Lily refleks menolak.Begitu Carla menggenggam pergelangan tangannya, Lily langsung mengibaskan tangan Carla seperti kesetrum."Lily?"Reaksi ini semakin membuat Carla curiga.Lily menggigit bibirnya, sekarang dia sudah tidak bisa berpikir terlalu banyak. Takut Carla menyadari memar di tubuhnya, dia langsung berlari ke atas.Begitu masuk kamar, Lily mandi lagi.Kemudian, dia menggunakan penyamar wajah untuk menutupi memar-memar di tubuhnya. Selapis demi selapis sampai akhirnya tidak terlihat lagi, dia baru memakai bajunya dan keluar.Lily berdiri di depan tangga.Dia awalnya tidak ingin muncul di hadapan Carla di saat seperti ini.Namun, dilihat dari kehebohan di hall tadi, semua pembantu di vila ada di sana, bahkan ada staf yang sengaja dipekerjakan untuk hari itu saja.Kalau dia mau menemukan orang yang mengancamnya, dia harus mencari petunjuk dari mereka."Lily? Kenapa kamu berdiri di sana? Cepat turun!" Carla masih tetap melihat Lily dengan tatapan bingung.Lily tidak bisa menolak,
"Bagus kalau benar ada yang lihat ...."Lily mengatakan tebakannya.Carla tahu jelas tujuan Lily, dia menatap Lily seperti sedang memikirkan sesuatu.Setelah sibuk ini itu, akhirnya mereka tidak menemukan petunjuk apa pun.Beberapa hari ini Carla terus bersaing mental dengan Celine, jadi tidak tidur dengan baik. Karena merasa lelah, dia akhirnya membubarkan semua orang.Setelah dia kembali ke kamarnya, Lily juga balik ke kamarnya sendiri.Namun, ketika dia meninggalkan hall, dia melihat daftar nama staf yang direkrut dari luar untuk acara hari itu lalu mengernyit."Semua orang sudah ada di daftar ini?" tanya Lily kepada penanggung jawab.Penanggung jawab pun mengangguk.Lily seakan-akan menyadari sesuatu dan kaget dalam hati. Dia mengambil daftar nama itu lalu menyuruh penanggung jawab mengirimkan foto setiap staf yang ada di daftar nama ke kotak surelnya.Setelah kembali ke kamar, Lily langsung membuka kotak surelnya dan memeriksa setiap staf yang ada di daftar nama.Namun, setelah me
Tadi Kepala Rumah Sakit memanggil Andreas dengan panggilan "Tuan Andreas", tapi langsung kaget karena tatapan Andreas.Menyadari sesuatu, Kepala Rumah Sakit pun menelan ludahnya lalu mempersilakannya jalan di depan, ingin mengajak tuan besar di depannya ini berbicara.Andreas melirik ke dalam kamar baru berbalik mengikuti Kepala Rumah Sakit ke kantornya.Begitu pintu kantor ditutup, aura pemimpin Andreas langsung keluar. Dia langsung duduk di kursi Kepala Rumah Sakit. "Ada apa?"Kepala Rumah Sakit diam-diam mendecak lidah.Kalau bukan karena sudah sedikit terbiasa, dia pikir dirinya mulai berimajinasi karena tekanan pekerjaan yang terlalu besar.Jelas-jelas di depan Nona Celine .... Oh salah, jelas-jelas di depan Nyonya Tuan Andreas selalu menyimpan auranya, membuat orang yang melihatnya hanya menganggapnya seorang pria yang sangat tampan.Namun, ketika tidak ada Nyonya, orang-orang tidak berani langsung menatapnya karena tekanan menakutkan yang dia pancarkan."Tuan Andreas, setelah me
Ketika Celine keluar dari kamar, dia meninggalkan ponsel yang sedang merekam apa yang terjadi di dalam kamar.Ponselnya disembunyikan di dalam sofa, sangat tersembunyi. Namun, sudutnya bisa merekam seluruh kamar.Celine mencurigai Lily.Namun, kecurigaannya perlu bukti.Setelah meninggalkan kamar, Celine diam-diam berpesan pada Owen, "Kamu berjaga di luar kamar Tuan Richard, kalau ada suara dari dalam, kamu langsung masuk."Celine ingin mengetes Lily, tapi tidak boleh sampai Lily berhasil.Tak lama setelah Celine pergi, Lily masuk.Dia diam-diam memastikan di luar tidak ada orang baru masuk.Melihat Tuan Richard yang berbaring di kasur, Lily tahu begitu terjadi sesuatu pada Tuan Richard, dokter pasti akan langsung datang.Hansen, Carla dan bahkan Celine juga pasti akan curiga padanya.Namun, saat ini dia sudah tidak bisa memedulikan mereka."Kakek ...."Lily duduk di sisi kasur sambil menggenggam tangan Richard, matanya sangat tulus, seakan-akan sangat menyayangi Richard."Kakek cepat
Lily terlihat sangat semangat.Baginya, air mata seperti punya keran, bisa dibuka dan ditutup sesuka hati. Setiap kali dia memerlukannya, dia bisa menangis dengan penuh perasaan.Mata Lily yang basah bertatapan dengan Hansen, tapi ekspresi Hansen masih tetap suram.Namun Lily tahu, dia tidak boleh menunjukkan keanehan di depan Hansen.Dia harus akting sampai akhir."Kakek pasti mendengar aku memanggilmu, 'kan?"Lily berpaling melihat Richard lalu menggenggam tangannya. "Kata dokter, Kakek bertekad kuat untuk tetap hidup. Aku tahu Kakek pasti masih memikirkanku. Kita baru saling kenal, Kakek pasti nggak tega meninggalkan Lily ....""Kakek, kalau Kakek nggak tega meninggalkan Lily, Kakek buka mata sekarang dan lihat Lily, dong."Begitu masuk kamar, Celine pun mendengar kata-kata Lily ini.Keningnya langsung berkerut.Tadi di perjalanan ke sini, Owen sudah memberi tahu apa yang terjadi di sini. Kalaupun Hansen tidak muncul, Owen juga tidak akan memberikan Lily kesempatan untuk melukai Tua
Suara itu terdengar tua, juga sangat lemah sampai seperti berbisik, tapi tetap terdengar sangat jelas.Tiga orang yang ada di kamar tertegun.Celine dan Hansen refleks melangkah maju."Kakek?"Mereka berdua coba memanggil Richard sambil melihatnya dengan penuh perasaan.Namun, Richard masih tetap menutup matanya dan wajahnya pucat, seakan-akan yang mereka dengar tadi hanyalah perasaan mereka saja.Bahkan Lily yang terkejut tadi juga akhirnya menghela napas lega saat melihat Richard masih "normal".Tadi sekilas, jantungnya seakan-akan berhenti berdetak.Tadi dia bersumpah seperti itu ....Teringat dengan kata-katanya, "disambar petir dan mati tidak tenang", Lily menggigit bibirnya.Untung Richard tidak bangun.Namun, pertunjukan ini belum berakhir.Dia berpura-pura menggenggam tangan Kakek dan berkata, "Kakek pasti melihat kalian memfitnahku! Aku nggak peduli kalian memfitnahku, tapi kalian menyakiti hati Kakek begini, kalian ....""Sudah cukup!"Lily masih ingin terus berbicara, tapi m
Sementara orang itu ....Muncul sosok Andreas di benar Lily membuatnya merasa semakin malu dan marah.Andreas ada di dalam membantu Celine, kalau sekarang dia masuk dan Andreas melihat situasinya saat ini, dia hanya akan merasa semakin malu."Celine, tunggu saja kamu!"Lily menatap rumah sakit dengan tatapan ganas, lalu dalam hati bersumpah akan menginjak-injak Celine.Namun, saat ini setelah Lily dibawa pergi oleh pengawal, suasana di kamar pasien kembali tenang.Celine melirik sekilas ke pintu.Sebuah sosok yang tinggi bersandar di luar pintu, hanya menunjukkan setengah tubuhnya. Dia tahu itu siapa, juga tahu orang itu yang memanggil pengawal.Namun, saat ini dia tidak punya waktu memikirkan orang itu.Setelah melihat Richard yang tetap menutup mata, Celine seakan-akan ingin memastikan sesuatu dan langsung pergi mengambil ponselnya di sofa.Setelah melihat rekaman itu, Celine merasa deg-degan dengan situasi tadi.Lily ....Tadi Lily menerjang ke tubuh Richard dengan penuh semangat be
Irina ....Benar, Irina!Sebelumnya, agar tidak dicari-cari, Lily menyuruh Irina meninggalkan Binara.Namun, sekarang dia perlu bantuan dan Irina adalah pilihan terbaik.Lily langsung menelepon Irina."Kamu bilang kamu sekarang adalah Nona Keluarga Nadine? Tapi kamu jelas-jelas ...."Setelah mengetahui identitas Lily sekarang, Irina sangat terkejut.Dulu, dia pergi ke Negara Yunisia setelah meninggalkan Binara, lalu hidup tanpa tujuan di sana, sama sekali tidak berhubungan dengan orang-orang di Binara. Jadi, dia tidak tahu Lily sudah jadi nona Keluarga Nadine.Keluarga Nadine adalah salah satu dari tiga keluarga konglomerat terbesar di Mastika!Namun, Lily yang dia kenal ....Lily tahu apa yang mau Irina katakan, dia langsung memotong Irina dan berkata, "Aku diadopsi ibuku dari panti asuhan, hanya saja nggak pernah kasih tahu kalian.""Tapi ...."Namun selama ini, Lily selalu memanggil Bastian ayah dengan sangat akrab seperti anak dan ayah kandung."Aku dan Keluarga Nadine sudah melaku
Kemudian, Andreas mulai merasa pusing.Sebelum kesadarannya hilang, dia mendengar suara Gion yang penuh dengan rasa bersalah. "Maaf, Tuvin ...."Tuvin ....Bukan, namanya bukan Tuvin!Namun, kalau bukan Tuvin, siapa namanya?Dia berusaha mengingat, tapi seakan-akan ada sebuah rantai yang melilitnya, membuatnya tidak bisa bergerak.Tiba-tiba, di benaknya ada suara seseorang.Suara seorang wanita.Suara itu terus memanggil sebuah nama, awalnya terdengar tidak nyata, tapi dia berusaha mendengar dan akhirnya mendengar nama itu dengan jelas."Andreas ...."Suara wanita itu terus memanggil "Andreas" berulang kali.Siapa itu Andreas?"Tuvin, Tuvin, namamu Tuvin. Kamu itu teman sejak kecilnya Lala, Lala sangat mencintaimu, kamu juga mencintai Lala.""Kalian segera keluar negeri bersama lalu menikah dan hidup bersama selamanya.""Hal lain yang ada di ingatanmu hanyalah mimpi. Setelah kamu bangun, mimpimu akan berakhir, nggak akan meninggalkan jejak apa pun ...."Suara orang tua terdengar di ata
Setelah mengakhiri panggilan, dia menyuruh sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat ke rumah."Nggak tahu, dia masih pingsan, aku hanya bisa membawanya ke kasur. Kakek ...."Sebelum Lala selesai bicara, Andreas sudah berlari kecil ke kamar Gion.Di dalam kamar, Gion berbaring di kasur seperti orang yang sedang tidur.Lala yang ikut di belakang tiba-tiba mendengar Andreas berkata,"Cepat telepon ambulans, bawa dia ke rumah sakit."Muncul kepanikan di mata Lala yang seketika langsung menghilang.Dia mana mungkin membawa Gion ke rumah sakit?Gion "pingsan" hanya sebagai alasan untuk menyuruh Andreas pulang.Hari ini, setelah Andreas keluar, Lala awalnya tidak takut. Namun, seiring dengan berlalunya waktu dan langit yang menggelap, Andreas yang belum pulang juga membuatnya tidak tahan lagi.Rencana malam ini harus dijalankan.Dia tidak mau menunggu lagi, jadi dia pun membuat pertunjukan ini.Melihat Andreas mengeluarkan ponsel, Lala langsung berkata, "Aku saja yang telepon, kamu awasi Kakek
"Iya aku yakin."Melvin mengangguk yakin.Setelah itu, dia memanggil satpam yang tadi untuk membuktikan kalau dia tidak salah lihat.Celine mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan foto Andreas. Ketika melihat fotonya, satpam itu langsung mengangguk. "Benar, dia orangnya!"Celine pun menghela napas panjang.Benar itu Andreas!Dia ada di Binara! Dia masih hidup!Asalkan dia masih hidup, Celine sudah lega.Tiba-tiba, Celine terpikirkan sesuatu. "CCTV! Aku mau lihat apa yang dia lakukan tadi!"Melvin pun langsung pergi menyiapkan.Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di ruang pengawasan CCTV.Satpam tadi pun menjelaskan semua dari awal tuan itu datang sampai dia pergi lagi. "Dia bilang mau buat perhiasan, oh, mau buat kalung. Aku pun membawanya masuk .... Di sini, ini dia."Celine melihat ke arah yang ditunjuk satpam itu ke sebuah layar.Melvin mengatur waktu rekaman CCTV dan akhirnya terlihat sebuah sosok di layar."Di sini, Bu Celine. Itu Tuan Andreas!"Celine melihat rekaman CCTV itu
Tidak, dia juga tidak terlalu yakin.Melihat ekspresi Celine yang semakin menggebu-gebu dan tubuhnya yang gemetar, Cindy menyadari pentingnya hal ini. "Bu Celine, aku telepon Melvin sekarang juga, minta lokasinya.""Oke, oke ...."Celine berusaha untuk menahan diri lalu melepaskan Cindy.Ini pertama kalinya dia mendapatkan kabar Andreas.Dia akhirnya tetap tidak bisa tetap tenang. Saat ini, dia buru-buru ingin memastikan kalau yang Melvin lihat memang benar Andreas.Dia berharap yang Melvin lihat itu Andreas!Andreas ....Ketika menunggu Cindy menelepon, Celine terus memanggil nama Andreas di dalam hati.Sementara saat ini, di dalam taksi,entah kenapa Andreas merasa hatinya seperti diremas, seketika merasa kesulitan bernapas."Tuan, kamu nggak enak badan?" Sopir taksi menyadari keanehan Andreas."Nggak, aku nggak apa ...."Tidak enak badan?Tidak, itu bukan tidak enak badan, tapi suatu perasaan yang aneh.Tadi untuk sesaat, dia seakan-akan mendengar ada yang sedang memanggilnya.Dia t
Misalnya, Nona Celine adalah cucu kandung dari Tuan Richard Nadine dan mewarisi Grup Nadine.Misalnya, Nona Celine menemukan ayah kandungnya. Dia adalah putri dari Keluarga Tjangnaka, pemilik Grup Angkasa.Lalu ... Tuan Andreas ...."Kamu jangan mengambil waktu Bu Celine terlalu banyak, Tuan Andreas bakal cemburu. Kita taruhan saja, dalam kurang dari satu jam, nggak, setengah jam, kamu pasti bakal diusir."Melvin semakin yakin kalau orang yang dia lihat tadi adalah Tuan Andreas.Dia seburu-buru itu pasti mau jemput Bu Celine."Kamu kok bisa tahu!"Cindy sudah sangat lama tidak bertemu Celine, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Celine.Begitu mendengar kata-kata Melvin, Cindy segera mengakhiri panggilan.Dia ingin memberi tahu Celine, sejak Celine menyerahkan Aurora ke mereka, mereka menjalankan perusahaan dengan sangat baik.Sedangkan Tuan Andreas ....Setiap hari selalu menempel dengan Bu Celine, dia cuma mau sedikit waktu Bu Celine, Tuan Andreas harusnya tidak sepelit itu
Namun, melihat ekspresi Andreas yang agak mengeras, satpam itu pun menebak, "Kamu jangan-jangan bikin dia marah? Dengar kataku, dia marah, kamu harus bujuk.""Kalungmu ini untuk membujuk dia ya?""Sudah bagus kalau begitu, kamu buatkan kalung untuknya jauh lebih berguna daripada cuma bicara. Kamu tenang saja, dia pasti bakal memaafkanmu.""Cepat pulang, dia pasti lagi menunggumu pulang."Dia pasti sedang menunggumu pulang ....Beberapa kata ini masuk ke benak Andreas, seketika dia merasa seperti ada gejolak di hatinya.Aku menunggumu pulang ....Benaknya perlahan-lahan dipenuhi dengan kalimat ini.Seakan-akan ada suara yang terus bergumam di telinganya, "Aku menunggumu pulang."Suara itu sangat familier ...."Penantian," ujar Andreas tiba-tiba.Begitu menyadari kata yang dia ucapkan, Andreas terkejut.Dia merasa kata "penantian" ini sangat familier. Tadi waktu dia mengucapkan kata ini, hatinya seperti ditusuk sesuatu.Samar-samar terasa sakit.Namun, apa makna dari kata ini?Andreas se
Di gambar desain itu, terlihat kalung yang sangat bagus.Di bagian liontinnya ada sebuah pola yang rumit dan misterius. Waktu dia menggambar pola ini, dia hanya mengikuti hatinya.Namun, waktu sudah digambar, entah kenapa dia sangat suka.Dia bahkan tidak tahu apa arti gambar ini, tapi dia sangat puas dengan desain ini.Sangat suka!Suka sampai tidak sabar ingin merealisasikan desain ini.Melihat gambar desain di depannya, meski jelas-jelas adalah sebuah kalung, dia tiba-tiba seperti bisa melihat sepasang cincin.Andreas seakan-akan ingin menangkap sesuatu, tapi gambar itu hanya muncul sesaat lalu menghilang.Semakin dia berusaha ingin "mengingat" lebih banyak, dia semakin tidak bisa menangkap hal itu.Andreas menghirup napas dalam-dalam.Dia merilekskan diri untuk melanjutkan langkah selanjutnya.Selanjutnya, apa yang harus dia lakukan?Di ingatannya, dia tidak pernah membuat perhiasan, tapi dia bisa-bisanya tahu setiap langkah, seakan-akan ada suatu kekuatan sedang menuntunnya melaku
Satpam itu membuka pintu membiarkannya masuk.Andreas mengernyit lalu berkata, "Kamu ... kenal aku?"Seakan-akan karena mendekati kenyataan, jantung Andreas berdetak cepat."Kenal." Setelah selesai bicara, satpam itu mengernyit lalu terkekeh dan berkata, "Tapi nggak juga."Andreas bingung. "Apa maksudnya?"Satpam itu melihatnya dengan tatapan aneh. "Kamu sudah lupa? Benar juga, kamu kelihatannya seperti orang penting, orang penting mana mungkin ingat denganku?""Kamu juga harusnya sudah lupa di mana mesin itu, ayo aku bawa kamu ke sana."Satpam itu menuntun Andreas, Andreas juga mengikutinya."Malam itu sudah sangat gelap, mungkin kamu juga nggak melihatku dengan jelas. Tapi aku melihatmu dengan jelas.""Wajahmu ini .... Hehe, nggak ada maksud mau menyinggung. Wajahmu ini sangat mencolok, nggak mungkin lupa.""Nggak hanya itu, waktu itu auramu ...."Satpam itu pun berbalik melihat Andreas.Aneh sekali!Malam itu, pria ini jelas-jelas terlihat seperti seorang pemimpin yang berada tinggi
Sampai siang hari, Andreas tidak keluar kamar.Di siang hari, waktu Lala mengantarkan makan siang ke kamarnya, Andreas sedang menyiapkan karya yang mau dia sertakan di babak final.Kalau dulu, Lala pasti akan merasa gelisah.Namun sekarang, dia tahu kalaupun Andreas sudah membuat karyanya, setelah malam ini Andreas tetap tidak akan bisa ikut serta babak final ini lagi.Teringat rencananya malam ini, Lala tersenyum lalu maju melihat desain Andreas dengan rasa penasaran.Ketika dia melihat gambar kalung di kertas, Lala langsung tertegun."Ini .... Kamu yang gambar?"Begitu selesai bicara, Lala baru sadar kalau suaranya bergetar.Dia menyadari sesuatu lalu segera menutupinya, tapi Andreas menangkap keanehannya ini."Iya, ada yang salah?"Andreas berhenti menggambar lalu melihat Lala."Nggak, nggak ada."Lala berpura-pura tersenyum sealami mungkin. "Aku merasa gambarmu bagus sekali, desain kalung ini juga bagus.""Oh ya?"Andreas tidak percaya dengannya.Namun, sekarang dia juga tidak ingi