Yang kedua kali tapi Agnia masih sama gugupnya ketika pertama kali melakukan ini.
Premier film dengan dia sebagai pemeran utamanya.
Berbeda dengan sebelumnya ketika dia hanya mengenakan kaos yang disediakan oleh tim promosi dari rumah produksi, kali ini dia dan seluruh pemain diminta untuk tampil spektakuler.
Beruntung gadis itu sudah mempekerjakan Sari sebagai asistennya. Dengan sigap Sari menyiapkan seluruh kebutuhan Agnia. Gadis yang sepantaran dengan Agnia itu juga menyukai fesyen sehingga cukup update dan memiliki informasi dan kenalan di bidang fesyen. Agnia yang buta fesyen merasa berada di tangan yang tepat hingga mengenakan apapun yang disiapkan oleh asistennya itu tanpa banyak berkomentar.
Malam ini, dengan rambut ditata french twist dan beberapa helai rambut menjuntai hingga membingkai wajahnya dengan sempurna, Agnia mengenakan gaun sebatas lutut dengan warna biru bercampur perak yang menonjolkan warna kulitnya. Gaun itu memiliki akses di bagia
"Selamat, Agnia," Rheinya tersenyum sambil mengangkat gelas wine-nya.Di acara premier beberapa jam lalu, Agnia bertemu dengan Rheinya dan Calya. Di pertemuan itu, Rheinya mengajak gadis itu untuk bertemu setelah acara premier malam ini selesai. Tentu saja Agnia langsung menyetujui ajakan itu. Daripada menebak-nebak dan menunggu, lebih baik dia langsung mendengar dari Rheinya mengenai pendapatnya mengenai akting Agnia."Terima kasih Tante," Agnia balas tersenyum, "Tapi aku penasaran dengan pendapat Tante tentang aktingku."Rheinya tertawa dengan anggun. Walau sudah beberapa kali bertemu tetapi Agnia masih kagum dengan keanggunan Rheinya. Wanita itu jelas merupakan seorang bangsawan."Kamu mirip sekali dengan Gayatri. Dulu dia juga melakukan hal yang sama," senyuman kembali terulas di wajah Rheinya, "Ibumu sama sekali tidak membiarkanku bernapas. Sedetik setelah aku selesai menonton filmnya dia akan terus bertanya tentang komentarku.""Terus bertany
"Hubunganku dengan Narendra?" Agnia berusaha menjaga agar suaranya tidak terdengar bergetar. Dia tidak ingin menyuburkan kecurigaan yang sepertinya sudah dimiliki oleh Rheinya."Ya, hubungan kalian," wanita itu menatap Agnia dengan anggun sekaligus awas. Seakan ingin menunjukkan kalau dia dapat membaca kebohongan seandainya gadis itu memilih untuk menutupi kebenaran."Teman," Agnia mengambil gelas dan menyesap wine untuk menutupi perasaan grogi yang tiba-tiba hadir, "Kami teman baik.""Hanya teman?" Rheinya kembali bertanya masih dengan nada lembut yang sama walau begitu ada sedikit intimidasi yang dirasakan oleh Agnia.Agnia menganggukkan kepala sebelum menatap Rheinya, "Teman baik.""Ah, begitu," kali ini Rheinya yang menganggukkan kepala, "Aku baru tahu kalau bagi generasi kalin teman baik itu berarti menghabiskan waktu bersama di kamar hotel saat pernikahan sepupu."Gadis itu terkesiap. Dengan ragu dia menyesap wine-nya kembali sebelum b
SAMAHITA AGNIA KEMBALI DENGAN AKTING TERBAIKNYAFilm terbaru dari Samahita Agnia baru saja dirilis dan mengundang pujian dari seluruh penonton yang menghadiri acara premier tadi malam. Acara itu dihadari oleh banyak selebritas dan para kritikus besar negara ini. Hampir seluruh yang hadir memberikan suara bulan kalau film ini menempatkan Agnia sebagai salah seorang aktris terbaik dewasa ini. Selain itu ... <KLIK UNTUK LEBIH LANJUT>FILM KEDUA DAN AGNIA KEMBALI MENUNJUKKAN KEMAMPUAN AKTINGNYABanyak yang mengecilkan kemampuan akting Samahita Agnia di film sebelumnya. Walau banyak yang mulai memperhatikan dan yakin dengan kemampuannya yang di atas rata-rata, tidak sedikit yang merasa kalau yang sepatutnya dipuji adalah sang sutradara yang memang sudah terkenal tidak hanya di negara ini tetapi juga di negara tetangga bahkan sampai ke Holywood. Film terbaik Agnia menjadi bukti kalau gad
"Hal ..." Narendra belum selesai mengucapkan sapaan itu ketika terdengar suara Agnia berteriak histeris. Sesaat pria itu nyaris panik ketika dia menyadari kalau gadis itu bukan berteriak karena panik atau sepertinya, Agnia histeris karena dia terlalu senang. Sepertinya."Hei, ada apa?" Narendra terkekeh pelan, "Kamu ingin membuatku mati penasaran?""Bukan. Tapi..AAAAA!!! Astaga aku masih, sebentar!" Kembali terdengar suara teriakan histeris Agnia, "Sorry, tapi aku masih...astaga! Ini kayaknya mimpi, deh! Nggak, nggak mungkin!""Sayang, ada apa?" Narendra kembali bertanya tetapi kali ini dengan memberikan kode kepada Abimana untuk meninggalkan ruang kerjanya.Sambil menunggu, Narendra berpikir tentang apa yang dapat menyebabkan gadis itu berteriak histeris seperti sekarang ini. Seingat pria itu, kekasihnya sudah menyelesaikan syuting proyek film terbarunya bersama Kenny sebulan lalu. Gadis itu mengatakan kalau saat ini proyek film itu memasuki tahap post p
