia? Pikir James dalam hatinya yang terasa galau dengan tangan masih menggenggam jemari Laura. "Gimana steaknya enak?" tanya James mengalihkan ketegangan diantara mereka sembari melepaskan genggaman tangannya di jemari Laura dengan enggan. "Enak kok, dagingnya empuk sekali dan lemaknya lumer di mulut." jawab Laura dengan lancar menutupi kegugupannya. "Mau anggur nya lagi?" kata James menawari Laura sambil mengisi gelas miliknya sendiri. Laura mengangguk pelan dan James pun mengisi gelas Laura hingga setengah gelas. James menggoyang goyangkan anggur merah di dalam gelasnya dan menghirup aromanya sebelum meminumnya hingga tandas. Mereka berdua pun terdiam tak berbicara selama beberapa menit, keduanya sibuk dengan HP nya masing masing. Tak lama kemudian James memberi kode pada waiter untuk mengirimkan bill. James menyerahkan kartu debitnya tanpa melihat total tagihan makan malamny
James berbaring di sofa dengan kepala di pangkuan Laura. Rasanya begitu relax dan dia pun jatuh tertidur, tidak pernah dia merasa sedemikian damai, dalam pangkuan kekasihnya. Laura membelai kepala James dengan lembut seperti menidurkan anak anak. Laura melirik jam tangannya, sudah pukul 23.45. Sebetulnya dia ingin pulang tapi James seperti begitu kelelahan dan tertidur di pangkuannya. Laura menatap paras tampan James yang sedang tertidur. Pria ini pasti telah mematahkan banyak hati perempuan bila dia memilih menjadi seorang playboy batin Laura. Tapi Laura memilih mempercayai ucapan James bahwa Laura adalah cinta pertamanya. Laura pernah mengecek nilai kuliah James selama 6 semester melalui website kampus bagian akademik mahasiswa, nilainya selalu nyaris sempurna 98% isi transkrip IPK nya A. Tidak mungkin terjadi bila James tidak fokus dengan kuliahnya. Pekerjaan asisten Lab Mikrobiologi itu sangatlah berat, ditambah lagi Laura mengetahui bahwa Prof Widya
Laura sedang membaca berkas skripsi mahasiswa bimbingannya di ruang kantor ketika pesan WA dari dekan masuk.Dekan : "Prof Laura apa bisa ke ruang dekan sekarang? Ada yang perlu saya bicarakan."Laura : "Baik Pak. Sekarang saya ke sana."Laura segera bergegas menuju ruang dekan di lantai 2 atas lobi kampus FKH. Dia tidak tahu ada masalah apa sehingga pagi ini dipanggil oleh dekan. Semoga bukan tentang kedekatannya dengan James, tapi seharusnya itu mustahil karena dia tidak pernah melakukan kontak intens dengan James selama di kampus.Tok tok tok."Ya silakan masuk." seru Prof Charles dari dalam ruang dekan."Permisi Prof Charles." ujar Laura lalu duduk di hadapan meja kerja dekan."Begini Prof Laura, pagi ini saya mendapat email dari Thailand. Undangan simposium untuk dosen Lab PA. Kampus harus mengirim paling tidak satu orang untuk mewakili FKH UGM untuk mengikuti acara tersebut."kata Prof Charles menjelaskan tujuan pemanggilan
Laura sedang sibuk mengetik dan memindahkan gambar ke file PDF untuk materi kuliah ketika tiba tiba ada Abang Goj*k mengetuk pintu ruang kerjanya yang terbuka sebenarnya."Maaf apa benar dengan Bu Laura?" tanya Abang Goj*k itu pada Laura."Iya benar, saya Laura, ada yang bisa saya bantu Pak?"jawab Laura sopan masih duduk di belakang laptop.Abang Goj*k itu menyerahkan bungkusan yang sepertinya berisi makanan pada Laura. "Ini Bu, saya mau mengantar pesanan untuk anda. Name id pemesannya James PI. Pesanan sudah lunas via Gop*y"Laura menerima bungkusan itu dan mengucapkan terima kasih ke Abang Goj*k itu dan memberi tip 5000 tunai yang membuat Abang Goj*k itu tampak girang saat berpamitan pada Laura.Laura pun membuka bungkusan itu dan melihat isinya ternyata menu Nasi Padang komplit dengan ayam bakar dan perkedel. Liurnya pun menitik, perutnya memang sudah lapar dari tadi. Dia pun mengambil HP nya dan mengetikkan pesan terimakasih ke si pengirim maka
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de
"James, apa sebaiknya kita berpamitan sambil makan malam sama Rey nanti?" tanya Laura yang baru saja selesai menutup kopernya. Dia pun bangkit berdiri dari posisi jongkoknya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk menatap layar ponselnya dengan serius di kepala ranjang. James pun segera menaruh ponselnya ke nakas. Tangannya meraih pinggang istrinya hingga Laura hilang keseimbangan. "Aarrhh! James kaget aku," ucap Laura bernada protes menepuki dada bidang suaminya yang tertimpa olehnya. Namun, pria muda itu hanya tertawa renyah lalu menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan.Tubuh Laura pun dibanting ke bawahnya dan dengan segera James melucuti kancing kemeja lomggar yang dikenakan wanita kesayangannya. "Aku lebih tertarik memikirkanmu dan gaya apa yang asik untuk kita. Doggy style mungkin?" godanya mengerling kepada Laura."Tapi ini masih siangβ" James memotong kata-kata Laura, "Dan kita hanya berdua. Daddy dan Mommy libur, Keira bersama Mikha di ruang TV. Perfect bukan?"Maka
"Honey, ayo kita makan siang di kantin!" ujar James dari ambang pintu kantor Laura. Dia tahu kalau wanita yang sangat dicintainya itu sering telat bahkan lupa makan siang.Tatapan sepasang mata biru itu berpindah dari berkas skripsi mahasiswa bimbingannya ke seraut wajah oriental yang tampan. Dia pun melepas senyum manisnya. "On time banget jemputnya, Hubby!" balasnya.James mengitari meja kerja istrinya lalu merundukkan wajahnya hingga dia dapat menemukan bibir kenyal merah muda beraroma strawberry itu dengan pagutan bibirnya. Lengan Laura keduanya bergelanyut di leher berondong kesayangannya itu.Ciuman mereka begitu dahsyat efeknya bagi James sehingga membuat kepalanya pening berkunang-kunang dan celananya menjadi sesak karena hasrat yang mendadak bangkit."Hhh ... aku jadi ingin cepat pulang kerja dan menguncimu di kamar tidur, Honey!" ucap James terkekeh menatap indahnya sepasang mata bak permata safir di hadapannya."Nanti ya sore, aku akan jadi milikmu sepenuhnya. Untuk saat in