Alin hanya di beritahu mengenai diari Zia yang menyebutkan dia sangat menyukai Alin. Berisi pemujaan dan rasa sayang Zia untuk Alin, tidak ada menyebutkan apapun seperti pacar atau hubungannya dengan seorang pria. Alin masih bertanya-tanya siapa yang sudah menyentuh Zia sehingga gadis itu menutup rapat informasinya atau memang informasi tersebut memang di rahasiakan darinya. Tidak bisa membaca pikiran lagi membuat Alin sedikit merasa sedih, namun sebelumnya bisa membaca pikiran juga sering membuatnya ketakutan dan paranoid terhadap orang sekelilingnya. Manusia sering kali akan merasa segala sesuatunya sangat berharga setelah kehilangannya, Alin menyadari hal ini namun tiada gunanya menyesalinya sekarang. Alin mendatangi kamar Irine yang masih ada team Dokter berjaga. “Love, please bangun! Jangan membuatku panik dan keponakanmu semakin gelisah. Please, Love!” bisik Alin di telinga Irine yang hanya terdengar organ vitalnya berbunyi di monitor alat kesehatan menandakan dia masih hidu
“Tunggu aku di kamar tamu!” perintah Alin tegas pada Seiji yang langsung mengangguk sambil mengulum senyum. Dalam hatinya dia tertawa bangga, “This my lady!” Aura Alin jika sudah tegas, bisa membuat siapapun bertekuk lutut menurutinya. Begitu juga dengan Mr. Philippe yang mengangguk pelan tidak berdaya, di suruh kembali memasuki ruangan oleh Alin. “Mr. Philippe, siapa majikanmu saat ini?” tanya Alin tanpa basa-basi, duduk bersandar di sofa menatap Mr. Philippe lekat-lekat. “Nona Alin. Nona adalah majikan kami di kediaman Yuan,” jawab Mr. Philippe tanpa keraguan atau tergagap sedikitpun. “Oke. Sekarang katakan dimana suamiku Sky berada?” Mr. Philippe kaget dengan pertanyaan Alin yang sama sekali tadi dia bersama Seiji, tidak ada membahas mengenai Sky Yuan. Kenapa Nona Mudanya tiba-tiba bertanya tentang Sky—Tuan Mudanya?.“Sa-saya masih belum tau, Nona, Tim Sar dan juga para pengawal sudah berkeliling mencari di laut dan daratan, tidak menemukan jejak Tuan Muda sama sekali” “Mr. P
Tidak ada yang bisa membobol kode keamanan Seiji sebelumnya apalagi ponsel pribadinya. Dokter Dimi dan Zhang adalah dua orang yang bergerak di bidang hacker, bahkan tidak bisa membobol masuk ke sistim yang di buat Seiji apalagi mengecek lokasi terkini pria itu, jadi siapakah yang sudah berani mengirimkan alarm merah ke ponsel Seiji? Seiji malah tertawa melihat ke ponselnya yang masih menyala merah lalu berwarna biru kemudian ada tulisan berjalan atau running text di layar ponselnya yang sudah seperti ada di layar bawah atau atas televisi.“Temui aku!” Seiji berpaling dan memperlihatkan pada Alin tulisan di Hp-nya. Hp canggih itu sudah seperti Hp mainan anak-anak balita. Kening Alin sedikit berkerut lalu menatap mata Seiji dalam-dalam. “Siapa?” tanya Alin penasaran melihat reaksi Seiji yang tidak ada jejak emosi sedikitpun. “Anakmu! Ehm, anakku juga,” bisik Seiji sambil tertawa tanpa suara. “Sean?” Alin mengetahui jika Sean sering berkada ada tugas coding dan sering juga di perlih
Seiji masuk ke mobilnya tanpa menyapa Irine dan meninggalkan Brook yang juga sudah berjalan pergi meninggalkan lingkungan apartemen tempat di tangkapnya Angelo.Tok tok!!Irine mengetuk jendela mobil Seiji dan belum sempat Seiji membuka mulutnya untuk bertanya, Irine sudah membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang di samping Seiji. Seiji hanya menganggukkan kepalanya pelan, menaikkan alisnya kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman parkir apartemen.“Kamu sudah sehat?” tanya Seiji setelah berdiam diri lumayan lama karena baik Seiji dan Irine, masing-masing terlihat kikuk untuk memulai pembicaraan.“Yup, seperti yang kamu lihat. Aku menangani kasus Zia,” Irine menjawab juga menjelaskan kenapa dia ada di lokasi penangkapan Angelo dan Aris.“Yah, aku bisa melihatnya” ucap Seiji melirik Irine sekilas tapi Irine sedang memperhatikan jalanan dan melihat ke jendela.
Keita sudah mengabarkan Alin kalau Angelo dan Aris sudah di tangkap polisi dan Sean juga menyerahkan hasil hacker CCTV kediaman Yuan dalam bentuk flashdisk ke Keita. Sean dan Keita terlihat sangat akrab.Para pekerja di kediaman Yuan sudah mulai bekerja kembali normal meskipun tidak seceria biasanya, karena mereka masih berduka akan kepergian Zia dari tengah-tengah mereka. Yah, Zia memang sudah seperti layaknya ‘Nona Muda’ bagi para pekerja. Zia lahir dan di besarkan di kediaman Yuan. Alex di dapur juga masih sering latah, berteriak memanggil Zia saat jam makan Alin tiba. Begitu juga dengan Mr. Philippe yang berkali-kali dalam sehari mendatangi kamar Zia yang akhirnya Mr. Philippe mencopot seprei ranjang Zia dan ganti dengan yang baru kembali, sehari bisa menggantinya berkali-kali.“Mr. Philippe, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Janette yang baru saja tiba di kediaman Yuan langsung pergi ke kamar Zia untuk benar-benar memastikan
Jet yang di perintahkan untuk menjemput Sky Yuan di Nyaksimvol tidak bisa masuk sama sekali di atas langit Nyaksimvol karena Dimitri Severe bukanlah orang yang bisa di anggap remeh. Dimitri Severe bersama kelompok mafia nya sudah mengklaim udara di atas Nyaksimvol. Setiap pesawat harus membayar royalti untuk melewati ataupun mendarat di Nyaksimvol. Jet pribadi kediaman Yuan hanya bisa mendarat di Moskow yang masih harus menempuh perjalanan udara ke Nyaksimvol. Setelah berbicara langsung dengan Alin, jet kediaman Yuan di perintahkan kembali setelah pengisian bahan bakar selesai. “Nona, saya akan mengirimkan utusan orang kita ke Nyaksimvol untuk bertemu Tuan Muda,” ucap Mr. Philippe merasa bersalah pada Alin. “Tidak perlu, Mr. Philippe! Tunggu bayiku lahir dulu, aku sendiri yang akan menjemputnya ke sana. Siapa yang bisa melarang seorang istri bertemu suaminya? Bahkan Dimitri Severe sekalipun!” jawab Alin menegaskan tekadnya.“Aku dengar dari Daffa ada masalah dengan pedagang di Kalla
Alin sudah siap bersama Mr. Philippe untuk pergi ke Kallang terlebih dahulu karena tingkat ke-urgenan kasus pedagang Kallang dengan penanggung jawab dana modal pinjaman sangat tidak bisa di maafkan. Penanggung jawab dana modal pinjaman sudah melakukan tindakan menyita aset peminjam dan merusak tempat usaha. Bagaimana mau membayar cicilan pembayaran beserta bunga yang mencekik kalau tempat usahanya sudah tidak layak dan di rusak, tidak bisa di pakai untuk usaha lagi. Alin benar-benar sangat geram dalam hatinya, tapi tidak dia tunjukkan di wajahnya yang tetap bersikap tenang.“Nyonya Yuan,” sapa anak buah Johar—Pria yang di berikan posisi sebagai penanggung jawab dana modal pinjaman untuk pedagang bukan hanya untuk Kallang saja tapi juga untuk tempat lainnya di Singapura. Bisa di bayangkan berapa banyak yang Johar pegang setiap bulannya, dimana Yuan Corp menggelontorkan dana ratusan juta dollars yang dia kelola untuk modal pinjaman pedagang yang sekarang dia gandakan menjadi berbunga
Ada perasaan hangat yang mengalir ke dalam tubuh Mirza saat mendengar ucapan Alin yang cantik bagaikan Dewi di hadapannya. Suara tegas Alin dengan aura yang sangat mendominasi kuat membuatnya tanpa sadar mengikuti semua perkataan Alin. Mirza berdiri dengan susah payah karena anak buah Johar membawanya dengan menyeret tubuhnya sehingga kakinya terdapat lecet dan sangat perih untuk tubuh tuanya.“Nyonya Yuan, total pinjamannya sudah tertera jelas di dalam berkas. Pria pembohong itu mungkin tidak ingat lagi berapa total yang dia pinjam,” Johar berusaha mengendalikan keadaan dan berkata dengan sopan lemah lembut kepada Alin.“Berapa umurmu? Usaha apa yang kamu jalankan, sudah berapa lama dan lokasi usahanya di mana?” Alin sepenuhnya mengabaikan ucapan Johar, dia membuka kursi terdekat dengan Mirza dan duduk di sana sedangkan Mirza berdiri di hadapan Alin.“Tahun ini saya 65tahun, Nyonya. Usaha saya sebelumnya menju