Narendra tidak menghentikan kegiatannya ketika mendengar dengung lift samar disusul dengan suara seseorang memasukkan PIN pintu penthouse-nya. Pria itu menggeser posisi piring untuk memastikan terlihat estetik seperti keinginannya. Terkadang Narendra dapat begitu detail terhadap sesuatu."Aku nggak disambut, nih?" Agnia memasuki penthouse kekasihnya sambil tersenyum lebar.Pria itu langsung berbalik sambil merentangkan tangan seakan meminta kekasihnya untuk melompat ke dalam pelukan. Dan itu yang segera dilakukan oleh Agnia. Gadis yang mengenakan oversized sweater dan legging itu memeluk Narendra seerat mungkin. Dia begitu merindukan pria itu."Kangen banget," dia berujar dengan manja, "Udah berapa minggu coba kita nggak ketemu?""Bukan salahku," Narendra membenamkan wajah di rambut kekasihnya, "Kamu yang sibuk syuting di luar kota."Agnia tertawa lepas, "Kamu selamat karena kali ini bukan salah kamu. Kalau sampai ini salah kamu, aku bakalan hukum
"Setelah Cannes?"Mereka sudah menyelesaikan makan malam. Agnia berhasil menyelamatkan masakan Narendra walau berujung dengan bertambahnya porsi yang harus mereka habiskan. Untuk merayakan keberhasilan Agnia, kekasihnya memilih salah satu wine langka untuk mereka nikmati. Saat ini mereka sedang duduk di lantai beralaskan karpet bulu yang hangat sambil menatap pemandangan kota di malam hari dan menikmati wine mahal. Kehidupan yang tidak pernah dibayangkan oleh Agnia sebelumnya."Apa?" Agnia menyesap wine sebelum melatkkan gelas kemudian bersandar nyaman pada dada bidang kekasihnya."Menikah," Narendra mengucapkan itu sambil tersenyum lebar."Nggak terlalu cepat?""Aku tidak tahu," dia mengecup kepala kekasihnya, "Tapi itu jawaban kamu sebelumnya.""Kedengarannya menyenangkan," Agnia hanya menjawab singkat."Menyenangkan?" Pria itu tertawa mendengar jawaban yang diberikan Agnia, "Apanya yang menyenangkan? Menikah denganku atau ... apa?"
"Bisa lebih dijelaskan bagian untuk rencana di tahun pertama?"Sudah sejak lima belas menit yang lalu Narendra mendengarkan pemaparan salah seorang junior partner dari perusahaan yang akan menjadi rekan Widjaja Group dalam salah satu proyek terbaru mereka. Sejak tadi tidak ada seorang pun yang menyadari keberadaan Narendra. Bagi perusahaan itu, Narendra hanyalah salah satu dari beberapa pegawai Widjaja Group. Tidak ada yang menyadari kalau pria itu merupakan salah seorang penerus konglomerasi raksasa ini. Mereka hanya memberikan perhatian pada Asija dan Rajasena.Dengan santai Narendra bangun dari duduknya, "Kenapa tidak ada yang menjawab?"Pria itu tidak memedulikan reaksi junior partner perusahaan itu yang terlihat kelabakan dengan pertanyaan tidak terduga yang diberikan oleh Narendra. Dia berpikir kalau penjelasan dan presentasi yang disiapkan oleh timnya sudah cukup jelas. Sepanjang presentasinya Asija dan Rajasena tidak melakukan apapun selain menganggukkan
"Makan siang kamu kelihatan enak banget," itu yang pertama diucapkan Asija ketika masuk ke ruang kerja Narendra dan menemukan pria itu sedang santap siang."Ini kiriman dari Agnia," Narendra mmepercepat kunyahannya, "Kebetulan dia sedang tidak ada pekerjaan dan sedang senang mengisi waktu dengan memasak.""Enak?" Asija duduk di hadapan Narendra kemudian mengambil sepotong daging dan mencicipinya, "Wah! Ini cocok di lidah Papa. Bilang ke Agnia, kapa-kapan dia harus kirimin masakannya ke Papa sama Mama, ya.""Akan aku sampaikan," Narendra tersenyum bangga mendengar pujian yang ditujukan kepada kekasihnya. Asija bukan orang yang mudah mengobral pujian. Terlebih jika berhubungan dengan makanan."Kamu pintar sekali memilih calon istri. Tidak hanya memiliki karir cemerlang tapi juga jago masak," kali ini Asija mencicipi sayur yang dimasak oleh Agnia, "Sekarang ini susah mencari yang seperti itu. Adikmu saja, kalau bukan karena kuliah di Melbourne mungkin sampai