Leeray dan Michael menerima foto pacar James di HP mereka masing masing, gadis itu sedang berfoto selfie bersama James yang memeluknya dari belakang. Dua bersaudara itu sontak terdiam karena masih shock mengetahui James berpacaran dengan dosennya yang punya gelar profesor. Mana beda 11 tahun pula. Berondong dan tante tante dong pikir mereka.
Leeray kakak sulung James berusia 35 tahun ini. Wajahnya tampan dengan hidung mancung, mata monolid dan bibir merah muda dengan tulang pipi yang tidak terlalu tinggi dan pipi yang agak chubby yang ditumbuhi oleh bulu bulu yang mulai tumbuh subur. Perawakannya sama kekar dengan James dengan tinggi 182cm.
Sementara Michael kakak kedua James berusia 27 tahun, hanya berbeda 6 tahun saja di atas usia James. Wajahnya pun karismatik dan memiliki persamaan gen dengan kedua saudaranya, tapi dia rajin bercukur kumis dan cambang di wajahnya sehingga tampak sepantaran dengan James. Perawakannya juga kekar seperti kedua saudaranya denga
Laura sudah selesai mandi dan berdandan ala kadarnya karena dia tidak berencana untuk pergi keluar siang ini. Hari Sabtu ini harus dimanfaatkan untuk beristirahat pikirnya sebab besok lusa pasti dia tidak akan bisa bersantai. Laura memakai floral dress selutut warna hijau muda dengan atasan model sabrina yang James belikan untuknya, dia memang tak membawa baju ganti ke apartment James. Sambil bertelanjang kaki Laura melangkahkan kaki ke pantry dimana James masih sibuk dengan HP nya. "Lagi apa Sayang?" tanya Laura sembari duduk di kursi sebelah James. James meletakkan HP nya di meja pantry dan mengusap puncak kepala Laura seraya menatap wajah Laura dengan tersenyum. "Ngobrol sama abang abangku yang rese." "Lho kok rese?" tanya Laura penasaran. "Iya mereka pengin aku ngajakin kamu ke Jakarta buat dikenalin." jawab James menskip bagian Bang Leeray mendoakan Laura gak pulang pulang dari Thailand yang sontak membuatnya kesal. "Hmmm. Ya nanti
Sudah dua malam Laura menginap di apartment James karena pria itu tidak mengizinkannya pulang ke apartmentnya sendiri. Besok sudah hari Senin dan dia harus berangkat bekerja seperti biasa. Laura ingin pulang sore ini untuk membereskan apartment dan juga packing barang barang yang akan dia bawa ke Thailand."James aku mau pulang ke apartment sore ini. Bisa mengantarku atau aku pulang sendiri?"tanya Laura pada James yang sedang membaca sesuatu di layar ponselnya.James meletakkan HP nya dan berkata."Baiklah, aku akan mengantarmu Sayang. Mau berangkat jam berapa?""Bagaimana kalo sekarang saja? Ini sudah pukul 16.30." jawab Laura melirik jam tangan.Mereka pun turun ke basement sambil bergandengan tangan kemudian naik Fortuner putih milik James. Sebenarnya jarak apartment mereka hanya 5 menit. Laura meminta James menurunkannya di lobi depan gedung saja."Sampai jumpa Sayang." pamit Laura melambaikan tangan pada James yang masih duduk di balik kemudi m
James terbangun sekitar jam 5 pagi seperti biasa alarm tubuhnya membangunkannya. Laura masih tidur terlelap dengan posisi menghadap ke arahnya. Pikiran James sontak blank menatap pemandangan indah di hadapannya. Gunung kembar itu menyembul dan tampak begitu menggoda. James menggeleng gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikirannya yang mulai berkabut gairah. Dia pun bangkit dan berjalan keluar kamar tidur. James mulai melakukan rutinitas olahraga paginya mulai dari sit up 100 kali. Laura pun terbangun tak lama kemudian dan melihat pria yang semalam tidur memeluknya sudah menghilang. Apa dia pulang ke apartmentnya? pikir Laura. Dia pun merenggangkan tangannya ke atas dan berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Kemudian dia keluar dari kamar tidurnya untuk membuat sarapan. Dan disanalah baby boy nya sedang olahraga pagi, rajin sekali. "Pagi Sayang" sapa Laura sambil tersenyum manis. James menghentikan exercise nya dan berjalan ke arah Laura
James menyetir sendiri pulang ke apartment nya, jalan raya cukup padat petang itu karena masih sekitar pukul 7 malam. Ada rasa kosong di hatinya, tapi dia harus bertahan toh Laura hanya pergi beberapa hari saja. Jangan kekanak kanakan tegurnya pada dirinya sendiri.Akhirnya James sampai di basement Intercontinental Regency. Setelah memarkir Fortuner putihnya, dia pun langsung naik lift ke unitnya di lantai 12. Ketika dia baru saja duduk di sofa ruang tengah ponselnya berbunyi. Cukup terkejut melihat id caller nya, Papinya yang menghubungi via video call.James : "Hallo Pi. Tumben nelpon James?"Leonard : " Hallo Son. Emang Papi gak boleh nelpon?"James : "Boleh lah. Ada apa Pi?" tanya James langsung karena dia sedang bad mood saat ini.Leonard : "Lagi gak sama pacar kamu?"James : "Laura sore ini berangkat ke Bangkok soalnya besok ada acara simposium patologist."Leonard : "Papi mau nanya tentang Laura, dia itu siapa? Ayo cerita donk,
James masih menunggu kabar dari Laura, sudah jam 23.15 WIB. Dia masih terjaga sambil menonton acara di HBO. Kemungkinan pesawat yang ditumpangi Laura akan mendarat sekitar pukul 01.00 semoga ada yang menjemput Laura di airport. James melihat dari kaca jendela apartment nya hujan turun cukup deras. Betapa cepat cuaca berubah, padahal tadi sore langit tampak cerah. Bagaimana dengan cuaca di Bangkok pikirnya, tadi Laura hanya memakai cardigan tipis. Kenapa tadi dia tidak meminta Laura memakai jaket yang tebal, sesalnya. Galau sekali rasanya. ***** Laura masih berada dalam pesawat menuju ke Bangkok. Ini sudah sekitar 5 jam dia berada di udara, rasanya benar benar bosan setelah tertidur dan bangun dan tertidur lagi karena lampu pesawat temaram dan jendela pun hanya tampak kegelapan malam sepertinya cuaca tidak begitu bagus karena dia merasakan pesawat sering tergoncang. Dia pun mengecek ponselnya, ada satu pesan WA dari James. Aduh pasti James kuatir karena
Laura memasuki ballroom Sheraton Grande Sukhumvit tempat acara simposium patologist internasional itu diadakan. Banyak sekali peserta yang datang mungkin sekitar 300 orang atau lebih, Laura mengenali beberapa wajah. Bahkan, ada profesor yang menjadi dosennya saat S2 dulu Professor Daniel John Landon. Dia pun berjalan ke tempat duduk Prof Daniel untuk menyapanya. "Hello Prof Danny. How are you? Long time no see."ujar Laura seraya mengulurkan tangannya menjabat tangan Prof Daniel. Prof Daniel agak terkejut dan juga senang bertemu mantan mahasiswi kesayangannya yang juga kebanggaannya. "Hello Laura Darling! I am great, thank you. What a surprise meet you here Sweety! Please come a sit here." Laura pun duduk di sebelah Prof Daniel dan berbicara panjang lebar dengan penuh semangat seperti ketika dulu dia di bawah bimbingan lelaki tua tersebut. Laura sangat dekat dengan keluarga Prof Daniel, bahkan sudah dianggap seperti anak perempuannya sendiri. Anak Prof D
Ini adalah hari ketiga dari acara simposium, antusiasme peserta tak kunjung surut. Kursi tamu di ballroom hotel Sheraton Grande Sukhumvit terisi penuh dengan profesor dari berbagai belahan dunia. Obrolan cerdas pun mengudara di antara mereka. Laura sungguh beruntung kedekatannya dengan Prof Daniel membuatnya mendapat banyak kenalan baru yang berharga, beberapa dari mereka pun tertarik dengan hasil penelitiannya beberapa tahun lalu dan ingin mempublish nya di jurnal penelitian ilmiah yang akan terbit bulan depan. Prof Daniel selalu bangga dengan pencapaian Laura. Dia juga baru mengetahui bahwa Laura telah memperoleh gelar profesornya di University of Cambridge baru baru ini. Prof Daniel sungguh menyesalkan kandasnya hubungan putera sulung nya Philip dengan Laura beberapa tahun yang lalu. Di matanya Laura adalah calon menantu idaman. "Laura would you like to come again to my place in Aussie? I have some potential projects over this year." kata Prof Daniel
*James POV*Pengumuman tentang kuliah umum oleh Prof Laura yang akan diadakan di auditorium FKH via live video streaming langsung dari Bangkok ada di papan pengumuman lobi utama kampus bersebelahan dengan pengumuman beasiswa S2 yang biasa ditempel di sana. James membacanya bersama sahabatnya Deon setelah mereka keluar dari perpustakaan kampus.James memang sudah mengetahui bahwa Laura sedang mengerjakan diagnosa kasus KHV di Thailand karena gadis itu selalu bercerita tentang aktivitasnya sehari hari selama disana setiap kali mereka melakukan panggilan video call.Hanya saja dia cukup terkejut dengan pengumuman bahwa Laura akan memberikan kuliah di University of Bangkok. Ini adalah hal yang tidak mudah, butuh mental yang sekuat baja ketika mempresentasikan sebuah hasil penelitian di hadapan ratusan orang di kelas international. Gadisnya itu sungguh mengagumkan!!!"Woiiii!!! Ngelamun aja James."tegur Deon yang berdiri di sebelahnya membaca pengu
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de
"James, apa sebaiknya kita berpamitan sambil makan malam sama Rey nanti?" tanya Laura yang baru saja selesai menutup kopernya. Dia pun bangkit berdiri dari posisi jongkoknya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk menatap layar ponselnya dengan serius di kepala ranjang. James pun segera menaruh ponselnya ke nakas. Tangannya meraih pinggang istrinya hingga Laura hilang keseimbangan. "Aarrhh! James kaget aku," ucap Laura bernada protes menepuki dada bidang suaminya yang tertimpa olehnya. Namun, pria muda itu hanya tertawa renyah lalu menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan.Tubuh Laura pun dibanting ke bawahnya dan dengan segera James melucuti kancing kemeja lomggar yang dikenakan wanita kesayangannya. "Aku lebih tertarik memikirkanmu dan gaya apa yang asik untuk kita. Doggy style mungkin?" godanya mengerling kepada Laura."Tapi ini masih siang—" James memotong kata-kata Laura, "Dan kita hanya berdua. Daddy dan Mommy libur, Keira bersama Mikha di ruang TV. Perfect bukan?"Maka
"Honey, ayo kita makan siang di kantin!" ujar James dari ambang pintu kantor Laura. Dia tahu kalau wanita yang sangat dicintainya itu sering telat bahkan lupa makan siang.Tatapan sepasang mata biru itu berpindah dari berkas skripsi mahasiswa bimbingannya ke seraut wajah oriental yang tampan. Dia pun melepas senyum manisnya. "On time banget jemputnya, Hubby!" balasnya.James mengitari meja kerja istrinya lalu merundukkan wajahnya hingga dia dapat menemukan bibir kenyal merah muda beraroma strawberry itu dengan pagutan bibirnya. Lengan Laura keduanya bergelanyut di leher berondong kesayangannya itu.Ciuman mereka begitu dahsyat efeknya bagi James sehingga membuat kepalanya pening berkunang-kunang dan celananya menjadi sesak karena hasrat yang mendadak bangkit."Hhh ... aku jadi ingin cepat pulang kerja dan menguncimu di kamar tidur, Honey!" ucap James terkekeh menatap indahnya sepasang mata bak permata safir di hadapannya."Nanti ya sore, aku akan jadi milikmu sepenuhnya. Untuk saat in