Terima kasih sudah baca dan jangan lupa vote yaa :)
Seiji menyuapkan zuppa soup dan roti bawang pada Alin. Meskipun tatapan Alin masih menggoda pada Irine yang menggeleng sambil mengulum senyum, mulutnya tetap terbuka menerima soup dan roti yang di suapkan Seiji padanya. Saat Sean keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian di wall in closet yang bersebelahan dengan kamar mandi, Alin sudah selesai menghabiskan semangkok zuppa soup dengan satu keping roti bawangnya. Sean menghampiri Seiji untuk menyalami dan mencium tangannya,“Hallo Papa,” sapa Sean lembut. Seiji membelai rambut Sean dan menatap penuh kasih ke mata anak kandungnya itu. “Sean libur sekolah?” tanya Seiji perhatian. “Ya!” jawab Sean singkat.Sean tidak pandai berbasa-basi meskipun dengan Papa kandungnya sendiri. Mungkin karena Sean terpisah dari Seiji sejak kecil jadi dia hanya bisa bertegur sapa sewajarnya. Jikapun makan bersama seperti sebelumnya saat berada di Clark Quay, Sean akan lebih memilih diam mendengarkan tanpa ada interaksi banyak bicara dengan Papany
Sudah beberapa hari ini keadaan Alin membaik. Infus di punggung tangannya juga sudah di lepas. Seiji memperhatikan Alin dua puluh empat jam, bisa di katakan Seiji mengantarkan Alin tidur setiap malamnya dan mengajaknya mengobrol sampai wanita yang masih bertahta di hatinya itu tertidur baru dia kembali ke kamarnya. Keesokan paginya Seiji juga sudah standby di kamar Alin, menunggu wanitanya itu terbangun di pagi hari. Sean dan semua orang di kediaman bisa melihat bagaiman peran Seiji dalam hidup dan kehamilan Alin. Sean tidak protes apapun hanya dia tetap tidur bersama Alin, tidak membiarkan Mommy dan Papanya tetep berduaan di kamar. “Seiji?” panggil Alin saat membuka mata, melihat Seiji yang berpenampilan rapi sedang minum kopi dan croissant di balkon.“Baby … Kamu sudah bangun?” Seiji menghampiri Alin setelah meneguk kopinya hingga tandas. Sean sudah mandi dan sedang merapikan pakaiannya. Siang ini Sean sudah harus kembali ke sekolah Asramanya, liburnya sudah selesai seminggu lalu
Irine sedang di tangani oleh team Dokter yang langsung bergerak cepat atas perintah Mr. Philippe. Alin masih merasa sangat terkejut, perutnya bergejolak tapi tidak ada yang bisa dia muntahkan. Keita yang mendengar Alin hampir di racun di kediaman, langsung bergegas datang ke kediaman Yuan, memerintahkan anak buah Seiji yang lainnya menjaga Sachiko di rumah yang tidak jauh dari kediaman Yuan.Belum selesai keterkejutan Alin sampai di situ, kembali mendapat kabar dari sekolah Zia, menghubungi Mr. Philippe yang kebetulan berada di samping Alin saat menjawab telponnya. “Mr. Philippe, ada apa dengan Zia?” tanya Alin cemas karena sekilas Alin mendengar kata keracunan dan tindakan bunuh diri.“Nona Zia berada di klinik sekolahnya, Nona. Saya akan perintahkan sopir untuk membawanya ke rumah sakit” jawab Mr. Philippe langsung menghubungi ponsel sopir. “Aku akan menjemput Zia” ucap Alin tegas, lalu menatap ke arah Sean dan Keita yang juga menatapnya. “Saya akan menemani Nyonya Yuan melihat Z
Alin hanya di beritahu mengenai diari Zia yang menyebutkan dia sangat menyukai Alin. Berisi pemujaan dan rasa sayang Zia untuk Alin, tidak ada menyebutkan apapun seperti pacar atau hubungannya dengan seorang pria. Alin masih bertanya-tanya siapa yang sudah menyentuh Zia sehingga gadis itu menutup rapat informasinya atau memang informasi tersebut memang di rahasiakan darinya. Tidak bisa membaca pikiran lagi membuat Alin sedikit merasa sedih, namun sebelumnya bisa membaca pikiran juga sering membuatnya ketakutan dan paranoid terhadap orang sekelilingnya. Manusia sering kali akan merasa segala sesuatunya sangat berharga setelah kehilangannya, Alin menyadari hal ini namun tiada gunanya menyesalinya sekarang. Alin mendatangi kamar Irine yang masih ada team Dokter berjaga. “Love, please bangun! Jangan membuatku panik dan keponakanmu semakin gelisah. Please, Love!” bisik Alin di telinga Irine yang hanya terdengar organ vitalnya berbunyi di monitor alat kesehatan menandakan dia masih hidu
“Tunggu aku di kamar tamu!” perintah Alin tegas pada Seiji yang langsung mengangguk sambil mengulum senyum. Dalam hatinya dia tertawa bangga, “This my lady!” Aura Alin jika sudah tegas, bisa membuat siapapun bertekuk lutut menurutinya. Begitu juga dengan Mr. Philippe yang mengangguk pelan tidak berdaya, di suruh kembali memasuki ruangan oleh Alin. “Mr. Philippe, siapa majikanmu saat ini?” tanya Alin tanpa basa-basi, duduk bersandar di sofa menatap Mr. Philippe lekat-lekat. “Nona Alin. Nona adalah majikan kami di kediaman Yuan,” jawab Mr. Philippe tanpa keraguan atau tergagap sedikitpun. “Oke. Sekarang katakan dimana suamiku Sky berada?” Mr. Philippe kaget dengan pertanyaan Alin yang sama sekali tadi dia bersama Seiji, tidak ada membahas mengenai Sky Yuan. Kenapa Nona Mudanya tiba-tiba bertanya tentang Sky—Tuan Mudanya?.“Sa-saya masih belum tau, Nona, Tim Sar dan juga para pengawal sudah berkeliling mencari di laut dan daratan, tidak menemukan jejak Tuan Muda sama sekali” “Mr. P
Tidak ada yang bisa membobol kode keamanan Seiji sebelumnya apalagi ponsel pribadinya. Dokter Dimi dan Zhang adalah dua orang yang bergerak di bidang hacker, bahkan tidak bisa membobol masuk ke sistim yang di buat Seiji apalagi mengecek lokasi terkini pria itu, jadi siapakah yang sudah berani mengirimkan alarm merah ke ponsel Seiji? Seiji malah tertawa melihat ke ponselnya yang masih menyala merah lalu berwarna biru kemudian ada tulisan berjalan atau running text di layar ponselnya yang sudah seperti ada di layar bawah atau atas televisi.“Temui aku!” Seiji berpaling dan memperlihatkan pada Alin tulisan di Hp-nya. Hp canggih itu sudah seperti Hp mainan anak-anak balita. Kening Alin sedikit berkerut lalu menatap mata Seiji dalam-dalam. “Siapa?” tanya Alin penasaran melihat reaksi Seiji yang tidak ada jejak emosi sedikitpun. “Anakmu! Ehm, anakku juga,” bisik Seiji sambil tertawa tanpa suara. “Sean?” Alin mengetahui jika Sean sering berkada ada tugas coding dan sering juga di perlih
Seiji masuk ke mobilnya tanpa menyapa Irine dan meninggalkan Brook yang juga sudah berjalan pergi meninggalkan lingkungan apartemen tempat di tangkapnya Angelo.Tok tok!!Irine mengetuk jendela mobil Seiji dan belum sempat Seiji membuka mulutnya untuk bertanya, Irine sudah membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang di samping Seiji. Seiji hanya menganggukkan kepalanya pelan, menaikkan alisnya kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman parkir apartemen.“Kamu sudah sehat?” tanya Seiji setelah berdiam diri lumayan lama karena baik Seiji dan Irine, masing-masing terlihat kikuk untuk memulai pembicaraan.“Yup, seperti yang kamu lihat. Aku menangani kasus Zia,” Irine menjawab juga menjelaskan kenapa dia ada di lokasi penangkapan Angelo dan Aris.“Yah, aku bisa melihatnya” ucap Seiji melirik Irine sekilas tapi Irine sedang memperhatikan jalanan dan melihat ke jendela.
Keita sudah mengabarkan Alin kalau Angelo dan Aris sudah di tangkap polisi dan Sean juga menyerahkan hasil hacker CCTV kediaman Yuan dalam bentuk flashdisk ke Keita. Sean dan Keita terlihat sangat akrab.Para pekerja di kediaman Yuan sudah mulai bekerja kembali normal meskipun tidak seceria biasanya, karena mereka masih berduka akan kepergian Zia dari tengah-tengah mereka. Yah, Zia memang sudah seperti layaknya ‘Nona Muda’ bagi para pekerja. Zia lahir dan di besarkan di kediaman Yuan. Alex di dapur juga masih sering latah, berteriak memanggil Zia saat jam makan Alin tiba. Begitu juga dengan Mr. Philippe yang berkali-kali dalam sehari mendatangi kamar Zia yang akhirnya Mr. Philippe mencopot seprei ranjang Zia dan ganti dengan yang baru kembali, sehari bisa menggantinya berkali-kali.“Mr. Philippe, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Janette yang baru saja tiba di kediaman Yuan langsung pergi ke kamar Zia untuk benar-benar memastikan