Kepulan asap panas naik ke atas saat Maya yang baru saja selesai mandi keluar dari kamar mandinya dengan pakaian santai. Setelah berkeringat seharian ini, Maya akhirnya kembali ke tampilan segar yang tidak lagi kotor seperti sebelumnya. Gadis itu langsung menolehkan kepalanya ke arah jendela yang ada di kamarnya, saat suara mobil yang akrab masuk ke indra pendengarannya. Evan, di tengah malam, akhirnya kembali bersama Kevin dari pekerjaannya. Maya sampai harus mengirimkan makan siang dan malamnya lewat Kevin yang pulang hanya untuk mengambil barang di sore hari. Evan tidak biasanya begini. Pria itu bahkan tampak pucat, saat Kevin membantunya turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya. Dengan terburu-buru, Maya segera menyimpan handuknya yang tengah dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya sebelum keluar dari kamar pribadinya. Maya langsung pergi menuju pintu depan, di mana Evan baru saja masuk dengan kursi roda otomatisnya yang melaju dengan pelan. "Kamu baik-baik saja? Bagaimana
Melihat reaksi suaminya, Maya tidak jadi marah saat dia akhirnya hanya bisa menghela napas panjang. Gadis itu mengamati kaki Evan dengan hati-hati. Tangannya sekali lagi menyusuri setiap bagian kaki Evan dengan wajah serius. Maya seorang ilmuwan yang sering membedah manusia di masa lalu. Dia bisa melihat, bahwa otot dan saraf Evan memang tengah dirangsang kembali bekerja saat ini. "Rasanya pasti sangat sakit," batin Maya dengan iba. Gadis itu dengan hati-hati membantu Evan untuk duduk sambil bersandar pada tumpukan bantal yang tebal, sebelum dia bergerak untuk mengambil semangkuk bubur yang sebelumnya dia masak secara terburu-buru."Aku akan mengompres bagian yang sakitnya tidak tertahankan. Namun kamu juga harus makan, Evan. Aku baru saja membuat bubur itu tadi, tubuhmu akan merasa lebih baik setelah memakannya."Tatapan Evan kompleks saat Maya sama sekali tidak menyinggung keputusan diam-diamnya dan malah langsung merawat Evan tanpa banyak bertanya. Gerakan tangan gadis itu begitu
"Kamu yakin tidak ingin kami menemanimu selama kamu mengambil ujian?"Maya yang sebelumnya tengah sarapan langsung mendongkak saat Evan sekali lagi bertanya tentang apakah Maya benar-benar yakin mereka hanya harus mengantar gadis itu dan tidak perlu menunggunya sampai acara itu selesai. Untuk menjawab pertanyaan suaminya, Maya sekali lagi dengan yakin membalasnya dengan anggukan. Ujian itu akan berlangsung selama tiga sesi dengan waktu dua jam per sesinya. Membuat Evan dan Kevin menunggunya selama enam jam itu hal seperti itu sungguh percuma menurut Maya. Gadis itu tidak ingin menyusahkan mereka di waktu sibuk ini. Apalagi Evan juga tetap harus menghadiri sesi rehabilitasi untuk hari ini. Maya tidak akan membiarkan keduanya menunggunya di tempat ujian itu diadakan. Dia hanya akan ujian, tidak ada sesuatu yang spesial tentang hal itu."Aku bisa pulang naik taksi jika ujiannya telah selesai, Evan. Untuk makan siang kalian... Aku telah menyiapkan bekal yang bisa kalian hangatkan di micr
Tiga puluh menit sebelum waktu ujian dimulai, mobil yang sangat mencolok akhirnya berhenti di halaman luas tempat ujian tersebut akan diadakan. Namun karena bahan jendela mobil Evan diatur agar orang luar tidak bisa melihat apa saja yang terjadi di dalam mobil, orang-orang hanya bisa menebak orang kaya mana lagi yang ikut mengambil bagian dari ujian masuk universitas pada tahun ini. Sesekali orang-orang akan mencuri pandang ke arah mobil Evan, hanya untuk menunggu kira-kira siapa yang akan turun dari mobil mewah tersebut. Sayangnya, Maya tidak terlalu memperhatikan keributan itu saat dia sibuk berbicara dengan Evan dan Kevin sepanjang waktu. Hanya ketika mobil berhenti, Maya akhirnya sadar bahwa mereka telah tiba di tempat tujuan mereka. "Ah, aku harus pergi," ujar Maya memberi tahu. Evan juga memperhatikan lingkungan mereka dan akhirnya mengangguk. Pria itu masih tidak bisa muncul secara terang-terangan di depan publik saat ini. Dia hanya bisa menurunkan jendela mobil sampai batas
"Halo, namaku Finola. Kamu Diana bukan? Anak bungsu dari Paman Anton."Gadis yang dipanggil Diana itu tampak terkejut sejenak dengan inisiatif Maya untuk mengajaknya bicara. Diana tentu saja tahu siapa Finola tanpa gadis itu perlu mengenalkan dirinya. Finola adalah istri dari keponakan ayahnya. Dan Diana tidak menyangka, gadis seperti itu akan mau menyapanya pertama seperti saat ini. Untung saja Diana tidak seperti ayahnya yang bermuka dua. Gadis itu tetap ikut memberikan Maya senyuman sopan, sebelum tangannya terulur untuk menerima uluran tangan Maya. "Senang bertemu denganmu Finola. Apa kamu sendirian? Kamu bisa bergabung dengan kami untuk makan siang bersama jika kamu tidak keberatan."Maya berkedip dan menatap Diana saat dia tidak menyangka orang licik seperti Anton bisa memiliki anak yang polos seperti gadis ini. Namun Maya dengan cepat tersenyum lagi, saat dia menerima tawaran itu tanpa ragu-ragu."Terima kasih. Aku memang tidak mengenal siapa pun karena aku melewati satu tahu
"Kamu benar-benar berani bertindak sombong setelah menikahi Evan bukan?!"Maya dengan tenang melihat ke arah sumber dari suara marah itu. Dari kejauhan, Grace berjalan dengan cepat untuk menariknya secara kasar di depan umum. Dengan tenaga Grace yang tidak seberapa, Maya sebenarnya bisa saja menghempaskan gadis itu ke lantai sebelum gadis itu bisa bicara lagi. Namun banyak pasang mata tengah melihat mereka saat ini. Maya menganggap itu sebagai keuntungan. Gadis itu berpura-pura menjadi 'adik kecil yang penurut', saat ekspresinya segera berubah menjadi wajah bingung yang terlihat terkejut. "Kak Grace? Mengapa Kakak ada di sini?"Grace semakin menggeram marah saat dia melihat orang-orang mulai menatapnya dengan wajah tidak suka karena keributan yang dia timbulkan. Dia ingin menyeret Maya secara paksa untuk pergi dari tempat itu, tetapi sebuah tangan dengan tegas tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ekspresi Maya sejenak berubah terkejut saat dia melihat Diana bersedia membelanya walaupu
"Argh!"Maya mengerutkan alisnya saat suara teriakan yang memekikan telinga sampai ke telinganya. Di balik dinding kaca yang tebal, Maya bisa melihat orang lain meronta kesakitan dengan mata yang melotot dan memerah seperti darah bisa merembes keluar dari matanya pada detik berikutnya. Orang itu berjuang demi hidupnya. Matanya yang melotot menatap Maya dengan marah. Bibir orang itu mengatakan sesuatu. Suaranya memang tidak terdengar, tetapi Maya jelas tahu orang itu bicara apa hanya dari gerakan bibirnya saja. "Terkutuklah kalian semua."Maya menyaksikan saat orang itu perlahan menghentikan perlawanannya dan jatuh lemas tidak lama kemudian. Suasana di sekitar lab penelitian seketika hening. Maya mendengar helaan napas kecewa dari sebelahnya. Rekan peneliti lainnya mendesah, lalu menggeleng kecewa seakan orang yang baru saja mati sama sekali bukan urusan mereka. "Gagal juga. Berani sekali orang itu mengumpat setelah apa yang kita lakukan untuknya selama ini. Dia seharusnya senang bis
Maya membuka matanya lagi setelah ingatan di masa lalu mengisi tidurnya yang panjang. Maya ingat sekarang. Di masa lalu, di awal-awal hidupnya sebagai peneliti, Maya memang senang menghukum dirinya sendiri dan terus berharap bahwa dia bisa menyelamatkan seseorang dengan kemampuannya. Terkadang dia masih menangis sendirian, membuat dirinya sendiri tidur dengan air mata tanpa suaranya di masa-masa gelap itu. Hari-hari itu menghilang setelah Maya mulai menutup dirinya atas semua kebaikan. Namun memikirkan kembali semua itu sekarang, Maya benar-benar beruntung dia mengingat tujuannya lagi setelah dia pindah ke dunia ini. Sesuatu yang telah mereka perjuangkan akhirnya berhasil di dunia ini. Makanan itu benar-benar bisa mempercepat penyembuhan. Pengetahuannya telah menyelamatkan nyawa seseorang, dan dia lega semuanya tidak sia-sia pada akhirnya. Maya tanpa sadar tersenyum ketika dia kembali mengingat semua itu. Perhatiannya baru teralih kembali, saat suara mesin kursi roda yang akrab mena
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita