Di dalam hatinya, Lily benar-benar tidak bisa menerimanya.Dia tidak akan memberi tahu siapa pun mengenai penemuan ini. Dia bahkan harus menutup kemungkinan rahasia ini sampai terbongkar.Lily melihat Irina dan tatapannya seperti sedang menyembunyikan rencana."Irina, kamu jangan bertempur melawan Celine lagi. Dia adalah wanita yang sangat hebat. Dia unggul dalam segala sisi kalau dibandingkan denganmu. Mata semua orang selalu tertuju padanya. Nggak ada siapa pun yang bisa mengubah fakta ini."Lily bisa mengatakan hal tersebut karena dia sangat memahami Celine.Sejak kecil, Irina selalu berada di bawah bayang-bayang Celine. Dulu ketika hubungan mereka cukup baik, Irina selalu cemburu pada wanita itu. Sejak dia memasukkan obat ke dalam minuman Celine di bar, hubungan mereka telah rusak dan ketenangan yang sebelumnya ada juga sudah menghilang.Dibandingkan dengan dulu, Irina hanya bisa semakin tidak senang melihat kebahagiaan Celine.Ternyata, Irina membalas dengan tidak senang, "Apanya
"Huh! Apa kamu pikir kamu boleh bersikap seenaknya pada cucu perempuanku?"Tuan Richard lantas melihat ke arah Liam dengan tidak senang. Namun ketika dia melihat ke arah Celine, sorot matanya langsung berubah menjadi sangat penuh kasih sayang.Pria itu menepuk punggung tangan Celine dan berkata, "Celine, hari ini mereka datang untuk meminta maaf. Tapi kalau kamu nggak mau memaafkan mereka juga nggak masalah. Semuanya terserah kamu saja."Begitu Tuan Richard mengatakannya, wajah Liam dan Nyonya Mariska berubah panik.Sebelumnya, mereka merasa bahwa Celine tidak mungkin memiliki hubungan dengan Tuan Richard. Hanya saja, hari ini Angel kembali dan memberi tahu mereka bahwa Celine adalah cucu yang telah diakui oleh Tuan Richard.Di saat yang sama, Keluarga Nadine juga mengumumkan bahwa investasi yang sebelumnya sempat sudah disetujui di Kota Binara diputuskan akan dibatalkan.Saat itu, Liam akhirnya sadar betapa gawatnya masalah ini. Tanpa menunda-nunda lagi, pria itu langsung menyeret ora
"Alvin?"Liam dan Nyonya Mariska terlihat terkejut.Bukan hanya mereka, Hansen dan Richard juga menatap Celine.Celine merasa tatapan itu terasa sangat aneh.Dia tidak ingin menggali masalah ini lebih jauh.Sekarang setelah meminta maaf dan mengembalikan nama baiknya, Celine menatap Richard dan berkata, "Kakek, mari kita lupakan masalah ini."Richard masih terlihat serius.Seluruh ruangan masih sunyi senyap.Akhirnya Richard berkata dengan nada dingin, "Celly nggak akan memperpanjang masalah ini, tapi aku nggak mudah untuk dibodohi. Hansen, mari kita tunda masalah investasi untuk sementara. Kita akan lihat nanti."Liam sudah sangat puas dengan Richard yang tidak langsung menolaknya.Setelah meminta maaf kepada Celine berulang kali, Liam mengajak semua orang di ruangan itu pergi.Di dalam mobil, Liam dan Nyonya Mariska tidak mengucapkan sepatah kata pun. Setelah beberapa saat, keduanya berkata serempak."Alvin ....""Alvin ...."Keduanya saling memandang dan tahu telah memikirkan sesuat
Celine agak terkejut saat memikirkan panggilan telepon itu.Akan tetapi, Carla tersenyum pada Celine sambil berjalan ke arahnya dan memegang tangannya dengan penuh kasih sayang. "Kakek, kalau kamu begitu terburu-buru, kamu akan membuat Celly dan suaminya takut. Bukankah begitu, Celly?""..."Senyuman di wajah Celine menegang.Richard melihatnya dan malah mengira dia sedang malu."Yang Carla katakan masuk akal. Ayo kita ganti harinya, tapi tetapkan tanggalnya dan beri tahu aku sebelumnya. Aku juga harus siap-siap dulu!"Sepertinya Richard memberikan perhatian khusus pada suami Celine.Akan tetapi, Celine malah panik.Dia sedang memikirkan tentang suaminya dan tidak mendengar apa yang Carla katakan padanya dengan jelas sampai dia tiba-tiba berkata, "Celly, maafkan aku karena nggak bisa pulang untuk menemanimu untuk sementara waktu dan harus tinggal di luar, jangan kangen, ya!"Setelah Carla selesai berbicara, dia tersenyum pada Celine dan berlari ke lantai dua menuju ke kamarnya.Alis Ce
Keesokan harinya, Celine pergi ke perusahaan.Saat dia keluar, mobil Hansen sudah menunggu."Celly, aku akan mengantarmu."Hansen membukakan pintu mobil untuk Celine. Begitu Celine masuk ke dalam mobil, orang lain masuk.Hansen memperhatikan James di kursi belakang dan raut wajahnya terlihat kesal."Hansen, tolong antar aku ke perusahaan."James melirik Hansen dan menyapa Celine seolah menganggap Hansen sebagai sopirnya.Hansen diam-diam memutar matanya dan menahan keinginan untuk mengusir James dari mobil.Menurut rutenya, Hansen mengantar Celine terlebih dahulu sebelum James.Setelah Hansen pergi, Hansen menghubungi nomor telepon Andreas."Andreas, aku berusaha sangat keras untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Nadine. Tenang saja, aku akan mengawasi si cantik itu untukmu, tapi ada masalah ...."Semalam saat sedang berjalan-jalan keluar, James mendengar pelayan itu berbicara tentang persiapan menjamu suami Celine.Dia berpura-pura bertanya dan mengetahui Richard ingin bertemu dengan sua
Wajah Celine memerah. Tadi dia masih bisa bicara dengan lugas, tetapi sekarang dia malah terdiam seribu bahasa."Ka ... kamu ...."Obrolan omong kosong macam apa ini?Celine menarik napas dalam-dalam sambil menyentuh pipinya yang panas dan akhirnya berhasil menenangkan hatinya yang agak kacau, kemudian berkata dengan penuh pembelaan diri, "Siapa yang kangen kamu?""Kamu ...."Andreas tertawa terbahak-bahak.Satu kata samar itu membawa akal sehat Celine kembali.Celine hendak menutup telepon karena malu, tetapi tiba-tiba Andreas tidak bisa menahan tawanya dan menarik luka di bahunya dan mengerang pelan.Celine agak terkejut. "Ada apa denganmu?"Andreas menunduk dan melihat lukanya berdarah lagi.Dia tidak ingin Celine khawatir, tetapi rasa sakit dari lukanya menjadi semakin parah dan merasa pusing saat hendak bangun. Dia berhasil menstabilkan tubuhnya, tetapi tanpa sengaja menjatuhkan gelas air di sampingnya.Owen mendengar suara itu dan segera bergegas ke kamar. "Tuan ...."Celine juga
"Oke." Hansen menyalakan mobil.Setengah jam kemudian, mobil berhenti di luar Rumah Sakit Gladius.Celine menunggu sampai mobil memasuki tempat parkir bawah tanah, kemudian meminta Hansen untuk mengantarnya ke pintu rumah sakit. Dia keluar dari mobil terlebih dahulu, lalu berlari ke rumah sakit....Di bangsal, Andreas terlihat pucat.Tadi dia pingsan dan terbangun di bangsal rumah sakit.Dokter memeriksa dan menemukan lukanya terinfeksi. Setelah Andreas bangun, hal pertama yang dia pikirkan adalah Celine. Dia ingin bertanya pada Owen, tetapi saat berikutnya dia melihat Marco masuk dari pintu."Tuan Ketiga, ada apa denganmu? Tadi kudengar kamu pingsan, apa sekarang kamu baik-baik saja? Menurutku seharusnya kamu nggak pergi dari rumah sakit dan harus tinggal di sini di bawah pengawasan dokter sampai kamu pulih."Kaki Marco terluka.Dia menggunakan tongkat dan ditopang oleh dua perawat di sampingnya.Melihat Andreas tidak mengatakan apa pun, Marco bertanya dengan panik, "Sudah ada inform
Saat panik, Carla menyentuh dada dan perut Andreas dengan sembarangan dan mencoba membantunya menyeka air di tubuhnya.Andreas meraih pergelangan tangan Carla dengan jijik."Ah .... Andreas ...." Pergelangan tangan Carla sakit dan dia menatap Andreas dengan wajah sedih.Marco menatap kedua orang itu dengan penuh minat.Andreas ingin menghempas tangan Carla, tetapi tiba-tiba sosok tidak asing yang muncul di pintu bangsal membuatnya membeku.Celine ....Kok dia ada di sini?Saat Andreas tertegun, suara menggoda Marco terdengar di telinganya. "Carla nggak sengaja, dia itu juga peduli padamu. Lihat, kamu menyakitinya."Mata Andreas berkilat seolah takut Marco akan menemukan Celine, jadi Andreas langsung membuang muka."Apa kamu baik-baik saja?" Andreas melepaskan pergelangan tangan Carla.Carla sangat terkejut saat mendengar kekhawatiran langka ini.Akan tetapi, Carla langsung bereaksi dan menggelengkan kepalanya. "Iya."Saat Andreas tertegun tadi, Carla tahu Celine sudah tiba.Senyuman mu
Benar ada Tuan Andreas!Dia tahu, suami istri biasanya pasti baikan, apalagi Tuan Andreas dan istrinya.Meski dia sudah sering melihat orang-orang yang suka selingkuh, Tuan Andreas dan istrinya benar-benar saling mencintai.Seperti yang dia duga, baru beberapa saat saja Tuan Andreas sudah menemukan lokasi Nyonya dan datang ke sini untuk berbaikan.Manajer itu berlari menghampiri Andreas dan berkata, "Tuan Andreas kenapa ada di sini?"Bukannya harusnya pergi ke kamar?Melihat Andreas mengernyit, dia akhirnya mengerti. "Tuan nggak bawa kartu kamar? Tuan, ini ...."Manajer itu menyerahkan sebuah kartu kepada Andreas dengan penuh hormat.Andreas melihat kartu itu, tapi tidak mengambilnya.Manajer pun terdiam.Kemudian, tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. "Tuan jangan salah paham, kartu ini biasanya hanya dipakai waktu keadaan darurat. Tuan tenang saja, staf hotel kami nggak akan masuk ke kamar tamu sembarangan."Andreas bingung.Namun, orang ini memanggilnya "Tuan Andreas".Dilihat dari eks
Mata Celine bergetar.Orang-orang bisa melihat betapa Andreas mencintainya. Teringat dengan kenangan-kenangan masa lalu, Andreas memang sangat mencintai dia."Aku mana mungkin marah padanya." Dia juga sangat mencintai Andreas!Dia ingin sekali Andreas bisa langsung muncul di hadapannya.Manajer tidak mengerti dengan ekspresi di wajah Celine, dia pun segera turun untuk meminta orang mengantarkan buah-buahan untuk Celine.Langit perlahan-lahan berubah gelap.Di luar Hotel Binara.Di sebuah mobil biasa yang berhenti di tepi jalan, Lala sedang mencengkeram setir mobil sambil melihat Andreas turun dari sebuah mobil lalu berjalan masuk ke hotel.Melihat sosok Andreas yang tidak terlihat lagi, cengkeraman Lala semakin kuat.Andreas ....Dia jelas-jelas tidak suka dengan acara seperti ini, tapi hari ini dia malah menghadiri pesta ini.Selama dua hari ini, Lala memperhatikan semua gerak-gerik Andreas. Dia yakin kalau Celine tidak tahu Andreas ada di Binara, sementara Andreas kalaupun melihat Ce
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang