Eddy tidak dapat berkata-kata ketika mendengar apa yang diucapkan oleh kekasihnya. Milla benar, bahkan dirinya sendiri juga pasti akan menolak untuk memakai barang-barang mending adiknya. "Baiklah, Aku mengerti, tapi karena Kamu akan pindah besok maka Aku akan tetap di sini untuk menjagamu malam ini," kata Eddy tegas tidak ingin di bantah. Milla mengerutkan keningnya. "Kamu mau menginap di sini?" tanya Milla bingung. "Yup." "Tapi di mana Kamu akan tidur? Kasur yang biasa dipakai ayahku telah rusak, sementara sofa juga terlalu kecil untuk Kamu pakai tidur." "Kita bisa tidur di kasur yang sama, Aku janji tidak akan macam-macam, kecuali Kamu yang meminta." " ... " Mengapa Milla mendapati kekasihnya ini menjadi semakin tidak tahu malu? Dimana sikapnya yang dingin dan acuh tak acuh dulu? Apakah ini sifat aslinya atau dia hanya bersikap seperti ini jika bersamanya? "Kalau begitu Aku akan tidur di sofa dan Kamu tidur di kasurku," kata Milla pada akhirnya. "Kamu mau tidur di sofa?
Keesokan harinya Milla bangun dengan wajah segar sementara Eddy tampak kusut dan kurang tidur. Gara-gara mandi air dingin semalam, Eddy jadi merasa segar dan akhirnya malah tidak bisa tidur sampai pagi. Dia tidak lagi berani mendekati Milla karena takut nafsunya akan bangkit lagi dan akhirnya harus ke kamar mandi dan mandi air dingin lagi untuk yang kedua kalinya. "Sayang, ada apa dengan matamu?" tanya Milla kepada Eddy yang tampak lemas dan kurang tidur sedang duduk melorot di sofa ruang tamu. Eddy melihat Milla sudah mandi dan harum, kekasihnya itu terlihat lebih cantik dan bersinar dengan wajah yang berseri-seri lebih dari kemarin "Tidak apa-apa," sahut Eddy singkat. Milla ingat kejadian tadi malam dan mandi malamnya Eddy. Diam-diam dia merasa bersalah dan bertanya-tanya apakah dia sangat buruk ketika sedang tidur hingga bantal-bantal yang dipasangnya sebagai pembatas pun jatuh semua ke lantai dan akhirnya dia malah membuat Eddy tidak bisa tidur dan merasa terganggu. Eddy mel
"Berikan padaku!" kata Eddy sambil mengulurkan tangannya kepada Milla. Bukannya memberikan remot gadis itu malah tersenyum lebar dan mengangkat alisnya menggoda Eddy. "Jangan harap!" kata Milla tegas sambil terus tersenyum seolah menantang kesabaran Eddy. Eddy terdiam. Dia menatap gadis di hadapannya serba salah, dia takut kalau bersentuhan dengan Milla api di dalam tubuhnya bangkit dan akhirnya dia harus mandi lagi. "Kamu telah mengganggu konsentrasiku," kata Milla lagi. "Aku hanya bosan dan sedang mencari acara yang menarik." "Masa?" goda Milla dengan senyum nakalnya membuat Eddy merasa gemas. "Apakah Kamu menggodaku? Apakah Kamu ingin Aku menyentuhmu?" tanya Eddy sambil balas tersenyum dengan mata nakalnya mengarah ke kaki Milla yang terlipat. " ... " "Kamu pikir kalau Kamu taruh di situ Aku tidak akan berani mengambilnya? Mari kita lihat apakah Aku berani mengambil dan sekalian menyentuhnya juga atau tidak!" tanya Eddy sambil nyengir bandel. "Jangan coba-coba!" ingat M
Eddy terkejut melihat gadis dalam pelukannya tampak berkaca-kaca matanya dan terlihat takut. Eddy mengerutkan kening bertanya-tanya di dalam hati apakah dia memang semenakutkan itu hingga membuat kekasihnya ketakutan dan hampir menangis? "Jangan menangis oke? Aku minta maaf," kata Edi sambil mengecup kening Milla dan melepaskan kekasihnya itu lalu kembali duduk di sofa. Mila mengikuti Eddy duduk di sofa yang ada di sampingnya. Sebenarnya kekasihnya itu tidak sepenuhnya salah karena dia juga yang awalnya merebut remote dari tangan Eddy. Padahal dia bisa saja pindah dari ruangan itu, misalnya ke meja kopi di dapur atau meja makan, bahkan dia juga bisa pindah ke kamar jika memang tidak ingin diganggu oleh Eddy. "Aku juga minta maaf, harusnya Aku mengerjakan semua ini di ruangan lain kalau tidak ingin terganggu." "Lalu Aku akan sendirian di sini? Kamu ingin melihatku mati kebosanan?" tanya Eddy cemberut. Milla bingung mendengar Eddy yang mengaku bosan jika tidak ditemani. Bukankah
'krucuuk!' Tiba-tiba perut Eddy berbunyi nyaring. Eddy merasa malu sendiri mendengar suara yang dikeluarkan oleh perutnya. Dia menggerutu di dalam hati mengapa setelah ada Milla dia jadi gampang sekali lapar? Padahal sebelumnya dia bukan orang yang hobi makan dan malah sering malas makan. Milla terkekeh geli ketika mendengarnya. "Apakah Kamu lapar?" tanya Milla dengan senyum menggoda. Eddy hanya mengangguk dengan tatapan antara malu dan memelas. Perut ini benar-benar telah merusak image yang ingin dimiliknya di hadapan gadis yang dia kasihi. Dia benar-benar merasa tidak berdaya menghadapi perutnya sendiri yang terus menerus lapar sejak Milla tinggal bersamanya. Masakan Milla benar-benar membuat Eddy ketagihan. Dia baru tahu kalau kekasihnya ini sangat pandai memasak. Masakannya benar-benar tidak kalah dengan rumah makan Sunda, sambel bikinan Milla pun benar-benar mantap hingga Eddy sulit untuk berpaling. Eddy jadi sering menambah makan. Dia merasa sepertinya perutnya mu
Eddy tersenyum saat mendengar apa yang Milla katakan, dia baru menyadari kalau kekasihnya itu ternyata sangat pemalu. "Jangan malu, bukankah itu adalah hal yang wajar? Ada banyak gadis yang menyinggung soal permasalahan anak dengan kekasih mereka dan itu bukan suatu hal yang memalukan untuk dibahas," hibur Eddy. " ... " Milla mengingat ingat apakah dia pernah membicarakan soal anak kepada temannya? Seingat Milla dia sama sekali tidak pernah membahas persoalan seperti itu bahkan dengan sahabatnya sendiri. "Baiklah, lupakan saja pembicaraan soal anak, mari kita makan, Aku lapar," kata Eddy sambil menarik kursi dari meja dan duduk. Mereka makan dalam hening. Eddy benar-benar menikmati masakan Milla yang luar biasa lezat. Diam-diam dia mengintip Milla yang sedang makan sambil berpikir, alangkah beruntungnya dia jika Milla benar-benar telah menjadi istrinya. Eddy mulai membayangkan dirinya sendiri dan anak-anaknya sedang duduk manis di meja makan menunggu Milla yang sedang memasak
Milla ingat ketika pertama kali sahabatnya, Shasha menunjukan foto Eddy saat mereka sudah menemukan panti asuhan tempat kekasihnya ini dirawat. Saat itu dirinya sudah merasa tertarik pada ketampanan kakak sahabatnya yang pernah hilang ini. Tidak disangka sekarang dirinya dan Eddy malah memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih. Padahal dulu Shasha sempat menjodohkan dirinya dengan Eddy dan mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah bisa memiliki hubungan yang langgeng dengan pria lain selain kakaknya. Awalnya Milla hanya tertawa dan mencandai sahabatnya itu karena terlalu bernafsu ingin menjadikannya saudara ipar. Saat itu dia sudah menjalin kasih dengan mantan kekasihnya. Milla pertama kali bertemu dengan mantan kekasihnya itu ketika dia masih di sekolah menengah dan terus berlanjut hingga dirinya menyelesaikan kuliah dan bekerja. Mantan kekasihnya itu sudah memiliki usahanya sendiri ketika mereka sedang menjalin kasih karena jarak usia mereka juga bisa dibilang lumayan jauh
Eddy dan Milla memulai diskusi mereka kembali, karena wallpaper sudah dipasang oleh Eddy maka mereka mendiskusikan bagian yang lainnya. Eddy merasa sangat nyaman dengan kondisinya saat ini. Dipikir-pikir suasana sekarang ini mirip sekali dengan suasana pasangan yang baru saja menikah dan sibuk berdiskusi tentang istana kecil mereka yang akan ditempati bersama. "Tidakkah Kamu merasa kalau kita saat ini seperti pasangan pengantin baru yang sibuk membicarakan urusan tempat tinggal yang akan kita tempati di masa depan?" tanya Eddy sambil tersenyum jahil kepada Milla. " ... " Milla merasakan panas menjalar di wajahnya ketika mendengar perkataan Eddy. Bagaimana mungkin di saat sedang serius seperti ini Eddy malah memikirkan hal-hal seperti itu? "Mengapa wajahmu memerah? Bukankah apa yang Aku katakan itu benar?" tanya Eddy masih dengan senyum jahilnya. "Diam! Lagipula rumah ini akan Kamu jual, jadi jangan bermimpi yang tidak-tidak!" cibir Milla kesal karena merasa telah ditertawai.
Namun, semua itu berusaha ditepis olehnya karena rasanya tidak mungkin kalau salah satu di antara mereka mandul ... baik dirinya dan Eddy, mereka berdua benar-benar sehat dan bugar."Para tetua di keluarga suamiku mengatakan kalau kita kebanyakan melakukan hubungan suami istri kabarnya bisa membatalkan pembuahan," kata Nining seolah bisa membaca pikiran Milla."Ah! Benarkah?" tanya Milla membelalakkan matanya terkejut.Apakah dia lama tidak hamil karena dirinya dan Eddy terlalu banyak berhubungan? 'Jika benar seperti itu, Aku harus mengingatkan Eddy agar lebih menahan diri,' tekad Milla dalam hati.Mungkin mereka harus puasa selama beberapa hari dulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Nining tidak tahu kalau informasi yang dia katakan kepada Milla itu pada akhirnya akan membuat Milla menyiksa suaminya sendiri dengan menyuruhnya menahan.Sikap Milla yang selalu menghindar ketika diajak berhubungan suami istri benar-benar membuat Eddy kacau.Semua orang di kantor terkena imbasnya t
"Tante?" potong Eddy bertanya heran.Dia cemberut mengingat Sinta. Apakah wanita itu yang melaporkan dirinya dan Milla?"Iya, Dia mengaku sebagai Tante dari Nona Milla, Dia bilang Dia adik dari papanya Nona Milla.""Ck! Wanita itu hampir ditangkap polisi karena mengaku-ngaku sebagai kerabat istriku sementara istriku sama sekali tidak mengenalnya dan Dia juga tidak memilki bukti yang menunjukkan kalau Dia benar-benar adik dari almarhum papa mertuaku.""Jadi Dia penipu?" "Iya, istriku tinggal di sini sejak lahir dan orang yang mengaku kerabat itu sama sekali tidak pernah muncul bahkan di hari pemakaman kedua orang tua istriku ... Entah apa ide yang ada di dalam pikiran wanita itu hingga tiba-tiba datang ke sini dan mengaku sebagai Tante istriku.""Maaf, Kami benar-benar tidak tahu kalau wanita itu adalah seorang penipu.""Tidak apa, Aku dan istriku memang baru saja menikah dan belum sempat membuat acara pesta ... kejadian ini mengingatkan kami untuk segera menggelar acara pesta agar ti
"Maaf ini hanya kesalahpahaman semata, kami mengakui orang yang salah ... kami akan pergi dari sini sekarang juga," katanya sambil memegang tangan Sinta dan Leni, bersiap untuk berlalu dari tempat itu."Apakah anda ingin meneruskan kasus ini?" tanya polisi kepada Eddy."Kalau mereka tetap bersikeras, Aku akan meneruskan masalah ini hingga ke meja hijau," kata Eddy mendominasi."Tidak! ... kami tidak akan lama-lama di sini, sekarang juga kami akan pamit," kata Romy tegas. "Jaga dirimu baik-baik," katanya lagi kepada Milla.Eddy dan Milla hanya memutar bola matanya bosan. Apakah sudah tidak terlambat untuk mengkhawatirkan Milla? Kemana saja mereka selama ini?"Jangan mengkhawatirkan istriku, Aku lebih tau cara menjaganya ketimbang orang-orang yang mengaku sebagai kerabatnya seperti kalian!" kata Eddy sinis.Romy mengakui kebenaran kata-kata Eddy, tanpa banyak kata dia meninggalkan tempat tersebut dengan membawa istri dan anaknya di kedua tangannya."Apakah ada yang lain yang bisa kami
"Ck! Sepertinya mereka tidak akan mau pergi secara sukarela," kata Eddy kepada Milla tidak bisa menyembunyikan nada sinis dalam suaranya."Sepertinya begitu, apakah Kamu punya ide?" tanya Milla serius."Aku akan menelepon polisi untuk mengeluarkan mereka dari sini."Eddy mengambil ponselnya dari kantong."Stop! Jangan menelepon polisi, kami akan keluar sekarang juga," kata Romy berusaha mencegah Eddy menghubungi polisi.Jika Meraka sampai di usir dengan menggunakan aparat itu pasti akan sangat memalukan sekali.Walaupun dirinya hanya pengusaha kecil tapi ini semua menyangkut nama baiknya, apa kata klien dan koleganya jika dia bersama keluarganya sampai diusir dengan tidak hormat dari vila keponakannya sendiri?"Pa!"Sinta dan Leni memprotes kata-kata Romy dengan nada tidak puas."Apa? Apa kalian ingin diangkut oleh pihak kepolisian karena tidak mau keluar dari sini?" tanya Romy melotot kesal."Dia tidak akan berani, itu hanya ancaman, bagaimanapun Aku tante kandungnya, apa kata tetang
Leni yang terlalu yakin pada kemampuannya sendiri sama sekali tidak menyadari kalau dia benar-benar tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk merebut Eddy dari Milla karena sepupunya itu tidak akan pernah membiarkan dia tinggal di vila miliknya.Eddy sendiri sebagai targetnya merasa sangat muak dan jijik mendapati tatapan Leni kepada dirinya. Selain Milla di mata Eddy semua perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki.Dia benar-benar tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai sepupu istrinya ini."Milla sayang, bolehkah kami menginap di sini barang seminggu dua Minggu? Tante tahu Kamu tidak mengingat kami tapi siapa tahu dengan menginapnya kami di sini Kamu akan kembali mengingat kami," bujuk Sinta tanpa malu-malu.Eddy cemberut mendengar keluarga istrinya yang entah datang dari mana ini meminta tinggal di vila yang telah diberikannya kepada Milla.Dia menoleh ke arah istrinya untuk melihat keputusan apa yang akan diambil olehnya saat ini. Walaupun dirinya tidak menyukai keluarga
Milla dan Eddy kembali ke vila dan menemui orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Milla."Ah! Milla ... syukurlah Nak, Kamu sehat-sehat saja ...."Milla mengerutkan kening ketika wanita setengah baya yang datang ke rumahnya dengan penuh semangat memeluk dirinya.Eddy melepaskan Milla dari pelukan wanita tersebut dan membiarkannya berada di belakang dirinya."Siapa Kamu?" tanya Eddy tanpa membunyikan rasa tidak sukanya."Aku tantenya ... Milla ini Tante sayang, masa Kamu lupa sama Tante Sinta," kata wanita setengah baya itu dengan nada mengeluh sedih."Tante?" tanya Eddy sambil mengangkat sebelah alisnya.Eddy menoleh ke arah istrinya dan melihat Milla tampak tidak bergeming ataupun mengakui kalau dia mengenal wanita yang mengaku bernama Sinta tersebut."Iya, Aku adik Papa Milla ... lalu siapa Kamu?" tanya Sinta sambil menatap Eddy serius.Sinta merasa pria muda yang berbicara dengannya ini sepertinya bukan pria biasa-biasa saja. Auranya benar-benar membuat Sinta harus berpikir ber
Milla rasanya ingin memukul Eddy untuk keinginan yang tidak pernah ada habisnya itu. Namun, selalu saja dia menjadi luluh ketika suaminya mengeluh pusing jika tidak dapat melepaskan seluruh hasratnya kepada Milla. Beberapa jam kemudian pondok itu kembali dipenuhi suara-suara ambigu dari pergulatan musim semi Milla dan Eddy. Milla rasanya ingin pingsan saja dari pada terus merasakan kegembiraan suaminya yang tidak pernah ada puasnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu pondok, Milla mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari cengkraman suaminya. "Ada orang!" kata Milla sambil mendorong Eddy. "Biarkan!" kata Eddy tidak peduli dan meneruskan kegiatannya memegangi Milla. "Tidak! Bagaimana kalau itu penting? ... Ahh!" kata Milla terbata-bata di sela serangan Eddy pada titik-titik sensitifnya. "Bu Milla, Pak Eddy! Permisi ... apakah kalian ada di dalam? Di vila utama ada kerabat Bu Milla yang ingin bertemu!" kata tukang taman dari luar pondok. Eddy dan Milla menghenti
Tidak lama kemudian dari arah kamar mandi terdengar suara-suara yang membuat telinga siapapun memerah. Milla merasa hampir pingsan karena harus merasakan serangan suaminya dengan berbagai posisi yang membuat wajahnya memerah karena malu. Milla sampai ke puncak dengan tubuhnya yang bergetar hebat sementara Eddy masih dengan telaten membersihkannya. Malam ini terasa sangat melelahkan bagi Milla dan terasa sangat panjang karena suaminya sama sekali tidak ingin melepaskannya sedikitpun. Setelah dari kamar mandi, Eddy bukannya berhenti malah melanjutkan kembali kegiatan musim semi mereka di atas tempat tidur hingga membuat Milla mengeluh dan memprotes karena tidak tahan lagi terus menerus diombang ambingkan oleh suaminya. "Sudah cukup ...," keluh mila tanpa daya. "Sekali lagi ...." "Kamu pendusta!" kata Milla mengeratkan gigi grahamnya kesal karena Eddy terus berkata sekali lagi dan lagi. Eddy baru benar-benar melepaskan Milla setelah dirinya merasa puas. Dia menatap istrinya yang p
Milla yang kekurangan kasih sayang keluarga merasa hidupnya kini sangat penuh dan bahagia karena Eddy pria yang dicintainya, ternyata sangat mencintainya juga. Sekarang mereka telah menikah, salahkah jika Milla masih belum ingin berbagi kasih sayang suaminya dengan yang namanya anak? Sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Dia ingin ketika dia hamil dan melahirkan nanti, dirinya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Eddy tanpa gangguan siapa pun. Jika mereka memiliki anak, pasti perhatian dan kasih sayang mereka akan terpecah menjadi dua, antara pasangan dan anak-anak mereka. "Bolehkah jika Aku ingin menunda untuk memiliki anak?" tanya Milla kepada Eddy. "Mengapa?" tanya Eddy tidak mengerti. Bukankah setiap perempuan biasanya setelah menikah ingin cepat-cepat memiliki anak? Mengapa Milla malah ingin menundanya? Eddy benar-benar tidak mengerti mengapa istrinya ini ingi