Semakin hari Nick semakin perhatian dengan Embun, bahkan pria itu termasuk pria yang teramat prosesif pada pasangan. Buktinya Embun merasakan hal itu.Seperti saat ini, ketika mereka hendak makan siang sepulang dari meeting di luar. Siang hari dengan cuaca yang terik memang sangat cocok jika makan sesuatu yang pedas-pedas. “Saya pesan mie pedas level lima.” ucap Embun pada pelayan.“Eh. Tidak-tidak. Level nol saja.” potong Nick membuat Embun langsung memelotinya.“Eh. Maksudnya mungkin dia pesan moe yang sama tapi level nol.” bun mencoba mengklarifikasi.“Aku tidak pesan mie. Level nol untuk mie miliknya.” tunjuk Nick memperjelas. Pelayan pun sampai di buat bingung oleh kedua orang ini. “Jadi. Mie dengan level nol atau mie dengan level lima?” tanya nya bingung.“Level lima.”“ Level nol.” Jawab mereka bersamaan. Pelayan itu tambah bingung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“ Tuan. Itu makanan ku. Jadi aku yang akan memakannya. Kenapa anda malah yang menentukan? Kesal Emb
Semalaman Embun tidak bisa tidur, gara-gara mengingat perlakuan dan perkataan Nick padanya.“Astaga! Ada apa denganku?”“Ayolah Embun. Tidur. Tidur. Besok kau harus bekerja.” ucap Embun bermonolog sendiri. Berusaha untuk memejamkan matanya. Namun tetap saja Embun tidak bisa tidur, gadis itu hanya membolak balikan badan, kesana kemari. “Ah!” Embun berteriak frustasi mengusap wajahnya dengan kasar. Embun kembali duduk bersandar di tempat tidur diam melamun.Pantaskah dia berharap lebih? Embun rasa tidak.Dirinya yang hanya gadis miskin sedangkan Nick? Ah! Jangan ditanya dia seorang asisten pribadi presdir Glendale yang pasti memiliki kekayaannya yang sangat banyak.Lalu apakah Embun harus percaya dengan semua perkataan pria itu tadi?Entahlah! Pagi ini Embun bangun dengan kantung mata yang menghitam seperti panda. Gadis itu melangkah gontai memasuki kamar mandi.Seperti biasa pagi-pagi sekali Embun segera membersihkan diri, kemudian bersiap untuk berangkat kerja. Sengaja Embun m
Hari ini adalah adalah jadwal fitting baju pengantin sesuai dengan rencana. Pagi-pagi sekali Nick sudah menjemput Embun di tempat kosnya. Sengaja Nick menjemput Embun lebih awal atas permintaan Naya. Kali ini Embun yang sudah standby menunggu Nick di depan, gadis itu tidak ingin kejadian memalukan waktu itu terulang kembali. Semalam Embun telah diberitahu jika akan di jemput pagi ini.Sepuluh menit menunggu, akhirnya mobil Nick datang.“Ayo naik, kita langsung jalan sekarang.” titah Nick setelah membukakan pintu dari dalam.Embun menganggukan kepala,”Iya tuan.” Gadis itu bergegas naik, setelah Embun naik Nick langsung melajukan kembali mobilnya. Tidak butuh waktu lama Nick sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Felix.“Ayo. Nona sudah menunggu di dalam.” “Iya tuan.” Embun dan Nick turun bersamaan, setelah itu Nick langsung mengajak Embun masuk. Di meja makan Felix dan Naya sudah menunggu kedatangan Embun dan juga Nick. Begitu melihat Nick datang Naya langsung menyambutnya
Dua hari berselang dimana hari ini adalah hari pesta resepsi pernikahan Felix dan Naya. Baik keluarga Edoardo maupun keluarga Glendale sudah berada di hotel tempat dimana akan dilangsungkannya pesta. Nick dan Embun juga sedang sibuk memantau persiapan agar semua berjalan dengan lancar.Di aula gedung hotel bintang lima, dimana akan adanya pesta berlangsung, saat ini sudah dipenuhi oleh para tamu undangan yang berasal dari orang-orang penting relasi dari kedua keluarga mempelai. Seorang pembawa acara sudah berdiri di atas panggung kecil dan bersiap memulai acara. “Hadirin, Undangan yang kami hormati.Siang yang indah, penuh kebahagiaan kita rasakan bersama karena pada hari ini, bapak dan ibu dapat menghadiri resepsi pernikahan yang diselenggarakan oleh Tuan Albert dan Nona Naya Edoardo.“Hadirin, Undangan yang berbahagia.Sesaat lagi,kedua mempelai akan memasuki ruangan ini. Kami mengundang bapak dan ibu untuk ikut berjaga di hamparan karpet merah menyambut kehadiran sepasang anak
Brak!“Brengsek! Bisa-bisa mereka pesta di atas penderitaanku!” Vanya berteriak marah sesaat setelah melihat video yang Alex tunjukan pada wanita itu. Alex mengusap tangan Vanya.” Tenanglah. Duduk.” titah Alex dengan lembut. Dengan nafas yang naik turun Vanya terpaksa mengikuti arahan dari Alex.“Bagaimana aki bisa tenang. Papa lihat!” Vanya menunjuk ponsel Alex yang berisi video pesta pernikahan Felix.“Lihatlah pah! Bahkan si tua bangka itu terlihat sangat bahagia. Padahal baru kemarin dia datang dan mengatakan akan mengeluarkan ku secepatnya dari sini. Dasar pendusta!” umpat Vanya penuh emosi.“Dia kemari?”tanya Alex memastikan. Vanya mengangguk.” Iya. Kemari dengan wajah menyesal dan banyak janji ini itu. Ck! Buktinya mana?” Alex menyunggingkan, membuat Vanya menautkan alis.“Papa kenapa malah senyum-senyum? Senang iya. Melihat putrinya di penjara dan hanya di janjikan kebebasan yang nyatanya mana?!” seru Vanya.Kedatangan Glendale kemarin, membuat Vanya merasa di atas angin.
“Kau bilang apa!” Teriak Alex marah. Bagaimana tidak? Putri kesayangannya dikatain wanita ular! “Iya. Wanita ular yang pandi memutar balikan fakta.” “Asal anda tahu. Putri anda telah melakukan hal kriminal terhadap istri saya dan semua itu jelas ada buktinya. Sekarang anda datang minta pertanggungjawaban saya?”“Astaga! Yang benar saja.” Felix menggelengkan kepala tidak percaya dengan pola pikir pria di hadapannya ini. Anaknya yang jelas-jelas bersalah, lalu kenapa Felix yang harus bertanggung jawab. Alex menyeringai.” Kita lihat saja. Siapa yang akan menang disini.” ucapnya dengan tegas, matanya menatap tajam Felix, kilat permusuhan terlihat jelas disana. Setelah mengatakan itu Alex berbalik lalu melangkah keluar dari rumah Felix tanpa pamit. “Astaga. Ada orang seperti itu.” ucap Nick menggelengkan kepala melihat Alex yang tidak ada sopan santun sama sekali.“Biarkan lah orang sepertinya tidak perlu diladeni” sahut Felix. Tubuhnya masih lelah untuk meladeni mereka yang ingin m
“Kenapa kamu terkejut melihat ku?” wanita itu menyeringai.Naya menggeleng kuat, Naya tahu wanita di hadapannya ini jahat, terakhir mereka bertemu wanita itu melakukan hal yang hampir membuatnya celaka. Dan Naya tidak ingin hal itu kembali terjadi.Naya tahu wanita ini yang menginginkan suaminya. Naya yang melihat Vanya melangkah maju semakin panik.Ya. Wanita yang mendatangi Naya saat ini adalah Vanya.“Jangan takut. Kemarilah. Aku hanya ingin mengucapkan selamat untukmu. Ini aku bawakan kado.” Vanya mengangkat kotak yang dia bawa ke depan menunjukkannya pada Naya.‘Bagaimana ini? Felix tolong aku!’‘Nick! Embun! Kalian dimana cepatlah kemari!’ jerit Naya dalam hati.“Loh! Nona ngapain disini. Astaga! Apa ada yang sakit.” ucap bibi panik. Bibi meletakan nampan di sembarang tempat, wanita paruh baya itu bergagas menghampiri Naya lalu membantu membawa Naya duduk di sofa.“Biar saya ambilkan minum dulu non.” ucapnya lagi, sambil berlari ke belakang mengambil nampan yang dia tinggalkan
Suara sirine mobil polisi susah terdengar semakin dekat. Vanya sudah tidak dapat berkutik lagi. Namun kekhawatiran Nick belum usai.Bagaimana dengan bom itu? Semoga saja segera dapat dijinakkan Nick tidak berani menyentuhnya sedikitpun.Tidak lama beberapa anggota polisi masuk bersama tim gegana.“Disana bomnya pak.” Nick menunjuk dus yang berada di pojokan. “Baik. Silahkan anda keluar sterilkan tempat ini.” titahnya.Nick mengangguk mengerti, kemudian mengajak Embun untuk keluar dari sana. Begitu juga Vanya yang sudah lebih dulu di amankan dan dibawa keluar oleh polisi. Ketegangan sedikit berkurang ketika para polisi datang. “Bergabunglah bersama nona. Aku akan membangunkan anak buahku.” ucap Nick pada Embun.“Tapi tuan. Anda..”“Kau tidak perlu khawatir aku tidak apa-apa.” Nick mengusap pucuk kepala Embun pelan. Dia tau gadis itu khawatir dengan keadaan nya.Embun mengangguk lemah,” Baiklah kalau begitu.” Setelah memastikan Embun aman, Nick langsung menyadarkan anak buahnya s