Jeremy sangat cemas.Dia tahu jelas sifat ibunya.Egois, materialistis, juga gegabah.Demi mendapatkan yang dia inginkan, dia bisa mengabaikan moral dan juga batasan orang-orang.Namun Celine bukan orang yang sanggup dia singgung. Tidak hanya itu, Jeremy juga tidak ingin Jessy mencari masalah dengan Celine.Mendengar ocehan Jeremy, Jessy jadi agak kesal."Aku sudah ketemu Celine," ujar Jessy ketus.Dia bisa mendengar dengan jelas suara napas Jeremy yang terhenti. "Kamu nggak melakukan apa-apa ke Celine, 'kan?"Dari nada suaranya, tidak terdengar dia lebih mengkhawatirkan Celine atau Jessy.Kalau dulu, Jessy pasti bakal marah lagi.Namun hari ini, dia sangat senang!"Memangnya aku bakal apain dia? Celly sebaik itu, aku mana mungkin tega menyakitinya?" Begitu memikirkan Celine, senyum di wajah Jessy langsung melebar.Jeremy pun terdiam.Dia mengira dia salah dengar."Oh ya, aku ini mau tanya kamu, Celly suka apa?" Jessy teringat dengan tujuannya.Di seberang telepon, Jeremy masih tertegu
"Tadi aku lihat ...."Di bawah tekanan yang sangat kuat, anak orang kaya itu sangat tegang. Dia langsung menggeleng sambil berkata, "Nggak lihat apa-apa!""Oke, terus aku suka siapa ...." Jeremy melipat lengannya di depan dada.Jelas terlihat sedang mengancam, asalkan tuan muda satu ini mengucapkan satu kata saja yang membuatnya kesal, dia bakal langsung memberinya hukuman.Anak orang kaya itu langsung ketakutan."Nggak, Tuan Muda nggak suka siapa pun, aku nggak tahu apa-apa."Anak orang kaya itu segera mundur, dia seakan-akan takut akan dibunuh kalau dekat dengan Jeremy.Tatapan Jeremy yang membuat orang merinding itu terus tertuju pada anak orang kaya itu, sampai akhirnya dia berkata, "Pergi!"Anak orang kaya itu seakan-akan bebas.Dia langsung lari secepat mungkin.Waktu sudah tidak ada orang, ekspresi galak Jeremy baru menghilang.Namun, keningnya tetap berkerut. Di benaknya, kata-kata anak orang kaya tadi seperti kutukan yang tidak bisa keluar dari otaknya.Dia suka siapa ....Wak
Saat ini, Celine baru saja keluar dari Menara Nadine.Di luar, sinar matahari sangat lembut, di sekitar tidak ada angin, tapi Celine malah merinding.Dia pun tertegun.Sebuah perasaan yang aneh muncul, tepat ketika dia mau mencari tahu, dia mendengar ada yang memanggilnya."Celine!"Celine berbalik dan melihat orang yang menghampirinya.Carla ....Carla berlari kecil ke sisi Celine. Celine mengira Carla mengejarnya demi saham 10% itu.Namun, di luar dugaannya, Carla malah berkata, "Soal Lily, kamu tenang saja."Lily ....Muncul kekagetan di mata Celine, tapi dalam sekejap, dia pun mengerti. "Kamu tahu dia itu Lily!"Teringat hari itu waktu dia dituntun "Lala" ke rumah sakit jiwa, Carla mencoba untuk menghentikannya. Apakah waktu itu Carla sudah tahu kalau "Lala" itu Lily?Carla bahkan bisa menebak kalau hari itu dia bakal celaka!"Maaf, hari itu aku nggak berusaha keras menghentikanmu. Untungnya kamu selamat.""Waktu aku mendengar kabar kematianmu, aku juga nggak terlalu percaya. Aku s
"Dia bakal pulang!"Celine sangat yakin.Terkadang, tidak ada kabar adalah kabar baik. Andreas mungkin sedang di situasi yang membuatnya tidak bisa memberi kabar.Namun, asalkan tidak menemukan mayatnya, berarti dia pasti masih hidup.Celine tahu, mereka akan terus mencari. Sedangkan yang bisa dia lakukan adalah menjaga kandungannya baik-baik sambil menunggu Andreas pulang.Andreas ... pasti akan pulang!Dylan kembali tertular dengan keyakinan Celine. "Benar, dia pasti bakal pulang, dia pasti pulang."Sementara saat ini, di sebuah rumah sakit.Terlihat seseorang yang terbaring tidak sadarkan diri di kasur, jarinya tiba-tiba bergerak.Namun, hanya sekali lalu kembali seperti tidak terjadi apa-apa.Di Mastika.Di sebuah gunung yang tidak mencolok, sebuah mobil melaju menaiki gunung lalu akhirnya berhenti di sebuah rumah yang tidak mencolok.Carla turun dari mobil dan langsung berjalan ke pintu.Sepertinya ada orang yang tahu dia akan datang, pintu dibuka dari dalam lalu menyambutnya masu
"He ... hehe ...." Carla tersenyum sinis.Dia benci Lily, apalagi wajah ini. Oleh karena itu, melihat gabungan dari dua orang ini begitu menderita di depannya, tidak bisa melakukan apa-apa, dia merasa sangat puas.Senyuman Carla semakin cerah, membuat Lily yang memberontak semakin kesal."Carla ... Carla ... Carla ...." Setiap kali Lily berusaha untuk maju, dia memanggil Carla sekali. Matanya yang memelototi Carla penuh dengan kebencian.Carla hanya berdiri diam di tempatnya.Namun, penghinaannya terhadap Lily masih terus berlanjut."Lily, waktu kamu masih jadi Lily, aku sudah nggak suka denganmu. Pura-pura lemah, pura-pura baik hati, seakan-akan sangat suci tanpa noda. Tapi kamu yang paling kotor dan kejam.""Setelah kamu jadi Lala .... Heh, muka ini ....""Harus diakui, hasil operasinya bagus juga, sangat mirip. Nggak hanya muka, bahkan hatinya juga sama.""Orang luar tahunya Lala ceria dan ramah, tapi sebenarnya dia itu ular yang paling berbisa. Dibandingkan dengannya, kamu kalah ja
"Belakangan ini terjadi sebuah hal besar."Suara Carla membuat Lily refleks merasa hal besar yang dia maksud sudah pasti sesuatu yang tidak dia inginkan.Muncul ketakutan di mata Lily, dia ingin menolak mengetahui hal besar ini.Namun sekarang, dia di bawah kendali orang.Carla tidak hanya mau menyiksanya secara fisik, dia juga mau menyiksanya secara mental."Nggak ...."Baru saja Lily menyebutkan satu kata, Carla sudah merebut kesempatannya untuk menolak. "Celine hamil."Lily jelas terlihat terkejut.Dia tidak mau dengar, tapi setiap kata bagaikan jarum masuk ke telinganya, seperti cairan asam yang mengenai kulitnya dan terus terngiang-ngiang di benaknya.Celine ... hamil ....Dia hamil anak Andreas!Di benaknya, kata-kata ini bagaikan tanaman yang mengakar di otaknya.Dia membayangkan Celine menggandeng anaknya lalu bersandar di pelukan Andreas dengan sangat bahagia. Dia seketika merasa hatinya seperti disayat-sayat."Mana boleh ...." Kenapa jadi begini?Lily berkata dengan suara pen
Tawanya sangat menakutkan.Bahkan Carla saja tanpa sadar mengernyit, hatinya merinding.Suara tawanya bergema di ruangan yang kosong itu. Setelah entah berapa lama, Lily menggumamkan satu nama."Celine!""Aku Celine!""Benar, aku ini Celine.""Aku keturunan asli Keluarga Nadine, aku anak Donny dari Keluarga Tjangnaka. Aku punya kakak yang menyayangiku, suami yang mencintaiku dan aku ... lagi hamil ...."Lily menunduk lalu mengelus perutnya. "Aku hamil, aku senang sekali. Hehe, aku Celine, aku Celine. Kamu mau menyelamatiku?"Lily menatap Carla.Tatapannya itu sangat menakutkan.Carla melihat Lily beberapa saat.Apakah Lily sudah gila?Apakah benar-benar gila? Atau hanya pura-pura?Dia menganggap dirinya Celine?Namun, orang seperti Lily mana pantas menganggap dirinya jadi Celine?"Kamu bukan Celine!" ujar Carla secara perlahan.Kalaupun Lily benar-benar sudah gila, Carla juga tidak akan mengizinkan Lily bersembunyi di dunia indah yang ada di khayalannya. "Kamu bukan! Kamu Lily, aku aka
"Baik.""Nggak boleh terlalu lelah.""Baik.""Apa pun yang terjadi, harus diskusi sama kita.""Iya."Hansen dan Albert terus berpesan, Celine pun menyetujui semuanya. Dia tahu kalau ini bentuk perhatian mereka padanya.Sementara dia ...."Kak Hansen, Kak Albert, kalian tenang saja, aku pasti baik-baik saja," ujar Celine sambil tersenyum tipis.Senyuman ini membuat Hansen dan Albert tertegun sejenak.Sejak Andreas menghilang, Celine terkadang bisa tersenyum, tapi senyumannya itu membuat mereka kasihan. Namun sekarang, dia sepertinya kembali seperti dulu.Bersemangat, nakal, polos dan hangat.Celine bilang dia akan baik-baik saja!Saat ini, kekhawatiran Hansen dan Albert selama beberapa waktu ini akhirnya berkurang banyak.Meski sampai sekarang mereka masih tetap mencari Andreas setiap hari, setiap kali tidak ada kabar, mereka juga tidak yakin apakah Andreas bisa kembali.Kalau Andreas tidak bisa kembali, Celly tetap harus hidup."Oke, bagus juga kamu melakukan yang kamu inginkan."Hanse
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s