Icha terkejut. Mendengar ungkapan dipecat adalah momok paling menakutkan dalam hidupnya. Dia baru bekerja di sini, mungkin baru beberapa hari. Kata-kata Nara bagai panah yang menusuk relung hatinya.Mengetahui hal tersebut, Kenzo segera menghibur Icha."Tenang. Kamu sudah bekerja sangat baik, kok. Kamu harus naik gaji. Jika tidak, manajernya sungguh keterlaluan membiarkan sales sebaik kamu digaji sangat rendah. Ucapanku benar, kan?" Kenzo memandang Nara.Nara membatin pelan, mana mungkin dia menaikkan gaji Icha yang baru bekerja di sini, sales-sales lain pasti iri dan minta naik gaji juga?Mengingat itu permintaan Kenzo, terpaksa Nara menurutinya."Oh iya, mobil Valkyrie putih sudah siap dibawa ke istana Anda. Tapi kalau boleh tahu, Anda adalah calon penerus semua bisnis Daidalos, kan?""Aku tidak suka basa-basi. Cepat urus surat-suratnya agar aku bisa membalas semua sales yang tadi menghinaku!" Kenzo mendongakkan kepalanya. "Berapa lama aku harus menunggu surat-surat itu selesai dita
Perdebatan akhirnya selesai.Boris menjemput Kenzo dan minta maaf atas keterlambatannya. Nara, Boris, dan Kenzo duduk di ruangan direktur lantai dua. Tidak hanya membeli mobil Valkyrie 46 miliar, Kenzo ingin membeli semua mobil yang ada di showroom.Mendengar hal tersebut, Nara seketika terjengkang dari kursinya. "Apa, Tuan? Membeli semua mobil di showroom kata Anda?" Kejadian serupa juga dialami Boris."Cepat urus semua suratnya! Showroom ini resmi jadi milik Daidalos." Kenzo menghela nafas, lalu melanjutkan kalimatnya. "Ada dua hal yang ingin kuminta darimu. Pertama, jangan bilang siapapun kalau Daidalos sudah mengakusisi perusahaan. Kedua, aku ingin kamu tetap jadi direktur di sini. Kinerjamu sangat apik. Kamu sangat bertanggung jawab."Semua surat sudah diurus. Sidik jari Kenzo diminta sebagai bukti pemindahan kuasa perusahaan. Kenzo dan Boris menjabat tangan Nara. Ketuk palu dilakukan. Luxury FX Showroom akhirnya resmi menjadi milik Daidalos.Kenzo turun dari tangga, memandangi s
Kenzo begitu kaget mendengarnya dan dengan cepat berkata, "Tidak, tidak, jangan diberikan begitu saja. Kamu bisa memberitahuku berapa harganya, nanti aku akan membayarnya padamu.”Bella tidak tahu kenapa orang setingkat Kenzo bisa tertarik pada perusahaan kecil seperti itu. Dia hanya perlu memenuhi persyaratan pihak lain.Tapi setelah mendengarkan perkataan Kenzo, Bella memutar matanya…"Begini saja Pak Kenzo, kami tak membutuhkan uang itu, tidak peduli berapa pun jumlah uangnya. Jika bos saya sampai tahu kalau saya menerima uang dari Bapak, bisa-bisa dia membunuh saya."Jadi Bapak hanya perlu menyetujui sebuah syarat dari saya saja. Bagaimana?”Kenzo sedikit keheran mendengarnya. "Apa syaratnya?""Jadi nanti lusa sa… aku akan pergi ke pesta koktail. Bisakah kamu... Menemaniku kesana?" tanya Bella dengan gugup.Kenzo kira dia harus melakukan syarat apa, ternyata hanya itu saja."Tentu saja bisa selama
Kenzomengepalkan tangannya dan menatap tajam satpam itu. Dia benar-benar sudah keterlaluan, tidak bisa diberi ampun lagi!Kemudian pada saat itu, beberapa karyawan kantor sudah mulai berdatangan memasuki kantor. Beberapa karyawan yang semalam pergi karaoke dengan Stellasecara mengesankan juga sudah datang.Salah satu pria gemuk yang berkacamata langsung mengenali Kenzo. "Lho, bukannya kamu sepupu iparStellayang sampah itu ya?"Perkataannya membuat semua orang mengenalinya dan mengolok-olok Kenzo."Untuk apa kamu datang ke kantor kami? Oh? Kamu ingin balas dendam ke Stellaya? Hahaha!""Tidak disangka, ya. Bahkan untuk masuk ke gerbang kantor saja kamu sudah tidak diizinkan masuk. Benar-benar lucu!”“Sampah, ya sampah. DI mana pun juga dia tetap sampah! Dan bahkan kamu masih punya muka untuk datang kesini.”"Untung saja ada Pak Mulyadi. Sampah ini mungkin saja ingin mencuri kantor ini jika
"Silakan, silakan. Tentu saja boleh!" ujar Narmansambil membungkuk dan menatap ke arah Kenzo.Amarah yang membakar dirinya pun seketika dia hapus dari wajahnya."Mulyadi! Dan juga kalian semua sekumpulan orang ini! Sekarang, cepat pergi dari sini! Saya tidak ingin melihat kalian lagi di sini!Dia buru-buru mengusir orang-orang ini. Jika dia membuat Kenzotidak senang, mungkin akan jadi masalah besar baginya.Mulyadi dan yang lainnya terlihat seperti orang linglung."Bos... Apa yang barusan Bos katakan? Orang ini orang gila yang ingin mencuri di kantor kita..." ujar Mulyadi yang masih terlihat linglung. Sejauh ini, dia masih belum mengetahui apa yang terjadi.Sekumpulan karyawan itu pun mengatakan hal yang sama."Ya, betul itu, Bos... Apa yang kami lakukan ini salah?""Kami hanya mencoba mengusir sampah yang mengancam kantor ini. Bukankah seharusnya Anda berterima kasih kepada kami?""Pak Narman, coba beri tahu
Keesokan harinya, Kenzomerasa bosan dan memutuskan untuk pergi ke Lithon Groupkarena dia tak kunjung mendapat kabar tentang Kristal, baik itu kabar dari Melvin atau dari Tuan Besar Davin langsung, juga kabar dari Sofia.Boris pun sama, dia sibuk menjalankan tugas khusus sebagai calon tujuh tentara elit yang masuk jajaran Zero sampai Six.Kabar mengejutkan terdengar karena Four tiba-tiba memutuskan pensiun dini setelah mengabdikan diri pada Daidalos kurang lebih tiga dekade. Entah sebabnya apa, hanya tiga Tuan Besar yang mengetahuinya.“Bagus juga ternyata, Lithon Group,” kata Kenzo, lirih.Dan, saat sedang asyik berjalan, ada sesosok perempuan dengan wajah angkuh sedang memaki-maki cleaning service karena melihat kinerjanya yang tidak terlalu memuaskan.Perempuan itu adalahStella. Diaterkejut melihat Kenzodatang ke Lithon Group, sekaligus berpikir, untuk apa mantan suami kontrak sepupunya datang ke perusaha
Setelah sampai di depan kantor Yudhis, dia merapikan bajunya lalu mengetuk pintu.“Masuk.” Yudhis memanggil dari dalam.Robin berjalan masuk ke dalam dan melihat Yudhis sedang berbicara dengan seorang pria muda dengan pakaian sederhana.Dia tidak berani menatap pria muda itu karena berarti orang itu adalah orang terhormat yang pantas berbicara dengan Yudhis. Dia mengangguk dan menunjukkan kesopanan padanya.Yudhis senang ketika melihat Robin dating. Dia ingin memperkenalkannya kepada Kenzo. Karena mereka sama-sama adalah pemuda, mereka pasti punya banyak hal yang bisa menjadi topik pembicaraan. Kesempatan ini juga akan membantu masa depan Robin.“Sini, Robin! Kebetulan sekali kamu datang. Aku mau memperkenalkan seseorang padamu. Ini—”Robin malah memotong pembicaraannya. “Om Yudhis, aku ingin melaporkan suatu hal yang penting.”Yudhis memandang Kenzo dengan sedikit canggung dan Kenzo mengangguk kepadanya.Yudhis adalah bos Lithon Group saat ini, jadi dia berhak mengetahui apa yang ter
Robin mengerti, dia mengangguk dan berkata, “Aku mengerti... bolehkah aku pamit dulu?”“Ya, pergilah.”Robin berjalan keluar dari kantor itu, punggungnya telah dibasahi air keringat.Tetapi akhirnya dia selemat dari masalah ini.Dia terus menghujat Stella dalam hatinya.“Huh, wanita yang bodoh, apa reaksimu ketika mengetahui identitas pria yang dikatakan sampah olehmu?”Sedangkan di dalam kantor, Kenzo lanjut berbicara dengan Yudhis.“Temanku sedang mencari pekerjaan, dia adalah mahasiswa dari kampus ternama, bolehkah aku mengatur posisi untuknya?” Kenzo sedang mencari pekerjaan untuk Mira.Mira, sejak konflik yang terjadi dengan Pak Nanang di Majesty Karaoke, memutuskan keluar dari sana. Dia sudah tidak tahan lagi. Beban moral, juga mental, adalah dua alasan mendasar kenapa gadis cantik itu memutuskan hengkang.Yudhis merasa gugup, “Pak Kenzo, Anda adalah bosnya Lithon Group saat ini, adalah hakmu untuk mengatur siapa pun.”Kenzo mengangguk padanya, “Baik, dia sudah hampir sampai, ak