Benar-benar menjijikkan.Andreas pun langsung memotong kata-katanya.Lily tertegun sejenak, tadi dia sepertinya tidak dengar jelas, jadi dia bertanya memastikan, "Tuan Andreas, apa katamu?""Ibumu? Siapa namanya? Sarah Renata, 'kan?"Andreas menatap Lily.Tatapan yang dingin membuat hati Lily bergetar. "Iya, lebih tepatnya seharusnya adalah ibu angkatku."Ibu angkat? Heh ....Andreas mencibir dan berkata, "Benar-benar orang yang mementingkan perasaan. Tapi kamu bisa memikirkan kakakmu, kamu nggak memikirkan ibu angkatmu?"Lily tidak mengerti apa maksud cibiran Andreas tadi.Tiba-tiba, dia bersikap seolah-olah teringat sesuatu yang menyedihkan."Ayah angkatku kecelakaan. Ibu angkatku sudah bertahun-tahun hidup dengannya, perasaan mereka sangat dalam. Begitu ayah angkatku meninggal, ibu angkatku terus teringat padanya. Jadi, aku menyuruhnya pergi jalan-jalan agar pikirannya lebih tenang. Nanti setelah dia pulang, aku tentu saja bakal berbakti padanya."Saat berbicara, Lily bahkan menetes
Celine juga sudah sedikit mabuk.Suaranya agak keras dan orang-orang yang berada di sekitar juga sudah mendengarnya, termasuk Lily yang sedang memainkan piano tersebut.Akan tetapi, karena lantunan musik pianonya, Lily tidak bisa mendengar siapa yang sudah mengatakannya. Wanita itu lantas menoleh ke arah suara tersebut berasal. Kebetulan sekali pemandangannya juga dihalangi oleh pilar bunga.Padahal Lily merasa permainannya sudah sangat bagus. Buktinya tadi ada tamu yang memperlihatkan ekspresi memuji kepadanya.Orang yang bersuara tadi berani merendahkan dirinya.Hati Lily tidak senang. Sebelum Bastian menjemput Lily dan ibunya, Lily selalu bermain piano. Setiap ada kegiatan di sekolah, Lily juga selalu mendapatkan pujian karena permainan pianonya.Ketika teringat pada suara yang merendahkan dirinya tadi, Tuan Jayadi mungkin akan mengira bahwa kemampuan bermain pianonya benar-benar buruk.Semakin memikirkannya, Lily jadi semakin ingin menunjukkan kebolehannya.Lily juga semakin serius
Kakek yang bisa mendatangkan seorang pianis internasional untuk menjadi mentor tentu adalah kakek yang sangat luar biasa.Semua orang akhirnya merasa penasaran dengan kakek yang dimaksud oleh wanita ini."Nona, nama kakekmu adalah ...."Akhirnya ada yang menanyakan pertanyaan itu.Memang pertanyaan ini yang sudah ditunggu-tunggu oleh Lily ketika membalas, "Kakekku bernama Richard Nadine."Richard Nadine ....Mendengar nama itu, semua orang yang ada di sana pun tertegun sejenak. Tidak lama kemudian, ada yang matanya langsung bersinar dan terlihat kaget."Apakah maksudmu Richard Nadine dari Perusahaan Perhiasan Nadine?""Benar!"Ketika wanita itu mengangguk dengan malu-malu, orang-orang yang tidak mengenal siapa Richard Nadine akhirnya sudah menyadari status wanita yang ada di hadapan mereka ketika mendengar Perusahaan Perhiasan Nadine.Mereka sama-sama jadi teringat pada acara perkenalan yang diadakan oleh Perusahaan Perhiasan Nadine.Ada orang yang sampai berjalan mendekati Lily dan be
Pria yang bernama Hilton tadi sudah memahami maksud pernyataan Lily. Pria itu sangat cerdas dan segera berjalan ke arah wanita yang bersuara tadi untuk membantu Nona besar Keluarga Nadine unjuk gigi.Pertama, dia melihat punggung seorang pria. Selanjutnya, dia pun melihat wanita yang duduk di seberang pria tersebut.Ketika wanita itu menatapnya, Hilton langsung tertegun dan matanya seperti terkesima.Celine lantas menggerakkan cangkir tehnya dan tersenyum sumringah sambil berkata, "Apa kamu ... mencariku?"Suara ini jelas adalah suara wanita yang terus menyerang Nona besar Keluarga Nadine.Pria itu berusaha menekan rasa kagumnya. Selanjutnya, Hilton pun berkata, "Nona, silakan!"Mungkin karena tadi Celine minum banyak sekali. Sekarang, dia jadi lebih pemberani. Wanita itu pun segera bangkit. Sebelum Celine sempat melakukan apa pun, Hansen segera menarik lengan Celine."Celine, kamu sudah mabuk. Aku akan mengantarkanmu pulang."Suara pria ini sangat lembut dan enak didengar.Akan tetapi
Tiba-tiba ada sebuah pemandangan yang muncul di dalam benaknya.Seorang wanita berambut panjang sedang duduk di depan piano dan nada-nada yang merdu telah melesat keluar dari jari jemarinya.Gadis kecil yang berada di sisinya terus memperhatikan wanita itu dengan tatapan terpesona.Setelah wanita itu menyelesaikan lagu tersebut, gadis kecil itu pun segera memeluk wanita itu dan berkata, "Ibu, kamu hebat sekali! Aku juga mau sehebat Ibu."Wanita itu pun menggendong gadis kecil tersebut dan mendudukkannya di paha sambil berkata, "Celine mau belajar main piano? Ibu akan mengajarimu."Kenangannya telah muncul.Sorot mata Celine seperti tersadar dan wanita itu pun bergumam, "Ibu?"Apakah wanita yang sangat cantik itu adalah ibunya?Sesuatu seperti meluap di dalam hati wanita itu. Dia tiba-tiba mendengar orang-orang mulai mendesaknya. Celine juga tidak berpikir lagi. Jari jemarinya langsung bergerak lincah di atas tuts-tuts piano tersebut.Alunan musik yang terdengar adalah alunan musik yang
Celine sudah tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang itu dan dia bisa memahami mereka.Jadi, dia pun melihat Lily.Lily yang dikelilingi oleh orang-orang itu pun tersenyum. Di dalam senyumannya terlihat sedikit kepasrahan, sedikit kepatuhan dan sedikit rasa malu. Wanita itu menunjukkan ekspresi polos. "Aku juga nggak tahu harus bagaimana. Aku ingin memenuhi semua permintaan kalian".Kesombongan dan kemunafikannya telah berhasil disembunyikan dengan baik. Kalau kamu tidak mengenalnya, kamu tidak akan bisa menyadarinya."Hehe!" Celine tidak tahan dan tersenyum dingin.Wanita ini hampir kembali mengatakan "Jelek sekali!"Pada saat itu, Celine jadi agak menyesal sudah capek-capek memainkan lagu tersebut.Lebih baik dia segera pulang supaya tidak menghabiskan waktu bersama dengan Lily di tempat ini dan harus menahan rasa mual.Senyuman sinis Celine telah membuat Lily marah.Melihat Celine hendak pergi, Lily pun merasa dipermalukan. Wanita itu menggigit bibirnya dan memasang ekspresi sedih
Kemunculan Andreas membuat Hansen sedikit terkejut.Lalu ketika rasa terkejut itu masih menguasainya, Andreas sudah melindungi Celine. Hansen pun berdiri di depan mereka berdua sehingga memisahkan Lily dari dua orang yang ada di belakangnya."Apa yang ingin kamu lakukan?" Hansen melihat Lily dan bertanya dengan wajah tanpa ekspresi.Sejak Tuan Richard mengakui Lily,meskipun Hansen tidak menyukai Lily, ketika bertemu dengan Lily, dia biasanya akan bersikap sopan karena Lily adalah darah daging kakek.Lily juga mengetahuinya. Hansen melindungi dirinya karena statusnya.Bagaimanapun, Hansen berutang budi pada Tuan Richard dan pasti akan memperlakukannya dengan baik.Jadi, Lily bisa memanfaatkannya.Sayang sekali dia tidak menyangka bahwa sorot mata Hansen ketika melihatnya sekarang terlihat dingin."Kak Hansen ...."Lily berteriak dan menjelaskan, "Aku nggak bermaksud melakukan apa pun. Aku hanya ingin mengajak kakak untuk sama-sama menghadiri pesta kakek."Lily yang kalut pun terpaksa m
Celine pun diam-diam mendelik.Kepalanya bersandar di dada Andreas. Melihat gaya Lily, Celine yang sebenarnya ingin menghindar dari publik tiba-tiba berubah pikiran.Lily menggigit bibirnya dan mengatakan ingin menjelaskan, tapi dia sama sekali tidak menjelaskan apa pun.Wanita itu sedang menunggu reaksi cemburu dan marah Celine ataupun mengibaskan tangannya dan meninggalkan tempat itu. Andaikan saja Celine memukul Lily, Lily tentu lebih senang lagi.Dia bisa menggunakannya sebagai alasan untuk pura-pura menderita dan mendapatkan simpati.Akan tetapi, kepala Celine yang bersandar di pelukan Andreas malah semakin mencari kenyamanan di dada pria itu. Celine kelihatannya ingin melepaskan diri dari pelukan Andreas, tapi dia ternyata hanya bergerak-gerak. Tadi hanya kepalanya yang menempel di dada pria itu, sekarang sudah berubah menjadi wajahnya.Lalu seperti masih belum puas juga, Celine langsung memeluk pinggang Andreas.Wanita itu melihat sorot mata Lily, lalu meniru Lily yang berpura-p
Tubuh mereka hanya terpisah oleh dua lapis pakaian.Andreas seharusnya segera melepaskan diri, tapi saat itu, tubuh Andreas membeku, dia bahkan berhenti bernapas.Di telinganya terngiang kata-kata wanita ini tadi, yaitu "Akhirnya pulang juga".Dia bisa merasakan dengan jelas penantian dan kerinduan wanita ini. Teringat dengan kata-kata staf hotel tadi, muncul kilatan di mata Andreas.Wanita ini sedang bertengkar dengan suaminya.Orang yang dia tunggu dan rindukan juga sudah pasti adalah suaminya.Kenapa dia bisa-bisanya merasa kalau itu dia? Seakan-akan yang ditunggu wanita ini adalah dia.Namun, mana mungkin?Andreas tertawa pahit, dia menekan rasa cemburu yang muncul di hatinya. Dia ingin melepas lengan yang memeluk pinggangnya, tapi lengan itu malah memeluknya semakin erat.Seakan-akan takut dia menghilang.Suaranya seperti kucing kecil menangis, terdengar sangat sedih. "Jangan tinggalkan aku lagi, Andreas ...."Hati Andreas seketika melunak.Meski tahu orang yang dimaksud wanita in
Andreas menggelengkan kepala untuk menyingkirkan perasaan aneh itu.Setelah mengurus pria yang pingsan itu, dia hendak menutup pintu, tapi malah kembali mendengar suara wanita itu."Andreas, tolong ...."Suaranya terdengar sangat menderita.Andreas mengira wanita itu dalam bahaya, jadi dia yang tadinya mau menutup pintu akhirnya merasa khawatir.Dia memberi tahu dirinya sendiri, dia akan pergi setelah memastikan wanita itu baik-baik saja.Andreas pun membuka lampu di kamar dan memastikan tidak ada orang lain, dia hanya melihat samar-samar ada orang yang berbaring di sofa.[Tuan Andreas ambil saja, Nyonya ada di kamar.]Kata-kata staf hotel tadi terngiang-ngiang di benaknya.Orang yang berbaring di sofa harusnya adalah "nyonya" yang dia maksud.Pada akhirnya, rasa penasaran Andreas menang dan dia pun berjalan ke sofa.Selangkah, dua langkah, tiga langkah ....Langkahnya sangat ringan, tapi detak jantungnya malah semakin cepat.Sampai waktu dia melihat wajah orang yang berbaring di sofa
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran