“Iya nona. Ini Embun asisten saja di kantor.” “Embun. Ini, nona Naya istri tuan presdir.” Nick memperkenalkan Embun pada Naya begitu juga sebaliknya.Embun mengangguk, lalu mengulurkan tangan.”Salam kenal nona.” Dengan senang hati Naya menerima uluran tangan Embun.” Senang berkenalan denganmu. Embun.”“Nona. Tuan ada?” tanya Nick. “Ada di ruang kerjanya.” Nick mengangguk mengerti.” Kalau begitu, saya menemui tuan dulu.”“Embun. Kau temani nona dulu disini.” Embun menganggukan kepala patuh.” Baik tuan.”Setelah itu Nick meninggalkan kedua wanita itu di ruang tamu sedangkan Nick menemui Felix di ruang kerjanya.“Embun, kamu sudah lama menjadi asisten Nick?” tanya Naya penasaran. Karena selama ini belum sekalipun Naya melihat Nick bersama seorang wanita. Lagipula siapa yang mau dengan pria berwajah dingin macam Nick. Yang ada juga mereka malah takut.Embun menggeleng.” Tidak nona, baru sekitar beberapa bulan yang lalu.” jawab Embun jujur.Embun merasa tidak nyaman, ini baru pertam
Semakin hari Nick semakin perhatian dengan Embun, bahkan pria itu termasuk pria yang teramat prosesif pada pasangan. Buktinya Embun merasakan hal itu.Seperti saat ini, ketika mereka hendak makan siang sepulang dari meeting di luar. Siang hari dengan cuaca yang terik memang sangat cocok jika makan sesuatu yang pedas-pedas. “Saya pesan mie pedas level lima.” ucap Embun pada pelayan.“Eh. Tidak-tidak. Level nol saja.” potong Nick membuat Embun langsung memelotinya.“Eh. Maksudnya mungkin dia pesan moe yang sama tapi level nol.” bun mencoba mengklarifikasi.“Aku tidak pesan mie. Level nol untuk mie miliknya.” tunjuk Nick memperjelas. Pelayan pun sampai di buat bingung oleh kedua orang ini. “Jadi. Mie dengan level nol atau mie dengan level lima?” tanya nya bingung.“Level lima.”“ Level nol.” Jawab mereka bersamaan. Pelayan itu tambah bingung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“ Tuan. Itu makanan ku. Jadi aku yang akan memakannya. Kenapa anda malah yang menentukan? Kesal Emb
Semalaman Embun tidak bisa tidur, gara-gara mengingat perlakuan dan perkataan Nick padanya.“Astaga! Ada apa denganku?”“Ayolah Embun. Tidur. Tidur. Besok kau harus bekerja.” ucap Embun bermonolog sendiri. Berusaha untuk memejamkan matanya. Namun tetap saja Embun tidak bisa tidur, gadis itu hanya membolak balikan badan, kesana kemari. “Ah!” Embun berteriak frustasi mengusap wajahnya dengan kasar. Embun kembali duduk bersandar di tempat tidur diam melamun.Pantaskah dia berharap lebih? Embun rasa tidak.Dirinya yang hanya gadis miskin sedangkan Nick? Ah! Jangan ditanya dia seorang asisten pribadi presdir Glendale yang pasti memiliki kekayaannya yang sangat banyak.Lalu apakah Embun harus percaya dengan semua perkataan pria itu tadi?Entahlah! Pagi ini Embun bangun dengan kantung mata yang menghitam seperti panda. Gadis itu melangkah gontai memasuki kamar mandi.Seperti biasa pagi-pagi sekali Embun segera membersihkan diri, kemudian bersiap untuk berangkat kerja. Sengaja Embun m
Hari ini adalah adalah jadwal fitting baju pengantin sesuai dengan rencana. Pagi-pagi sekali Nick sudah menjemput Embun di tempat kosnya. Sengaja Nick menjemput Embun lebih awal atas permintaan Naya. Kali ini Embun yang sudah standby menunggu Nick di depan, gadis itu tidak ingin kejadian memalukan waktu itu terulang kembali. Semalam Embun telah diberitahu jika akan di jemput pagi ini.Sepuluh menit menunggu, akhirnya mobil Nick datang.“Ayo naik, kita langsung jalan sekarang.” titah Nick setelah membukakan pintu dari dalam.Embun menganggukan kepala,”Iya tuan.” Gadis itu bergegas naik, setelah Embun naik Nick langsung melajukan kembali mobilnya. Tidak butuh waktu lama Nick sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Felix.“Ayo. Nona sudah menunggu di dalam.” “Iya tuan.” Embun dan Nick turun bersamaan, setelah itu Nick langsung mengajak Embun masuk. Di meja makan Felix dan Naya sudah menunggu kedatangan Embun dan juga Nick. Begitu melihat Nick datang Naya langsung menyambutnya
Dua hari berselang dimana hari ini adalah hari pesta resepsi pernikahan Felix dan Naya. Baik keluarga Edoardo maupun keluarga Glendale sudah berada di hotel tempat dimana akan dilangsungkannya pesta. Nick dan Embun juga sedang sibuk memantau persiapan agar semua berjalan dengan lancar.Di aula gedung hotel bintang lima, dimana akan adanya pesta berlangsung, saat ini sudah dipenuhi oleh para tamu undangan yang berasal dari orang-orang penting relasi dari kedua keluarga mempelai. Seorang pembawa acara sudah berdiri di atas panggung kecil dan bersiap memulai acara. “Hadirin, Undangan yang kami hormati.Siang yang indah, penuh kebahagiaan kita rasakan bersama karena pada hari ini, bapak dan ibu dapat menghadiri resepsi pernikahan yang diselenggarakan oleh Tuan Albert dan Nona Naya Edoardo.“Hadirin, Undangan yang berbahagia.Sesaat lagi,kedua mempelai akan memasuki ruangan ini. Kami mengundang bapak dan ibu untuk ikut berjaga di hamparan karpet merah menyambut kehadiran sepasang anak
Brak!“Brengsek! Bisa-bisa mereka pesta di atas penderitaanku!” Vanya berteriak marah sesaat setelah melihat video yang Alex tunjukan pada wanita itu. Alex mengusap tangan Vanya.” Tenanglah. Duduk.” titah Alex dengan lembut. Dengan nafas yang naik turun Vanya terpaksa mengikuti arahan dari Alex.“Bagaimana aki bisa tenang. Papa lihat!” Vanya menunjuk ponsel Alex yang berisi video pesta pernikahan Felix.“Lihatlah pah! Bahkan si tua bangka itu terlihat sangat bahagia. Padahal baru kemarin dia datang dan mengatakan akan mengeluarkan ku secepatnya dari sini. Dasar pendusta!” umpat Vanya penuh emosi.“Dia kemari?”tanya Alex memastikan. Vanya mengangguk.” Iya. Kemari dengan wajah menyesal dan banyak janji ini itu. Ck! Buktinya mana?” Alex menyunggingkan, membuat Vanya menautkan alis.“Papa kenapa malah senyum-senyum? Senang iya. Melihat putrinya di penjara dan hanya di janjikan kebebasan yang nyatanya mana?!” seru Vanya.Kedatangan Glendale kemarin, membuat Vanya merasa di atas angin.
“Kau bilang apa!” Teriak Alex marah. Bagaimana tidak? Putri kesayangannya dikatain wanita ular! “Iya. Wanita ular yang pandi memutar balikan fakta.” “Asal anda tahu. Putri anda telah melakukan hal kriminal terhadap istri saya dan semua itu jelas ada buktinya. Sekarang anda datang minta pertanggungjawaban saya?”“Astaga! Yang benar saja.” Felix menggelengkan kepala tidak percaya dengan pola pikir pria di hadapannya ini. Anaknya yang jelas-jelas bersalah, lalu kenapa Felix yang harus bertanggung jawab. Alex menyeringai.” Kita lihat saja. Siapa yang akan menang disini.” ucapnya dengan tegas, matanya menatap tajam Felix, kilat permusuhan terlihat jelas disana. Setelah mengatakan itu Alex berbalik lalu melangkah keluar dari rumah Felix tanpa pamit. “Astaga. Ada orang seperti itu.” ucap Nick menggelengkan kepala melihat Alex yang tidak ada sopan santun sama sekali.“Biarkan lah orang sepertinya tidak perlu diladeni” sahut Felix. Tubuhnya masih lelah untuk meladeni mereka yang ingin m
“Kenapa kamu terkejut melihat ku?” wanita itu menyeringai.Naya menggeleng kuat, Naya tahu wanita di hadapannya ini jahat, terakhir mereka bertemu wanita itu melakukan hal yang hampir membuatnya celaka. Dan Naya tidak ingin hal itu kembali terjadi.Naya tahu wanita ini yang menginginkan suaminya. Naya yang melihat Vanya melangkah maju semakin panik.Ya. Wanita yang mendatangi Naya saat ini adalah Vanya.“Jangan takut. Kemarilah. Aku hanya ingin mengucapkan selamat untukmu. Ini aku bawakan kado.” Vanya mengangkat kotak yang dia bawa ke depan menunjukkannya pada Naya.‘Bagaimana ini? Felix tolong aku!’‘Nick! Embun! Kalian dimana cepatlah kemari!’ jerit Naya dalam hati.“Loh! Nona ngapain disini. Astaga! Apa ada yang sakit.” ucap bibi panik. Bibi meletakan nampan di sembarang tempat, wanita paruh baya itu bergagas menghampiri Naya lalu membantu membawa Naya duduk di sofa.“Biar saya ambilkan minum dulu non.” ucapnya lagi, sambil berlari ke belakang mengambil nampan yang dia tinggalkan
“Katakan padanya siapa wanita yang si bodoh itu penjarakan!” bentak Alex pada wanita yang baru saja dia hempaskan dengan telah membuka kain yang disumpalkan pada mulut si wanita. Hiks!“Tolong lepaskan aku Alex.” Wanita itu menangis memohon. Namun bukannya terketuk hati Alex, yang ada Alex malah semakin menatap wanita itu dengan tajam.“Cepat katakan! Rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga ini! Haha…” teriaknya.Sonya menatap Felix dan Glendale secara bersamaan.“Tuan Glendale, presdir Albert saya… ingin mengatakan sebuah rahasia yang selama ini saya simpan.” ucap Sonya.Ya. Wanita yang di sekap oleh Alex yaitu Sonya istrinya sendiri.“Katakan padaku. Apa yang anda ketahui nyonya?” tanya Felix mewakili Glendale yang duduk tidak berdaya.“Vanya adalah anak Adrian hasil dari hubungan gelap kami.” Duar!Glendale menggeleng kuat. Dunianya seakan hancur saat itu juga. Putra kebanggaannya tidak akan pernah melakukan hal semengijikan itu.“Anda jangan bohong! Apa maksud anda meng
“Kalian ini, bercandanya tidak lucu.” jawab Edoardo sambil terkekeh.Felix melirik Nick yang sama sedang meliriknya.“Tapi aku serius ayah mertua.” ucap Felix.“Benar tuan. Apa yang dikatakan tuan Albert, aku ingin melamar Embun untuk jadi istriku.” Nick ikut menimpali setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Edoardo.“Tunggu-tunggu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Memang sejak kapan anda pacaran dengan putri saya tuan Nick?” tanya Edoardo dengan wajah bingung. Di tidak pernah tahu atau mendengar rumor tentang Nick dan Embun, sekarang tiba-tiba pria itu datang melamar.“Tadi sore.” celetuk Nick yang membuat Edoardo dan Felix menatapnya dengan melongo.Sedangkan Embun yang bersembunyi di belakang tembok sana, menepuk jidatnya mendengar celetukan Nick.‘Astaga! Kulkas nih ya benar-benar dah ah!’ batin Felix mengerutuki Nick.“Sebentar. Apa aku tidak salah dengar? Kau baru sore tadi pacaran dan sekarang….” Edoardo melihat arloji di pergelangan
“Hah! Maksudnya?” Nick tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Felix.Dia datang kemari untuk curhat malah dia yang dibuat terkejut dengan kelakuan random tuannya itu.Felix menuntun membawa Nick duduk di sofa, lalu dia pun ikut duduk di samping asistennya itu.“Aku paham. Kau patah hati bukan, karena ditolak oleh Embun atau? Tidak direstui?”Nick tergelak.”Haha…anda salah tuan. Aku datang kemari membawa membawa kabar bahagia.”“Sebentar lagi aku akan menikah tuan. Menikah.” Nick mempertegas ucapannya.“Benarkah? Wanita mana yang apes mendapatkan kulkas macam ini.” ledek Felix, jauh di lubuk hatinya Felix ikut bahagia atas kabar yang disampaikan Nick.“Kau ini. Tentu saja Embun. Siapa lagi.” sahut Nick dengan rada kesal.Walaupun suka menggoda Nick, Felix mengucapkan selamat disertai doa untuk pasangan baru ini.Wah. Jika istrinya tahu bisa heboh! Dan dia harus tahu.Felix meminta Nick untuk menunggu di ruang tamu, pria itu beralasan untuk pergi mandi sebentar setelah itu melanjut
Embun mengarahkan pandangannya sisi lain, dia tidak ingin Nick melihatnya yang tersipu. Jujur Embun merasa pertemuanku kali ini terasa sedang berkencan dan ini yang pertama kalinya untuk gadis itu. Ketika masih bekerja sebagai asisten Nick mereka memang sering makan berdua di cafe, tapi kali ini Embun merasakan sesuatu yang berbeda. Awalnya mereka ngobrol-ngobrol biasa bercerita tentang masa awal keduanya bertemu. Gelak tawa pun tidak lepas dari bibir keduanya. Namun lama kelamaan obrolan mereka mengarah pada hal yang lebih serius.Nick menghadap Embun, menatap wanita itu dalam. Perlahan tangan Nick menyentuh tangan Embun lalu menggenggamnya. Mendapat perlakuan seperti itu, jantung Embun kembali berdisko, gadis itu menundukan kepala tidak berani menatap Nick yang sedang menatapnya tanpa berkedip.“Embun. Ayo menikah.” ucap Nick dengan mantap. Butuh mental yang cukup untuk Nick mengatakan satu kalimat itu.Embun mendongak, menatap Nick dalam, gadis itu sedang mencari kebohongan di
Satu persatu masalah selesai, kini kehidupan mereka sudah berjalan dengan seperti biasa. Felix kini sudah aktif kembali di perusahaan dan Nick selalu setia menemani sang presdir.Nick merasa kehilangan Embun setelah gadis tidak lagi bekerja atas permintaan Edoardo. “Woy! Melamun aja. Galau.” Ledek Felix ketika pria itu masuk kedalam ruangan Nick.Nick melirik sekilas.”Ck! Anda mengagetkan ku saja tuan.” ucap Nick berdecak sebal.Felix terkekeh, kemudian pria itu duduk di kursi yang berhadapan di hadapan Nick.“Kenapa tuh muka, ditekuk mulu?” Felix kembali bertanya, semenjak tidak ada Embun Nick sering murung.“Tidak apa tuan.” “Sudahlah. Kau tidak perlu bohong dengan ku. Kau menyukai Embunkan?”“Ck! Anda sok tahu.” “Tentu saja aku tau, terlihat tuh dari wajah. Dilipat mulu kaya kaya kanebo. Bilang kalau memang suka kenapa harus dipendam. Kau takut dengan mertuaku?” tanya Felix dengan penuh selidik. Padahal jika memang Nick menyukai Embun, Felix malah mendukung. Tidak perlu ada yan
Semua orang terperangah menatap gadis yang diperkenalkan Edoardo. Semua perkiraan mereka salah, seketika suasana hening kembali semua orang hanyut dalam pemikirannya masing-masing.Sejak kapan Edoardo memiliki dua putri? Namun semua terjawab ketika Edoardo menjelaskan secara detail kejadian demi kejadian di masa lalu, seketika suasana pesta menjadi mengharu biru, semua orang begitu terharu terutama kaum ibu-ibu.“Jadi begitu, saya begitu bersyukur hari ini bisa dipertemukan kembali dengan putri kami yang telah lama hilang. Mungkin hanya itu saja, terima kasih sudah mau mendengarkan berita bahagia ini.” Edoardo mengakhiri ceritanya.Setelah acara baby Zayyan, Zayyen usai, banyak yang memberikan ucapan selamat pada mereka. Hari sudah gelap ketika pesta benar-benar usai, para tamu undangan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kini di rumah itu hanya ada anak buah Nick dan pelayan yang sedang membereskan sisa pesta tadi. Nick pun tidak kalah sibuk saat ini.“Tuan. Minumlah dulu.”
“Maksud ibu apa?!” seru Naya dari balik pintu, wanita itu begitu terkejut dengan penuturan sang ibu. Felix yang berada di samping Naya juga tidak kalah terkejutnya. Nick, pria itu juga terkejut, saking kagetnya Nick hanya diam menatap kedepan tanpa mampu berkata-kata.Mendengar seruan Naya, Melani mendongak menatap putrinya itu, lalu bangun melangkah menghampiri Naya.“Embun. Sayang. Embun adalah adikmu yang hilang dua puluh tahun yang lalu.” jelas Melani, membuat mata Naya melotot tidak percaya.Naya menggeleng kuat. Bagaimana bisa?Sedangkan dari kecil dia tidak memiliki adik, lalu sekarang? Melihat reaksi Naya hanya diam, Melani menuntun wanita itu lalu mengajaknya duduk di samping Embun.Naya yang masih syok hanya menurut, Melani tampak mencari sesuatu dalam tasnya.“Lihat ini sayang.” Melani menunjukan sebuah foto pada mereka terutama Naya.“Ini adalah kamu saat umur satu tahun dan ini” Melani menunjuk satu bayi lagi.“Ini adalah Mila adik kamu yang hilang. Lalu ini.” Melani
Hari ini akan diadakan pesta menyambut kelahiran baby Zayyan dan baby Zayyen. Nick dan Embun menjadi orang tersibuk dalam menyiapkan pesta ini. Mulai dari mencari WO mencari pernak pernik untuk dekorasi sampai hidangan semua di serahkan pada Nick dan Embun. Namun tidak ada wajah lelah di kedua orang tersebut, semua menyiapkannya dengan hati yang bahagia. Rumah megah berlantai dua ini, bagian lantai dasar yang menjadi tempat acara sudah di dekor dengan begitu indah dengan konsep serba biru. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan.Di kamar baby Zayyan dan Zayyen Melani, Naya di bantu Embun sedang mempersiapkan baby Zayyan dan Zayyen.“Ah. Tuan muda kenapa anda sangat lucu.” ucap Embun dengan gemas. Bayi yang baru berusia tujuh hari, diberi kostum pangeran dengan warna biru. Ah. Itu terlihat sangat lucu!“Iya dong tante. Aku kan memang menggemaskan. Sejak lahir.” sahut Naya, dengan menirukan suara anak kecil. Ketiga wanita itu tergelak tertawa bersama. Sedari tadi Melani t
“Eh. Nyonya ada apa? Kenapa malah bengong di situ?” Suara Embun membuyarkan lamunan Melani dari keterkejutannya.Melani terkesikap, lalu melangkah pelan menghampiri Embun.“Bagaimana apa kamu sudah lebih baik?” Melani balik bertanya.Embun tersenyum lalu mengangguk pelan.” Ini sudah jauh lebih baik nyonya.” ‘Apa benar yang aku lihat barusan? Kenapa tanda itu?’ batin Melani masih bertanya-tanya. Ingin bertanya langsung pada Embun pun rasanya sungkan.“Nyonya.” panggil Embun lagi.“Eh. Iya, ah. Syukurlah kalau kau sudah lebih baik.”“Oh. Iya, aku kemari hanya ingin memberi tahu, jika Naya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.” jelas Melani, kemudian wanita itu duduk di kursi yang menghadap ranjang di mana Embun terbaring. Melani menatap Embun dalam, tangannya menggenggam gadis itu. Entah Melani merasakan sesuatu, tapi entah apa. Melani hanya pernah bertemu dengan Embun dua kali yaitu pada saat acara resepsi pernikahan Naya dan sekarang. Tapi merasa dekat seperti sudah lama kenal.T