Sopir Keluarga Rianto membawa mereka berdua kembali ke rumah Keluarga Rianto.Nggak perlu. Andreas menggantungkan mantelnya di lengannya.Saat ini raut wajahnya dingin. Dia hanya menatap James, lalu melewatinya dan berjalan langsung ke pintu rumah Keluarga Rianto.Andreas berjalan dengan tergesa-gesa.Awalnya kemarin dia ingin mencari Celine, tetapi malah tertunda sepanjang hari.Saat bangun, yang dia pikirkan adalah Celine.Saat ini Andreas tidak sabar untuk bertemu dengannya."Hei, Andreas, setidaknya kamu ...."James mengejarnya beberapa langkah, tetapi tiba-tiba menyadari tidak ada orang lain selain Celine yang bisa membuat Andreas begitu cemas.James tentu saja tidak akan terus menghalangi pasangan untuk bertemu satu sama lain.James berhenti dan langsung memerintahkan sopir untuk mengantar Andreas pergi.Mobil Keluarga Rianto membawa Andreas ke vila Keluarga Nadine.Di luar vila, ponsel baru saja diisi dayanya.Andreas menelepon Celine, tetapi ternyata ponselnya telah dimatikan.
Akan tetapi, sebelum Hansen bisa mengatakan apa pun, suara mendesak Andreas melanjutkan, "Kamu di panti asuhan mana? Celine dalam bahaya dan Reza melarikan diri dari rumah sakit jiwa."Hansen teringat Celine tidak bisa ditemukan untuk waktu yang lama dan langsung memahami keseriusan situasinya.Keluarga Linoa bangkrut dan Hansen telah mendengar tentang skandal Reza.Selain Andreas, tidak mungkin ada orang lain yang bisa menggulingkan keluarga kaya Kota Binara dalam waktu sesingkat itu.Kalau Reza benar-benar menghilang, balas dendam memang mungkin terjadi.Sementara Celine ...."Di Panti Asuhan Kasih, tepi Pantai Ruta."Begitu Hansen selesai berbicara, Andreas menutup telepon.Andreas langsung memberi tahu Owen tentang lokasinya. Dia menggunakan mobil mewah Keluarga Rianto dan bergegas ke tujuan secepat mungkin.Hansen mencengkeram ponsel dengan erat.Malam yang gelap dan laut menyatu menjadi satu. Semuanya begitu gelap hingga membuat Hansen sulit untuk bernapas.Akan tetapi, saat ini
Lily tidak mau pergi.Rencana awalnya adalah menghabiskan malam dengan damai.Keesokan harinya, dia akan mendengar kabar kematian Richard dan skandal Celine.Akan tetapi, Hansen dan Jeremy tidak bisa dikendalikan, jadi Lily terpaksa beradaptasi dengan keadaan.Lily mengikuti Jeremy.Di sekelilingnya gelap. Jeremy menyalakan senter, tetapi kaki Lily terkilir begitu memasuki gunung."Ah ...."Lily meringis kesakitan. "Kakiku. Kak Jeremy, aku ...."Sepertinya sangat sakit.Lily terlihat seolah ingin menangis.Kekesalan tersirat di mata Jeremy.Saat melihat Lily berpura-pura sebelumnya, Jeremy hanya mengira dia bosan dan mencari kesenangan. Akan tetapi, dia juga mulai merasa agak lelah setelah menonton pertunjukan ini untuk waktu yang lama."Kembalilah, gunung ini nggak cocok untukmu."Jeremy berkata dengan nada dingin.Lily menjadi semakin sedih. "Nggak, bagaimana aku bisa kembali? Kakek dan Kakak Celine hilang. Ba ... bagaimana kalau sesuatu benar-benar terjadi? Kita harus segera menemuk
"Biar aku saja, sekarang kalian semua punya istri dan anak, hanya aku yang lajang, jadi aku adalah pilihan terbaik. Hehehe ...."Salah satu dari mereka mengajukan diri.Jika mereka bisa melakukan hal seperti mengumpulkan uang dan menculik orang, jadi mana ada yang bisa dipercayai.Orang yang lain langsung membantah, "Mimpi kamu! Kamu bukan pilihan terbaik, aku merasa aku yang paling cocok.""Aku juga cocok.""Aku tentu saja juga cocok."Lagi-lagi debat.Setelah berdebat beberapa saat, akhirnya perdebatan mereka disela seseorang."Kalau begitu, satu per satu bilang."Suasana menjadi sangat hening.Carla terbangun dari kegelapan, hanya mendengar kalimat terakhir.Kemudian, hanya merasa hening.Jadi hanya tersisa suara serangga yang berdengung, tempat apa ini?Carla mengenakan kain hitam di kepalanya. Ketika dia ingin berbicara, dia baru menyadari mulutnya diselotip sehingga tidak bisa mengeluarkan suara."Um ...."Carla mengeluarkan suara "um, um". Ketika dia menggerakkan tubuh, Carla ba
Sebelum Carla sempat memikirkan siapa orang itu, orang tersebut sudah menerkamnya.Tidak peduli seberapa keras Carla berjuang untuk memohon belas kasihan, semuanya sia-sia.Malam semakin larut.Lambat laun, suara memohon belas kasihan juga menghilang.Satu per satu kejadian terjadi, Carla sudah merasa terhina dan kehilangan harapan.Yang lain keluar dengan puas, tetapi Pak Rian adalah orang terakhir yang masuk.Dengan cahaya ponsel, Pak Rian melihat orang di dalam. Meskipun selotip yang menutup mulutnya hampir menutupi separuh wajahnya, Pak Rian bisa langsung mengenalinya.Itu bukan Celine!Nona Celine kesayangan Richard memiliki penampilan yang begitu menarik sehingga orang tidak akan pernah melupakannya begitu melihatnya.Sementara orang yang ada di hadapannya ....Pak Rian tertegun sejenak dan memikirkannya.Carla juga seorang wanita muda dari Keluarga Nadine.Sejak datang ke panti asuhan, dia selalu sendirian. Setiap kali melihatnya, wanita itu selalu menatap Nona Celine dengan sin
Carla berkata dengan ketus. Saat ini dia dalam keadaan memalukan dan pakaian yang dia kenakan sebelumnya telah dirobek oleh beberapa orang tadi.Saat ini Carla tidak peduli dengan hal lain.Pak Rian tertegun sejenak dan bergegas melepas bajunya.Carla membungkus tubuhnya dengan pakaian Pak Rian. Dia menatap pria itu dengan tatapan tajam hingga penjahat seperti Pak Rian pun tanpa sadar bergidik."Aku nggak akan mengurangi satu rupiah pun dari uang yang kujanjikan padamu, tapi kamu harus membantuku ...."Pak Rian menelan ludah. "Apa yang bisa kubantu?"Carla melihat ke luar.Saat ini beberapa pria tertawa dengan mesum dan menceritakan apa yang baru saja mereka alami.Sorot mata Carla tiba-tiba menjadi lebih dingin. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi hatinya sudah dipenuhi dengan niat membunuh.Sekumpulan orang yang tidak penting itu tidak berhak menyentuhnya.Kalau menyentuhnya, orang itu akan mendapatkan balasannya.Carla mengambil ponsel yang penuh dengan foto-foto tidak senonoh sebe
Celine menjadi waspada.Saat bertanya, Celine bisa melihat tatapan sinis Reza yang bercampur dengan kebencian yang membara dan akhirnya berubah menjadi cibiran. Dia pun menjawab Celine."Mau balas dendam padamu."Balas dendam?Celine mengerutkan kening.Dia dan Reza memang punya dendam, tetapi Reza-lah yang menyebabkan dendam itu.Celine merasa dia dan Reza tidak akan bisa berbicara dengan logika."Bagaimana caramu balas dendam padaku? Bunuh aku? Reza, jangan lupa. Kalau kamu membunuhku, kamu nggak akan bisa kabur dari hukum."Takut mati?Celine takut.Akan tetapi, dia juga bertaruh orang seperti Reza lebih takut mati.Hanya saja begitu Celine selesai berbicara, Reza malah tertawa."Bunuh kamu? Aku mana berani melakukannya?" Reza tidak melupakan amarah yang dia alami dari Andreas terakhir kali.Setelah teringat pada sesuatu, tatapan Reza menjadi lebih penuh arti. "Celine, kamu benar-benar hebat. Kapan kamu mulai berhubungan dengan Paman Andreas? Coba kutebak?"Reza berpura-pura berpiki
"Kalau begitu, aku mengerti. Celine, bagaimana kalau kita mainkan sebuah permainan?"Senyuman Reza tersirat ancaman.Raut wajah itu membuat Celine merasa tidak nyaman."Mau apa kamu?" Celine langsung menjadi serius.Akan tetapi, Reza tidak berkata apa-apa lagi dan menghitung waktu. Kalau Tuan Andreas bisa menerima cincin itu tepat waktu, sekarang dia pasti sudah berada dalam perjalanan ke sini.Sayang sekali.Jalan di jembatan itu telah diledakkan olehnya.Walaupun Andreas tahu Celine dalam bahaya, waktu penyelamatannya pasti akan tertunda tidak peduli betapa cemasnya dia.Reza tersenyum sinis. "Oh iya, aku takut kamu akan terlalu kesepian, jadi aku mencarikan seseorang untuk menemanimu."Sambil berbicara, Reza berjalan ke sisi kabin dan langsung membuka pintu ruang muat. Tidak lama, sebuah sosok di atas kursi roda muncul di hadapan Celine."Kakek!" Celine langsung mengenalinya.Sepertinya pria tua itu mendengar suara Celine. Dia berbalik dengan kursi rodanya dengan bingung dan melihat
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s