Terdengar lantunan suara adzan berkumandang di masjid dekat rumah Fina. Suara itu membuatnya terbangun dari tidur panjang semalam. Tangan Rama masih melingkari di perut yang tak terhalang sehelai benang pun. Usai pertempuran semalam, mereka langsung tertidur kelelahan. Fina perlahan melepas pelukan itu, dan berusaha keluar dari balik selimut. Ia merasa ada yang menganjal dibagian bawahnya.
Penyatuan semalam, menyisakan rasa perih saat ia berusaha untuk berjalan. Baru turun dari atas ranjang, perih itu menjalar keseluruh tubuhnya. Terlebih dahulu, ia mengenakan pakaian yang semalam dilepas. Ia memungut satu persatu. Langkahnya masih pendek, tapi ia harus bisa kembali berjalan normal. Malu jika ia keluar dengan posisi jalan yang ketara menahan rasa sakit.
Fina mencium pipi Rama, mengelus kulit bersih itu. Ia juga mengucapan rasa cinta, membisikkan kalimat terimakasi, karena telah menjadikan miliknya seutuhnya. Baru setelahnya ia keluar dari kamar untuk pe
Sedari pulang dari hotel siang tadi, Fina langsung disibukkan dengan mempersiapkan semua kebutuhan Rama untuk kembali ke Surabaya. Meninggat masa cuti Fina masih ada, ia memutuskan untuk ikut menemani suaminya. Masih dalam suasana pengantin baru, mereka berdua masih enggan untuk berpisah.Satu koper milik Rama sudah selesai Fina siapkan, ditambah dengan satu ransel berisi pakaiannya. Selain itu juga Ibu membawakan mereka beberapa makanan untuk di makan nanti di Surabaya. Semua barang sudah di masukkan ke dalam mobil. Fina dan Rama sudah siap untuk berangkat.“Rama, izin berangkat dulu ya, Bu.” Rama mencium punggung tangan Ibu mertuanya kemudian bergantian kepada Bapaknya. Begitupun dilakukan oleh Fina.“Kalian hati-hati di sana ya, kalau udah sampe langsung hubungin Ibu,” ucap Ibu Hana.Rama dan Fina masuk ke dalam mobil. Kemudian melajukannya pelan menyusuri jalanan desa hingga ke kota. Beberapa tetangga menyapa se
Fina kembali lagi ke aktifitas semula sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta. Sebulan sudah perjalanan pernikahannya. Menuju weekend, ia akan segera pulang, karena Rama juga akan pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 4.47 sore, jam kantor sebentar lagi akan selesai. Beberapa berkas sudah ia simpan untuk dilanjutkan di hari esok. Sudah saatnya ia mengemas beberapa barangnya.Sebelumnya Rama sudah memberitahukannya bahwa besok ia akan mengajaknya untuk pulang ke rumahnya di Jawa Tengah. Memperkenalkan dirinya ke orangtua, terutama Mama. Sosok yang sangat ingin Fina temui sebagai panutan seorang ibu. Bagaimana pun, beliau adalah surga dari anak laki-lakinya itu.Fina sudah siap dengan motor maticnya untuk pulang. Namun dering ponsel di tas ransel yang ia kenakan membuatnya urung untuk menyalakan motornya. Sebuah panggilan masuk dari Rama. Ia memberitahukan bahwa akan sampai rumah larut malam karena ada beberapa yang harus ia selesa
Pagi ini, Fina bermaksud untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok menantu yang baik. Usai menyelesaikan pekerjaanya sebagai seorang istri untuk sang suami. Kini Fina ikut berkutat di dapur membantu mbak ART untuk menyiapkan sarapan. Fina memang tak pandai memasak, tapi kalau cuma untuk mengoreng ayam dan yang lainnya ia pasti bisa.“Mbak Fina seharusnya nggak usah repot-repot bantuin mbak. Saya nggak enak sama Ibu,” ucap Mbak Ula ynag sedang menyiapkan bumbu untuk masakannya.“Nggak papa, biar saya ada kerjaan juga. Lagian kapan lagi bisa masak buat mertua, orang nanti sore saya juga harus pulang,” balas Fina membuat Mbak Ula mengangguk paham.Setelah beberapa jam mempersiapkan masakan sarapan, kini semua makanan sudah terjadi di meja makan. Mbak Ula juga sudah menata piring dan sendok layaknya seperti di hotel berbintang. Setelah semuanya selesai, Mbak Ula memanggil Ibu Rita sedangkan Fina kembali masuk ke kamar untuk
Setahun sudah Fina menjadi seorang istri untuk seorang lelaki bernama Rama yang sudah menghalalkanya. Meskipun hubungan mereka harus ia lalui dengan jarak jauh. Tapi dengan kepercayaan penuh dan komunikasi yang baik, alhamdulillah hubungan keduanya adem ayem. Weekend kali ini Rama tidak bisa pulang seperti biasanya. Itupun dengan persetujuan dari Fina. Ia harus mengganti dua hari cuti di minggu depan dengan mengerjakan semua pekerjaannya di weekend. Karena rencananya, mereka akan mengantarkan Safa untuk melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Tentu Fina meminta agar sang suami ikut mengantar sang adik. Seorang tukang paket berhenti di depan rumahnya. Fina tak lantas keluar, ia terlebih dahulu mengamati dari balik jendela kaca di rumahnya. Ketika sang kurir datang dan mulai mengetuk pintu rumahnya, baru Fina beranjak dari tempat duduknya. Sebuah kotak, lumayan berat Fina terima setelah membubuhkan tanda terima di form yang diberikan kurir. “Makasih
Usai mengantar Safa sampai di tempat kosnya, serta memastikan semua kebutuhan tersedia. Fina dan Rama pamit meninggalkan Fina diperantau. Meskipun semenjak remaja keduanya sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Fina merasa berat dan tak tega melepaskan sang adik tinggal diperantauan jauh dari keluarga.“Hati-hati ya, yang pandai memilih pergaulan. Di kuliah itu, temannya beragam, dari seluruh Indonesia pula. Kalau ada apa-apa kabari kakak atau kak Rama.” Ucap Fina sambil memeluk Safa.“Jaga diri ya dek,” ucap Rama sambil mengelus puncak kepala sang adik ipar.“Kakak sama Mas Rama, pulang dulu ya,” ucap Fina kemudian kembali memeluk sang adik.Sebelum memutuskan pulang, Rama terlebih dahulu mengajak Fina periksa ke dokter. Bisa saja dugaan Safa mengenai Fina yang sedang mengandung memang benar. Sekarang saja, Rama harus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, agar Fina tak merasa mual-mual.
Kabar kehamilan Fina sudah tersebar ke keluarga ataupun ke lingkungan kerja Fina. Sekarangpun sudah bisa terlihat dari perubahan fisik Fina. Memasuki usia kandungan 5 bulan, perut Fina sudah terlihat buncit. Memasuki trimester kedua membuat Fina sudah terbiasa dengan perubahan moodnya.Semenjak Fina hamil, hampir dua minggu sekali Rama pasti pulang. Apalagi untuk jadwal kontrol, laki-laki itu tidak akan membiarkan istrinya berangkat sendiri. Bahkan keputusan Fina untuk tetap bekerja pun sebenarnya berat untuk Rama berikan. Apalagi istrinya harus pulang pergi dari rumah ke kantor yang jaraknya puluhan kilo meter dengan bermodalkan motor maticnya.Sore ini rencananya Rama akan pulang, karena besok adalah jadwal pemeriksaan Fina ke dokter kandungan. Tapi karena suatu hal, mendadak Rama mendapat kabar kalau ia ada urusan mendadak yang membuatnya tidak bisa pulang. Kabar itu ia sampaikan melalui pesan singkat kepada Fina.Fina yang baru pulang dari ke
Seharian Rama tak ada kabar juga tak bisa dihubungi. Entah kemana perginya sang suami. Ia jadi ingat kejadian waktu sebelum Rama melamarnya. Ia menghilang tidak ada kabar. Terus sekarang kemana laki-laki berstatus suaminya itu?Berada di depan televisi terlihat raut wajah Fina sedang tak bersahabat. Ditemani camilan ditangannya, ia beberapa kali membuang napasnya berat. Ibu Hana keluar dari dapur dan menghampiri Fina.“Mau ibu temenin ke dokter?” tanya Ibu Hana. Fina hanya diam tanpa menjawab, pandangannya pun masih fokus ke layar kaca.Namun pada akhirnya ia memberikan jawaban, “Nggak usah, udah aku batalin juga,” jawab Fina terdengar ketus.Hormon hamil memang membuat Fina moodswing. Bu Hana pun sedikit heran dengan tingkah Fina yang tak seperti biasanya. Meskipun demikian, beliau sangat berusaha mengembalikan mood Fina.“Udah jangan berpikir aneh-aneh soal suami kamu. Kamu bilang Rama ada ur
Waktu berjalan terasa sangat cepat. Sudah hampir sebulan Fina mengambil cuti menuju lahiran anak pertamanya. Usia kandungannya sudah masuk sembilan bulan. Kalau kata orang jawa, tinggal nunggu siang atau malam sang bayi keluar.Sementara Fina sudah mendapat cuti, tapi tidak dengan Rama. Karena memang Fina yang hamil bukan Rama. Di masa dirinya hamil tua, ingin sekali Rama ada disisinya untuk mendampingi, tapi sayangnya tuntutan pekerjaan membuatnya tak bisa siap siaga menemani sang istri.Sambil duduk menonton tayang televisi, ia juga sibuk dengan ponselnya. Awal bulan waktunya membayar semua cicilan yang menjadi tanggungan. Termasuk cicilan mobil Rama, Fina yang mengatur semua keuangannya.Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit karena kontraksi. Fina berusaha menenangkan dirinya dengan mengatur nafas teratur. Minggu ini memang diperkirakan dirinya akan lahiran. Karena memang melalui jalan normal, maka tidak ada kepastian waktu kapan dia akan ter
Setelah beberapa waktu berlalu, hari ini Denias mendapat pesan masuk dari Rama yang tidak lain adalah ayah kandung dari anak-anak sambungnya. Denias tau betul konflik yang masih berkelanjutan antara istrinya dan mantan suami. Denias tidak bisa langsung menyalahkan sikap Fina, karena bagaimana pun tidak mudah berada di posisi istrinya tersebut. Begitupun dengan Rama, sikap Fina kepadanya adalah konsekuensi dari perbuatannya dimasa lalu."Sorry Den, aku Rama, ayah dari Ali dan Alfa. Kalau nggak keberatan apa bisa kita bertemu?" pesan Rama pada Denias melalui aplikasi chat.Sebenarnya Denias sudah menerima pesan tersebut dari tadi, hanya saja ia baru memiliki jawaban untuk pesan tersebut. Ia berusaha untuk tenang menyikapi pesan tersebut. Denias juga tidak buru-buru menceritakan hal tersebut kepada Fina."Iya Ram, boleh, kapan?" balas Denias langsung.Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut langsung dibalas oleh Rama."Malam ini kalau bisa, kebetulan sekarang masih ada di Malang," balas R
Sebenarnya Fina sudah sangat lelah dengan masa lalunya itu. Setelah ia membangun rumah tangga baru, ia kira hidupnya akan lepas dari bayang-bayang masa lalu, namun nyatanya tidak. Rama masih saja mengusik hidupnya. Andai saja perpisahan dirinya dengan Rama tidak meninggalkan luka, mungkin Fina sudah berdamai dengan Rama. Ia bisa mengesampingkan egonya demi anak-anak. Tapi nyatanya tidak, perpisahannya dengan Rama hanya menyisakan luka, air mata dan trauma bagi Fina.Bagaimana tidak, sepanjang pernikahan pertamanya, ia tidak diterima di keluarga Rama. Jangankan diterima, restu saja tidak ia peroleh, bahkan di hari pernikahannya, sang ibu mertuanya tidak hadir. Saat pertama kali datang ke rumah mertuanya tersebut, ia seolah tidak dianggap, tidak diterima dengan baik. Bahkan selama menikah dengan Rama, status dirinya bukanlah istri pertama, melainkan istri kedua tanpa sepengetahuannya.Masa lalu seperti itu yang bisa Fina terima? tentu tidak. Fina sudah cukup menderita selama pernikahan
"Fin, ikut gabung makan siang sama kita yuk, kita mau makan di kafe belakang kantor," ajak Dita, teman kantor Fina."Sorry, lain kali aja deh kayaknya, aku masih ada kerjaan urgent nih, kebetulan aku juga bawa bekal, kalian duluan aja," balas Fina menolak ajakan Dita."Projeknya sama Pak Aris ya?" tanya Dita memastikan.Fina hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum. Ekspresi senyum Fina membuat Dita seolah paham, perempuan itu sedang butuh disemangatin. Dita sudah pernah turut mengerjakan projek dari Pak Aris yang orangnya super duper teliti, banyak mau dan perfeksionis."Semangat sayang, jangan lupa makan siang ya," ucap Dita memberikan semangat kepada Fina."Sekarang mau kemana? keluar?" lanjut tanya Dita."Iya nih, barusan Pak Aris ngabarin Reno ngajak ketemuan untuk bahas progressnya, dan Reno lagi ada meeting sama klient lain, jadi karna aku yang lagi free, jadi aku yang berangkat," jelas Fina."Udah dulu ya, liat nih, udah di telfon mulu sama Pak Aris, aku berangkat dulu,"
Fina merasa hidupnya kembali sempurna, hari-harinya selalu diselimuti perasaan bahagia. Anak-anaknya tumbuh dengan baik. Sekolah mereka juga berjalan dengan lancar. Perkerjaan Fina dan Denias juga alhamdulillah berjalan dengan baik. Semua terasa indah dan sempurna. Jika mengingat beberapa waktu lalu, rasanya kebahagiaan ini seolah tak akan menghampiri dirinya. Tapi Allah selalu memiliki rencana yang lain. Rencana yang selalu indah, di luar perkiraan yang selalu ia takutkan.Belajar dari pengalaman hidupnya selama ini, Fina selalu ingat bahwa kebahagiaan akan selamanya ada, dan kesedihan juga tidak akan selamanya menghampiri. Hidup yang telah ditentukan oleh sang pencipta selalu seimbang. Saat kebahagian datang menghampiri, pasti akan selalu ada kesedihan yang bergantian akan menghampiri. Untuk itu, Fina tidak ingin terlalu terlena dengan kebahagiaan yang kini ia rasakan. Karna mungkin saja, sebentar lagi kesedihan akan menghampirinya.Pagi ini, seperti biasa, sebelum berangkat kerja,
Menikah dengan Denias merupakan suatu hal yang sangat Fina syukuri dalam hidupnya. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan perasaan senang dan bahagia. Namun kini Fina tengah bingung untuk mengambil keputusan dimana ia dan suami akan tinggal. Selama hampir sebulan ini, ia dan suami masih hrus bolak balik dari rumah Fina ke rumah Denias. Anak pertama Fina masih harus menyelesaikan sekolahnya di dekat rumah Fina. Kemudian anak keduanya juga sangat dekat dengan sang nenek, setiap kali jauh dari neneknya, Alfa selalu bingung mencari sang nenek. Itu sebabnya Fina masih belum bisa tinggal menetap di rumah Denias.Begitupun sebaliknya dengan Denias. Jika ia sering tinggal di rumah Fina, ia tidak tega jika harus selalu menitipkan anak-anaknya kepada sang ibu. Terutama Adit yang masih SD, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang penuh darinya. Tidak jarang, mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Mereka seperti itu mungkin untuk beberapa bulan ke depan, mengingat Ali sebentar lagi lu
Fina segera meninggalkan Denias yang masih setia menatap langit malam. Ia masuk ke dalam kamar hotel. Tidak lupa menekan tombol yang secara otomatis menutup tirai jendela besar yang memisahkan kamar hotel dengan balkon. Denias yang dengan cepat menangkap sinyal yang diberikan oleh istrinya segera masuk ke dalam kamar hotel. Ia tidak mendapati Fina di dalam sana.Denias memilih menunggu Fina dengan duduk dipinggir ranjang sambil menikmati secangkir minuman yang ia bawa dari balkon. Tidak butuh waktu lama, ia melihat Fina berjalan menuju arahnya menggunakan ligerai seksi yang telah ia pilihkan sebelumnya."Sempurna," gumam Denias saat menatap Fina berjalan ke arahnya.Jalan Fina yang melikuk, membuat Denias ingin sekali segera menerkam dan memangsa habis-habisan istrinya itu. "You look so beautyfull, honey," ucap Denias sambil meletakkan dagunya di atas bahu Fina.Seperti biasa, aroma parfum apel milik Fina membuat Denias semakin tergoda. Ia menghirup aroma tersebut, menyusuri setiap in
Fina keluar dari ruang ganti menggunakan bikini beksi berwarna hitam dengan tali berwarna coklat muda. Potongan kain tipis itu hanya bisa menutup bagian puting dan bagian vaginanya saja. Sungguh minim, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang masih terlihat seksi. Apalagi bikini yang ia kenakan merupakan pilihan sang suami yang sangat menyukai dirinya menggunakan warna hitam. Mengingat sedari tadi pakaian yang Denias berlikan selalu berwarna hitam. Dari kejauhan Denias melihat Fina berjalan ke arahnya membuatnya penuh gairah. Ia segera melepas pakaiannya. Meninggalkan bokser mini yang menutup kemaluannya. Ia segera memeluk Fina saat perempuan itu berdiri tepat dihadapanya. Terlihat lebih seksi dari pada sebelum-sebelumnya. Karena ini bukan kali pertama melihat tubuh seksi Fina. Tapi kali ini istrinya sunggu sangat berbeda. Apalagi dengan rambut yang dikuncir asal membuat istrinya terlihat seksi dengan leher jenjang. Membuat ia ingin sekali mengendus disana. "Kamu terlihat
Bahagia, satu kata itu yang kini menggambarkan perasaan Fina. Setelah musibah yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia mengira bahwa tidak akan pernah kembali merasakan kebahagiaan bersama pasangan. Tapi Tuhan masih sangat baik kepadanya. Tuhan mengirimkan sosok lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Laki-laki yang berhasil menjadi penawar disetiap luka yang pernah ia rasakan. Denias, ia yang kini membuat hari-harinya penuh semangat dan diselimuti rasa bahagia.Mungkin karena memang usia pernikahannya dengan Denias masih dalam hitungan hari. Sehingga rasa bahagia, berbunga-bunga yang kini ia rasakan. Bagaimanapun sebelumnya ia sudah pernah merasakan asam garamnya pernikahan sebelumnya. Disetiap pernikahan pasti akan selalu ada suka maupun dukanya. Wajar jika sekarang suka yang mereka rasakan. Karena keduanya kini sudah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Fina dan Denias memang berdoa dan berharap rumah tangganya selalu tentram dan damai, tapi balik lagi, roda kehidupan terus b
Setelah acara pernikahan yang mereka gelar secara sederhana di kediaman Fina. Hari ini sebelum seluruh anggota keluarga kembali pulang ke rumah masing-masing. Mbak Tari mengajak semuanya untuk liburan bersama. Beberapa ada yang memberikan usulan untuk pergi ke pantai, beberapa ada yang minta pergi ke wahana air saja yang lebih dekat. Keputusan terakhir yang mereka pilih untuk ke wahana air saja yang lebih dekat sehingga tidak buang waktu di jalan.Sejak hari kedua pernikahan, Fina memang tinggal di rumah Denias, mengingat keluarga besar masih berkumpul disana, Fina tidak ingin kehilangan momen berkenalan dengan keluarga barunya tersebut. Ia kini harus mulai membiasakan anak-anaknya untuk tinggal ikut bersamanya, terutama Alfa. Anak keduanya itu masih belum terbiasa jauh dengan sang nenek. Karena setiap hari waktunya lebih banyak dihabiskan bersama sang nenek dibandingkan dirinya."Nenek, Mama" rengek Alfa."Iya, besok kita ke rumah nenek ya, sayang," ucap Fina k