Hujan kembali turun mengguyur kota Edinburgh. Alin ngotot ingin pergi berjalan-jalan bersama Sky, menikmati malam dan udara segar sehabis hujan mereda, karena jika tetap berada di dalam kamar, Alin tidak bisa memastikan jika dirinya tidak akan kembali menggoda suami ganteng yang sangat memanjakannya itu dan melakukan beberapa ronde bercinta lagi. Tubuh Alin lelah, bagian intinya cenat-cenut dan pinggangnya serasa mau rontok tapi dia sangat bahagia. Wajahnya tanpa polesan kosmetik namun sangat mempesona terlihat. Sky tidak tidak henti-hentinya mengagumi istrinya itu, sesekali mencium punggung tangan Alin yang selalu dia genggam dan tidak jarang juga mereka menghentikan langkah sejenak untuk saling melumat dan berciuman di tengah jalan. Benar-benar seperti dua orang yang saling sangat jatuh cinta. “Sky, aku benar-benar lapar sekarang,” bisik Alin setelah Sky melepaskan pagutan bibirnya di bibir Alin. “Mari ku ajak kamu ke restoran favorite orangtuaku. Menurut cerita Janette, dulu mere
Sky Yuan hanya memakai handuk yang melilit rendah di pinggang seksinya, sedang menikmati secangkir kopi hitam di balkon saat Alin baru bangun tidur dan mencarinya.“Sky, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Alin kembali menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya. Tubuhnya benar-benar seperti rontok, tapi hasratnya sulit untuk di hentikan. Entah soup apa yang di minta oleh Sky pada pelayan namun rasanya sangat lezat meski kenyal tidak seperti daging yang berserat. Sky berjalan masuk ke dalam kamar, membelai rambut dan wajah Alin, “Morning My Love, Ibu anak-anaku!” bisik Sky merunduk menciumi puncak kepala istrinya. “Apa yang kamu lakukan di balkon dengan memakai handuk seperti itu? Mau pamer?” sungut-sungut Alin memanyunkan bibirnya mengerucut maju. “Pamer?” ulang Sky, meraih tubuh Alin agar bangun dan bersandar pada tubuhya. “Ya. Pamer punya body bagus begitu. Mungkin entah dari arah mana, ada nenek-nenek yang memperhatikanmu di balkon minum kopi. Kamu sengaja ingin nenek-nenek
Alin langsung berlari meraih dan memeluk Syelin ke dalam pelukannya. Seiji baru saja tiba bersama Sean dan Syelin setelah mendapat kabar Alin dan Sky sudah berada di kediaman Yuan. Syelin merangkulkan tangan gempalnya ke leher Mommynya dan mengendus tubuh Mommynya yang wangi dan sepertinya bayi perempuan itu terlihat sangat merindukan Mommynya namun dia tidak pernah dia perlihatkan pada saat videocall.“Mommy juga sangat rindu padamu, My Baby Girl!” bisik Alin memeluk tubuh montok Syelin seakan ingin meleburkan masuk ke dalam tubuhnya. Beberapa tetes airmata membasahi sudut mata indahnya. Sean juga ikut berhambur memeluk Alin dan menciumi lengan Syelin yang memeluk leher Alin. Syelin akhirnya tertawa geli menarik rambut Sean. Mata Syelin menatap ke arah Sky yang berdiri di samping Mommynya dan tersenyum padanya. Pertama kalinya lengan Syelin teracung dan Sky langsung meraih tubuh Syelin di gendongan Alin untuk dia gendong, peluk dan cium bertubi-tubi. Pertama kali Sky memeluk Syelin
Janette baru saja selesai minum obat dan akan beristirahat di rumah pribadinya. Dia ingin datang ke kediaman Yuan, bertemu Sky yang belum sempat bicara banyak dengannya sejak kembalinya Sky ke Singapura. Tapi Sky sudah lebih dulu menemuinya. “Mom,” panggil Sky sambil memeluk tubuh Janette yang semakin kurus. “Sky …” Janette menatap pria di depannya, tangannya membelai wajah Sky yang kini juga tampak jauh berubah. Lebih banyak tersenyum tidak seperti sebelumnya. “Maafkan aku!” ucap Sky lirih dan kembali memeluk tubuh wanita yang sudah membesarkannya dengan penuh cinta, kasih sayang juga mengajarkan kedisiplinan tinggi padanya. Janette menggelengkan kepalanya, “Mommy yang harus minta maaf. Mommy gagal menjadi ibu yang baik untukmu dan juga Nicholas,” balas Janette dengan bahasa tersirat. Sky membawa Janette duduk di sofa, menyandarkan punggung Janette serta menaikkan kakinya agar lurus ke depan. “Kami tidak menyalahkan Mommy. Mommy tetap ibu yang hebat untuk kami, neneknya Syelin d
Angelo langsung di giring oleh aparat kepolisian begitu dia keluar dari imigrasi bandar udara Ninoy Aquino, Manila. Sedangkan Riri di bawa kembali ke Singapore. Terjadi pemberontakan pada Riri yang tidak mau di bawa kembali tapi dia tidak bisa melawan petugas yang memiliki tubuh tinggi besar membekuk tangannya ke belakang. "Berjalan maju seperti biasa, atau kamu akan kami tembak jika berani kabur di sini. Kami memiliki ijin untuk itu," bisik petugas wanita dekat telinga Riri lalu mengepalkan tinjunya ke pinggang belakang Riri dan mendorong tubuh wanita itu agar terus bergerak maju. Di Singapura, Sky dan Seiji masih berbincang di ruang kerja Sky. Syelin tertidur di pangkuan Seiji, tidak mau di letakkan di atas kasur. "Dia sudah kembali," ucap Seiji memberitahu tentang Riri kepada Sky. "Uhm! Terima kasih, Seiji." sahut Sky bergumam dan berterima kasih. "Bagaimana hubunganmu dengan Irine? Putriku sepertinya membutuhkan Mama, selain Alin tentunya, yang akan mendampingimu," "Ap
Riri langsung duduk pada kursi di depan Alin, wajahnya sedikit pucat seperti kurang istirahat dan kantung matanya sedikit menghitam. "Puas kamu, Alin?" ucap Riri sinis pada Alin yang sudah menunggunya lima menit lalu. Alin menatap Riri lekat-lekat, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan melipat tangan di depan dadanya, "Puas?" ulang Alin menaikkan alisnya ke atas, "Apa maksudmu?" lanjutnya terus memperhatikan semua gerak-gerik Riri di depannya. Di sudut ruangan berdiri tegak Keita yang mendampingi Alin sesuai peran yang di butuhkan. Wajah Keita juga menatap Riri tanpa ekspresi tapi telinganya ikut mendengarkan apapun yang di ucapkan Riri pada Alin. "Ga usah pura-pura! Munafik kamu, Alin! Apa tujuanmu datang ke sini kalau bukan untuk menertawakanku? Huh! Kamu pikir kamu sudah menang?" Riri tertawa sinis mengejek dan menghina Alin yang tetap tersenyum di bibirnya meski matanya menatap Riri tajam. "Terserah kamu menilaiku apa, yang pasti aku hanya ingin menjengukmu. Bagai
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida