"Kevin, bisakah aku minta tolong tentang sesuatu?"Ketika Evan sedang berada dalam perjalanannya untuk pergi ke kamar mandi sebelum pria itu berangkat bekerja, Maya segera bicara sebelum Evan kembali lagi dari kegiatannya untuk bersiap bekerja seperti biasanya. Ekspresi serius Maya telah membuat Kevin terdiam untuk sementara waktu. Pria itu tahu Maya akan membicarakan sesuatu yang serius. Jadi untuk mempersingkat waktu, Kevin segera mengangguk cepat untuk membalas pertanyaan Maya. "Selama aku bisa melakukannya, aku akan melakukannya," ujarnya dengan tegas. Maya tersenyum lega mendengar jawaban itu. Dia memastikan bahwa Evan baru saja berbelok untuk pergi ke kamarnya sendiri, saat dia langsung mendekati Kevin untuk berbisik pada pria itu. "Aku butuh segala informasi tentang Anton, paman dari Evan. Aku tahu dalam kontrak aku tidak seharusnya ikut campur dalam masalah keluarga Evan seperti ini. Namun Evan adalah temanku, aku tidak bisa diam saja saat dia digertak oleh seseorang, Kevin."
Mata gelap Evan menatap kosong ruangan kantornya yang sepi saat jam kerja tengah berlangsung. Bayangan tangis Maya, entah kenapa masih berbekas erat di benak pria itu. Bahkan saat sarapan tadi, wajah menangis Maya tetap saja terbayang-bayang di ingatan Evan. Pria itu merasa dia tidak bisa fokus hari ini, selama bayangan Maya terus menganggu pikirannya. Evan tahu bahwa Maya menangis karena gadis itu terharu saat itu. Namun Evan tetap tidak dapat menahan dirinya, untuk merasa bahwa dadanya terlilit erat tiap kali dia melihat satu tetes air mata mengalir dari mata yang biasanya selalu tampak kuat dan penuh semangat itu. Evan tidak ingin melihat Maya menangis. Bukan hanya tidak ingin melihat, mungkin akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa Evan sama sekali tidak ingin Maya sampai menangis. Pria itu ingin istrinya selalu bahagia. Istrinya merupakan gadis yang baik, Evan pikir gadis itu juga pantas mendapat semua kebahagiaan yang ada di dunia ini. Gadis itu pantas mendapatkan yang lebih b
Evan benar-benar bersyukur dia tidak melakukan hal bodoh ini di rumahnya sendiri. Dengan kekacauan yang dia buat, Evan yakin Maya akan khawatir padanya jika gadis itu tahu dia baru saja memaksakan dirinya sendiri saat ini. Maya memiliki kebiasaan untuk mengkhawatirkan Evan secara berlebihan. Evan tidak ingin, Maya melihatnya dalam kondisi buruk seperti saat ini. Namun kekacauan yang Evan timbulkan, tetap menarik perhatian Kevin yang ruang kerjanya diatur bersebelahan dengan ruangan Evan. Evan bisa mendengar suara tergesa-gesa seseorang yang berlari ke arah ruangannya, sebelum pintu ruang kerjanya tiba-tiba terbuka dari luar. Melihat kekacauan yang ada di ruang kerja Evan, Kevin dengan cepat melangkah mendekat untuk membantu sahabatnya itu. Pertama-tama dia membantu menyingkirkan pecahan vas dari tubuh Evan, sebelum membantu pria itu duduk di kursi rodanya lagi. Setelah Kevin berhasil membersihkan pecahan keramik yang tersebar di sekitar Evan, barulah perhatian Kevin terarah pada tem
Ding! [Ini data yang kamu minta sebelumnya. Jika ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan lagi, kamu bisa langsung memberi tahu aku.]Maya melihat ponselnya sendiri dengan perasaan kagum, saat file demi file berturut-turut dikirim ke emailnya oleh Kevin. Maya dengan teliti membaca satu per satu file yang dikirimkan oleh pria itu. Bibirnya menampilkan senyum licik, saat dia menandai poin-poin penting dari data tersebut. Dia memang tidak berniat membunuh pria itu dalam waktu dekat. Namun memberi pria itu pelajaran secara perlahan-lahan pasti menyenangkan juga. Kembali masuk ke aplikasi pesannya, Maya mengirim pesan pada Kevin untuk mengucapkan terima kasih. Selang beberapa menit kemudian, Kevin kembali membalas pesan dari Maya. Mereka tidak bertukar pesan lagi setelah itu, karena Maya tahu Kevin pasti sangat sibuk saat tengah bekerja dengan Evan. Tidak lama kemudian, Maya akhirnya mendengar suara mobil asing yang memasuki halaman luas rumah Evan. Maya bangkit untuk mengintip tamu itu dar
Maya sudah mulai berkeringat saat gadis itu mulai merubah cara bertarungnya ke tingkat yang lebih sulit. Gadis itu ingin Tian berhenti bersikap santai, dan sesekali sengaja membiarkan Maya memukulnya untuk membangkitkan semangat dari gadis itu. Maya mungkin ahli dari teknik membunuh, tetapi gadis itu juga ingin ahli dalam bela diri biasa di masa depan. Sambil menerapkan langkah senyap yang dia pelajari dari hidup di tengah-tengah kumpulan zombie, Maya kembali menyerang dengan tingkat keseriusan yang nyata setelah itu. Menyadari perubahan drastis dari gaya bertarung Maya, ekspresi Tian berubah saat dia mulai menggunakan kedua tangannya untuk menangkis pukulan dan tendangan Maya yang sangat lincah. Pria itu mulai sedikit fokus untuk mewaspadai gerakan Maya, sampai satu gerakan tiba-tiba membuat Tian kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat sebelum dia berhasil menyerang Maya. Tian terkejut sekaligus bingung saat keseimbangannya benar-benar hilang dan dia terjatuh sementara Maya masih b
Kepulan asap panas naik ke atas saat Maya yang baru saja selesai mandi keluar dari kamar mandinya dengan pakaian santai. Setelah berkeringat seharian ini, Maya akhirnya kembali ke tampilan segar yang tidak lagi kotor seperti sebelumnya. Gadis itu langsung menolehkan kepalanya ke arah jendela yang ada di kamarnya, saat suara mobil yang akrab masuk ke indra pendengarannya. Evan, di tengah malam, akhirnya kembali bersama Kevin dari pekerjaannya. Maya sampai harus mengirimkan makan siang dan malamnya lewat Kevin yang pulang hanya untuk mengambil barang di sore hari. Evan tidak biasanya begini. Pria itu bahkan tampak pucat, saat Kevin membantunya turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya. Dengan terburu-buru, Maya segera menyimpan handuknya yang tengah dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya sebelum keluar dari kamar pribadinya. Maya langsung pergi menuju pintu depan, di mana Evan baru saja masuk dengan kursi roda otomatisnya yang melaju dengan pelan. "Kamu baik-baik saja? Bagaimana
Melihat reaksi suaminya, Maya tidak jadi marah saat dia akhirnya hanya bisa menghela napas panjang. Gadis itu mengamati kaki Evan dengan hati-hati. Tangannya sekali lagi menyusuri setiap bagian kaki Evan dengan wajah serius. Maya seorang ilmuwan yang sering membedah manusia di masa lalu. Dia bisa melihat, bahwa otot dan saraf Evan memang tengah dirangsang kembali bekerja saat ini. "Rasanya pasti sangat sakit," batin Maya dengan iba. Gadis itu dengan hati-hati membantu Evan untuk duduk sambil bersandar pada tumpukan bantal yang tebal, sebelum dia bergerak untuk mengambil semangkuk bubur yang sebelumnya dia masak secara terburu-buru."Aku akan mengompres bagian yang sakitnya tidak tertahankan. Namun kamu juga harus makan, Evan. Aku baru saja membuat bubur itu tadi, tubuhmu akan merasa lebih baik setelah memakannya."Tatapan Evan kompleks saat Maya sama sekali tidak menyinggung keputusan diam-diamnya dan malah langsung merawat Evan tanpa banyak bertanya. Gerakan tangan gadis itu begitu
"Kamu yakin tidak ingin kami menemanimu selama kamu mengambil ujian?"Maya yang sebelumnya tengah sarapan langsung mendongkak saat Evan sekali lagi bertanya tentang apakah Maya benar-benar yakin mereka hanya harus mengantar gadis itu dan tidak perlu menunggunya sampai acara itu selesai. Untuk menjawab pertanyaan suaminya, Maya sekali lagi dengan yakin membalasnya dengan anggukan. Ujian itu akan berlangsung selama tiga sesi dengan waktu dua jam per sesinya. Membuat Evan dan Kevin menunggunya selama enam jam itu hal seperti itu sungguh percuma menurut Maya. Gadis itu tidak ingin menyusahkan mereka di waktu sibuk ini. Apalagi Evan juga tetap harus menghadiri sesi rehabilitasi untuk hari ini. Maya tidak akan membiarkan keduanya menunggunya di tempat ujian itu diadakan. Dia hanya akan ujian, tidak ada sesuatu yang spesial tentang hal itu."Aku bisa pulang naik taksi jika ujiannya telah selesai, Evan. Untuk makan siang kalian... Aku telah menyiapkan bekal yang bisa kalian hangatkan di micr
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita