Mendengar pemilik suara yang khas di indera pendengaran gadis ayu yang biasa dipanggil Ning Alhesa itu, sejenak gadis yang masih bersandar di bibir ranjang itu menekuk wajahnya seolah ingin mengakhiri saja pembicaraan dengan sosok tampan di seberang sana.‘Apa aku pantas mencurahkan segala keresahan yang kurasakan dalam hati saat ini pada orang yang belum tentu akan menjadi jodohku?’ batin Alhesa.Iya, sebagai wanita terhormat juga menjunjung tinggi norma agama, perlahan gadis berkerudung lebar itu membiarkn diriny sejenak sebelum mengambil keputusan untuk mengakhiri saja pembicaraan yang menurutnya belum pantas untuk dicurahkan mengingat Ustaz Faqih masih menjadi orang asing baginya.Lantas beberapa detik kemudian Alhesa berhasil mengumpulkan semua keberanian yang tersisa dalam dirinya hanya untuk memberi pengertian pada sang pemuda di san agar tidak menyinggung perasaanya.Sedangkan Ustadz Faqih masih menunggu sembari sebelah tangannya memegangi dada bidangnya yang begitu terasa deb
Dari beberapa jam yang lalu, Gus Bed enggan memejamkan mata lantaran dalam benaknya hanya ada kilatan bayangan saat Indra yang merupakan kakak iparnya sendiri telah diboyong oleh para mafia yang berkelakuan bak jahiliyah itu. Ustaz Ubaidillah mencoba berkali kali untuk berbaring, namun tetap saja hatinya tidak bisa tenang hingga pria itu beranjak dari kamarnya untyk segera mengambil air wudhu dan memohon petunjuk pada Allah, semoga apa yang telah menjadi keputusannya sekarang Raabnya juga membri ridha.Karena sudah menjadi kebiasaan setiap sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud, bagi Gus Bed semua itu bagian dari kewajibannya pada Sang Maha Pencipta. Meski pikirannya berkecamuk hebat oleh karena kejdian beberapa jam kemarin menjelang subuh namun pria yang mengenakan peci itu masih memili tekad kuat untuk segera menyusul hingga ke markas mafia jahanam itu. Berharap kakak iparnya tidak mendapat siksaan yang lebih berat lagi dari para orang suruhan pria yang bernama Dewa.Mala
Keesokan harinya, Alhesa merasa terguncang saat mendengar berita bahwa Abi tercinta lenyap dari pesantren tanpa memberi kabar lebih dahulu padanya. Iya, Abi gadis ayu itu beberapa jam yang lalu pergi meninggalkan pesantren demi membawa pulang seseorang yang merupakan anggota keluarganya juga. Yang tak lain adalah pamannya Alhesa sendiri karena dipaksa ikut ke markas para mafia. Rasa sesak kembali menyapa ulu hati seorang Alhesa. ‘Abi kenapa nggak kasih tahu Alhesa dulu sebelum Abi pergi menjemput Om Indra ….’batin Alhesa dari hati yang terdalamnya. Seolah tak ingin dihadapkan pada kenyataan yang begitu mengerikan karena orang tuanya sedang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan Kakak iparnya dan juga menegakkan keadilan yang sebenarnya pada kepala mafia.“Sayang, kamu percaya sama Abi kan, tenang saja … Allah akan selau menjaganya,” ucap Bude Aishwa yang baru datang mengusap kedua bahu gadis yang berkerudung satin lembut warna vanilla itu. “Ini pasti karena Bude sekongkol sama Abi,
“Bim, apa tim kita sudah siaga semua?” tanya Alex pada rekannya dengan bola mata hazel yang makin terlihat serius saat menatap pada pria di sebelahnya.“Siap. Mereka setengah jam lagi tiba di lokasi penggeledahan, Lex. Yang penting kita duluan ynag mebuat pergerakan sacara diam-diam agar supaya para mafia itu tak menyadari kedatangan kita,” jelas Bima dengan saksama berdasarkan keterangan yang ia dapati dari salah satu timnya ayang bebera saat lalu mengicim pesan melalui gawainya.Lantas Bima membuaka ipadnya untuk mengecek lokasi yang telah diberi tanda oleh Ustad Ubed beberapa jam ketika mereka masih dalam perjalanan menuju markas bos mafia besar yaitu Mr. X yang tak lama lagi akan segera diringkus hingga tak tak ada lagi kata mafia yang membekas di tempat itu.Gus Bed yang sedari tadi memperthatikan gerak-gerik dua pria yang baru dikenalnya. Pun sang ustadz berpikir harus lebih berhati-hati lagi meskipun mereka mengakui memiliki misi yang sama dengannya namun tetap saja yang namany
Alhesa bersikukuh tak ingin membuka daun pintu yang sedari tadi ia tatap. Meski sebenarnya ada sisi niat dalam hatinya untuk tidak ingin membuat Umminya dan Budenya bersedih hati karena terlalu mengkhawatirkan dirinya.Namun rasa kecewa pada sikap Abinya mengalahkan hasrat untuk menanggapi keluarganya yang lain, alih-alih mengabaikannya dan tak ingin membayangkan bagaimana kegelisahan yang di hadapi mereka.Karena ruangan dalam kamar terasa tiba-tiba membuat gadis itu sesak, lantas ia melepaskan kerudung lebarnya secara perlahan tentunya ada sedikit mencebik terpancar dari raut wajahnya putri cantik Aby. Hingga kerudung dalam yang berukuran lebih kecil tersisa untuk menmbungkus mahkota indahnya gadis itu.Mata beningnya terus terpaku pada langit-langit kamar dan perlahan gadis itu merasakan kelelahan yang tak di mengerti juga oleh dirinya.Sementara rasa melilit dalam perutnya begitu menusuk hingga keringat bermunculan di area dahinya karena sedari tadi Alhesa mencoba menahan sesuatu
“Si-siapa kalian?” Indra bertanya degan nada suara yang agak berat sangking beberapa luka terlalu nyeri di wajah serta di bibirnya.Tak lama mendengar suara pria dari dalam sana, lantas Gus Bed beserta Bima perlahan melangkah menuju ruang di mana penyiksaan tawanan berada.“Tenang. Kami dari pihak yang ingin menyelamatkan Anda, saudara Indra. Kalian lepaskan rantai di seluruh tubuhnya!” perintah Alex pada timnya saat menatap pria yang tidak berdaya di hadapannya. Pun Indra masih memasang mimik heran hingga saat ini.“Mas Indra?” Suara itu sontak membuat Indra tesentak dan diikuti langkah Gus Bed yang berdiri beberapa langkah berjarak dengannya.“Alhamdulillah, Ya Allah.” Manik mata Indra menatap tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.“Kamu datang bersama mereka, Gus?” tanya Indra dengan binar mata bahagia karena akhirnya ada seseorang yang menyelamatkannya yaitu adik iparnya sendiri.“Iya, Mas. Lebih tepatnya mereka semua yang membantu saya menyelamatkan Mas di tempat ini. Maka
“Ha-halo! Assalamualaikum, Abi?” ucap Liana yang memutuskan harus menjawab panggian sumi tercinta meski suasana hatiny saat ini dirundung oleh gelisah yang memuncak.“Waalaikumsalam, Li. Maaf ini Mas Indra bukan Gus Bed. Mas mau bilang sama kamu kalau suamimu sekarang ….” Liana segera memotong kalimat yang belum sempat dilanjutkan oleh kakak kandungnya seiring ketakutan yang mendominasi dirinya.“Kenapa dengan suamiku, Mas? Apa Abi anak-anak baik-baik saja, Mas? Atau …atau terjadi sesuatu sama dia, Mas?!” pekik Liana dengan nada suara cakup panik hingga Aishwa langsung menahan tubh wanita berkerudung lebar itu agar bisa tetap seimbang alih-alih ambruk ke lantai.“Kamu tenang ya, Li, suamimu akan baik-baik saja. Hanya sekarang kondisinya belum stabil karena … Gus ter-tertembak di bagian pinggangnya tpi sekarang sudah ditangani oleh dokter, Li. Kalian kalau bisa secepatnya ke rumah saki di kota, ya?” Indra mencoba menjelaskan kronologi kejadian nahas yang baru saja beberapa jam yang lal
“Alhamdulillah, Sayang, akhirnya kita sampai juga di rumah sakit,” ucap Liana tersenyum menatap gedung berwarna putih yang di depannya dipenuhi oleh banyak orang yang datang membesuk keluarganya dan mungkin ada juga sebagian yang bernasib sama dengannya menemani suami melewati tahap pembedahan karena timah panas yang menembus anggota tubuhnya.“Iya, Ummi. Alhesa tapi takut dengan keadaan Abi sekarang, Ummi … Ya, Allah gimana kalau nanti operesinya nggak ….” Gadis itu tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena langsung disela oleh sang Ummi.“Udah, Alhesa! Ummi nggak mau dengar kamu berpikir yang enggak-enggak sama Abi kamu sendiri. Pokoknya, kedatangan kita sekarang ke sini adalah untuk memberikan dukungan supaya Abi segera sembuh, Sayang.Lagi Liana tak ingin membiarkan Alhesa yang berpikir buruk terhadap Abinya melainkan wanita itu menegaskannya pada putri cantiknya dengan pengertian yang serius.“Apa kata Ummi kamu benar sekali Alhesa. Kita ndak boleh berpikir buruk dulu sebelum keja
Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind
“Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam
Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang
Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den
“anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me
Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky
Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek
“Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos
Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk