Selesai membersihkan dirinya sehabis berolahraga, Maya mendatangi ruang makan seperti intruksi dari pelayan yang sebelumnya datang ke kamarnya untuk memberi tahu bahwa Evan telah bangun dan tengah menunggunya untuk sarapan bersama. Walaupun Maya saat ini hanya menumpang di rumah Evan, pria itu tampaknya tidak berniat untuk memperlakukannya secara tidak hormat. Evan dan Kevin telah terlebih dahulu tiba di ruang makan, saat Maya akhirnya masuk untuk sarapan bersama dengan mereka.
"Maaf aku membuat kalian menunggu."
Sebagai bentuk kesopanan, Maya lebih memilih untuk menggunakan pakaiannya yang kemarin dibandingkan baju kebesaran yang dia pakaian untuk berolahraga sebelumnya. Evan tampaknya menyadari dia menggunakan pakaian yang sama seperti saat pertama kali Maya datang, karena pria itu terus menatapnya lama sebelum mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi. Seorang pelayan dengan sigap segera menuntun Maya ke kursinya sendiri. Gadis itu bahkan tidak perlu menggunakan tang
"Baiklah. Semuanya sudah terbeli. Apa Nona Muda butuh sesuatu yang lain saat ini?" Maya menatap takjub tumpukan tas yang dibawa oleh pelayan Evan saat ini. Maya tahu Evan memang tidak kekurangan uang untuk membeli apa pun yang dia inginkan. Namun membeli hampir setengah toko untuk pakaiannya saja sebenarnya tetap terlalu berlebihan bagi Maya. Sebelumnya, gadis itu terus saja bersikeras bahwa dia tidak memerlukan pakaian sebanyak itu. Namun tanpa diduga, ternyata orang-orang yang ikut dengannya memang telah diberi intruksi untuk membeli beberapa set pakaian untuk Maya kali ini. Maya harus mencoba berbagai pakaian berbeda sejak tadi. Mulai dari pakaian tidur, pakaian pergi, gaun pesta, pakaian santai, sampai pakaian olahraga juga dihitung berbeda oleh mereka. Maya yang tidak pernah lelah bahkan saat dia dikejar zombie secara mengejutkan sedikit lelah kini, saat dia duduk di bangku yang disediakan hanya untuk sekedar membuang napas panjang. Akan tetapi keluhannya segera
Begitu Maya akhirnya tiba di rumah Evan, gadis itu tanpa ragu mulai berjalan menuju dapur dengan bahan-bahan kimia yang baru saja dia beli hari ini. Maya juga telah memberi tahu koki yang bertanggung jawab untuk memasak makan malam bahwa dia yang akan memasak untuk malam ini. Maya akan memasakan semua orang makanan sehat yang tidak pernah ada sebelumnya, sebagai rasa terima kasihnya atas apa yang telah orang-orang ini lakukan padanya sejak dia mulai tinggal di rumah Evan. Dengan semangat, Maya menyimpan beberapa bahan-bahan kimia yang sebelumnya di beli di dapur dan mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan yang dia inginkan saat ini. Matanya langsung berubah cerah, ketika Maya dengan bersemangat mulai menggulung lengan bajunya dan mulai mencuci sayur dan buah yang dia ambil sambil sedikit bersenandung. Peralatan dapur di rumah Evan sangat banyak, jadi sangat nyaman bagi Maya untuk membuat makanan yang hendak dia buat kali ini. Namun, karena bahan-bahan makanan itu haru
Di sisi lain, pintu masuk rumah Evan terbuka saat Evan dan Kevin akhirnya kembali dari pekerjaan mereka. Dengan mobil yang sudah dimodifikasi, Evan bisa turun dengan mudah tanpa bantuan dari siapa pun saat ini. Kursi rodanya melaju untuk masuk ke dalam rumah, saat aroma menyenangkan yang asing tiba-tiba menyapa indra penciumannya."Dia sepertinya benar-benar memasak," gumam Evan dengan suara pelan. Tidak ada yang bisa mendengar ucapan pelan pria itu kecuali Kevin, yang memang tengah berjalan di sebelah pria tersebut."Ngomong-ngomong, kamu sepertinya bersikeras untuk pulang cepat hari ini agar kita bisa kembali sebelum jam makan malam. Ya ampun Evan, kamu seharusnya bilang padaku jika kamu memang benar-benar menantikan masakannya hari ini," kata Kevin, separuh menggoda temannya itu.Kursi roda otomatis Evan segera berhenti ketika dia mendengar godaan dari Kevin. Pria itu menatap tajam temannya untuk memberi pria itu peringatan, tetapi tidak sedikit pun Evan bern
"... Salahmu.""Semua ini... Salahmu.""Semua ini salahmu, Evan!""Evan, ini sudah waktunya bagimu untuk bangun. Aku akan masuk oke?"Evan tersentak dari tidurnya ketika suara ketukan pintu membangunkannya dari mimpi buruk yang menghantuinya hampir setiap hari. Wajah Evan tidak terlalu baik, saat suara-suara yang menganggunya itu lagi-lagi menganggu istirahatnya hari ini. Pria itu berwajah kusut, saat Kevin akhirnya masuk ke kamarnya dengan wajah cerah."Evan, apa kamu merasa-" Kevin berhenti bicara saat dia melihat wajah pucat dari teman baiknya itu. "Apa kamu kembali mendapatkan mimpi itu?" tanyanya dengan nada khawatir. Evan tidak menjawab saat dia menarik kursi rodanya untuk mendekat. Dengan tumpuan tangan yang bergetar, Evan mulai duduk di kursi rodanya tanpa bantuan siapa pun. Pria itu tetap tidak mengatakan apa-apa, saat dia melewati Kevin untuk masuk ke dalam kamar mandi."Evan."Eks
"Finola..."Kevin yang baru saja hendak menegur gadis itu dihentikan oleh Evan yang tiba-tiba memegang tangannya erat. Mulut Evan terlihat seperti garis lurus saat pria itu tidak mengatakan apa pun. Melihat ekspresi Evan, Kevin tidak tahu lagi apakah pria itu tengah marah atau tidak saat ini.Maya juga tahu dia telah berbicara terlalu banyak hari ini karena dia terlalu bersemangat. Gadis itu menghela napas panjang, saat suaranya perlahan melembut untuk membujuk calon suaminya itu."Aku tahu aku mungkin terdengar tidak masuk akal saat ini. Namun aku benar-benar bisa menyembuhkan Evan secara perlahan. Kamu sudah merasakan efek dari makanan itu sendiri. Itu hanya permulaan. Selama aku tahu pasti penyakit apa yang di derita oleh Evan selama ini, aku bisa bekerja keras untuk mencari obatnya demi Evan. Tidak apa-apa jika kalian belum menemukannya. Aku akan menciptakannya. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan, untuk membalas kebaikan yang telah kalian beri padaku. Seum
Mata Maya menatap kolom berita trending pada hari ini dengan tatapan rumit. Dia tidak pernah tahu, bahwa berita pernikahannya dengan Evan akan dilirik oleh orang-orang seramai ini. Banyak orang sudah mulai berkomentar tidak lama setelah berita itu dirilis. Masing-masing dari mereka mulai mengungkapkan rasa penasarannya. Karena Evan yang suram sekarang, tampaknya pernah menjadi idola kesayangan para wanita di masa lalu. Maya awalnya hendak melewati berita itu dengan menekan tombol kembali. Saat salah satu komentar, tiba-tiba menarik perhatiannya. [Pernikahan? Aku hanya bisa berharap mereka sama-sama saling mencintai dan tidak bersama hanya karena memiliki maksud tertentu saat ini.] Maya termenung saat dia mendengar komentar singkat itu. Memang benar, mereka menikah hanya demi tujuan masing-masing saja saat ini. Namun secara pribadi, Maya sudah menganggap Evan sebagai temannya sejak pria itu bersedia merawatnya dengan baik sekalipun Maya hanya
Melihat Maya yang tiba-tiba berubah serius, Evan yang semula kesal karena nomornya diminta paling akhir akhirnya mengurungkan idenya untuk langsung pergi dan malah berakhir memerhatikan apa yang sebenarnya tengah Maya rencanakan. Evan memerhatikan saat alis Maya menyatu, ekspresinya berubah serius, lalu berubah lagi menjadi ekspresinya yang biasa. Maya tersenyum saat dia menatap Evan lagi, sebelum menunjukan layar ponselnya pada pria itu."Karena kamu yang paling spesial di hidupku, aku memasukanmu sebagai kontak darurat nomor satu. Dengan begini, kita bisa saling menghubungi dengan mudah Evan."Dari apa yang Kevin ajarkan padanya, Maya tahu bahwa kontak darurat hanya bisa diisi oleh orang yang paling Maya percayai. Dari semua orang yang Maya kenal di dunia ini, hanya nama Evan lah yang pertama kali bisa Maya pikirkan saat dia mengetahuinya. Bukan hanya Evan sangat baik padanya, Maya juga bisa tahu bahwa Evan tidak pernah memiliki niat buruk apa pun sekalipun mereka ha
"Selama berada di sana, kamu memiliki hak untuk tetap diam, Finola. Biarkan kami saja yang bicara atas namamu. Meminta tanda tangan mereka tidak akan mudah kali ini. Orang yang licik. Aku yakin mereka bahkan tidak akan repot-repot mengijinkan kita masuk lagi jika kita tidak berjanji akan datang bersamamu kali ini." Maya tersenyum dengan wajah tenang saat dia mendengarkan saran yang diberikan oleh Kevin dengan sungguh-sungguh. Matanya diam-diam menatap jalanan ramai yang mereka lewati saat ini. Tatapannya sedikit mendingin, saat dia memikirkan kembali kemungkinan apa saja yang akan terjadi jika dia kembali ke rumah itu saat ini. Karena tipu muslihat keluarganya, Maya saat ini sudah dianggap sebagai anak haram tidak tahu diri karena berani meninggalkan keluarga yang membesarkannya selama ini hanya karena dia telah bertunangan dengan pria yang lebih berkuasa. Keluarga tubuh yang dia pakai ini memang sangat pandai berpura-pura jika mereka harus melakukannya. Tidak bisa m
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
[Kebangkitan Pewaris Tunggal Keluarga Orlando.]Maya membaca berita itu dengan alis sedikit berkerut. Bukan isi beritanya yang kali ini membuatnya kesal. Namun komentarnya, benar-benar membuat Maya kesal saat gadis itu membacanya satu per satu. Ketika Evan sakit, semua orang menilai kisah cinta mereka dengan cara yang relatif negatif. Sebagian menganggap Maya hanya menikah demi kekayaan Evan. Sementara yang lain, merasa kasihan karena Maya harus menikah dengan pria sekarat seperti Evan. Hanya sedikit orang yang benar-benar tulus mendoakan kebahagiaan hubungan mereka. Namun ketika berita kesembuhan Evan telah menyebar, orang sepertinya mulai berlomba-lomba menghapus komentar mereka yang sebelumnya dan mulai memuji mereka sebagai pasangan paling bahagia di muka bumi. Beberapa bahkan mengaku mengenalnya atau Evan, dan memuji keserasian mereka walaupun aslinya Maya tidak mengenal orang-orang itu. Sekarang Maya tahu mengapa Evan begitu terisolasi dari dunia luar selama ini. Di masa ketik
Begitu mereka sampai di rumah sakit, Diana sudah selesai diperiksa dan tengah beristirahat di ruang rawat bersama dengan teman-temannya. Kejadian itu tampaknya terlalu mengejutkan untuk gadis-gadis muda itu, hingga tidak ada yang bicara sampai Maya masuk ke dalam ruangan bersama dengan Evan dan juga Kevin. "Maaf kami datang terlambat. Bagaimana keadaan kalian saat ini?"Mata Diana langsung memerah saat dia ingat Maya lagi-lagi telah menyelamatkan nyawanya. Maya yang sadar dengan perasaan Diana segera menghampiri gadis itu. Maya membiarkan Diana memeluknya erat, sebari menangis sementara dia sendiri berusaha menenangkan Diana dengan mengelus punggungnya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Kamu sudah aman sekarang..."Maya berbisik pelan sementara matanya menatap Evan dan Kevin yang diajak keluar oleh dua teman Diana. Maya tahu keduanya kemungkinan besar akan membicarakan tentang hasil pemeriksaan Diana atau sekedar memberi Diana ruang untuk menumpahkan perasaannya. Ya mana juga baik-baik
"Kalau begitu, Saya harap kalian bersedia mendengarkan saran dari Saya."Sementara Maya tengah berlari ke mana-mana untuk mencari Diana, Evan dan Kevin baru saja selesai bicara dengan para petinggi universitas dan sedang diantar untuk keluar dari ruangan. Mereka baru saja hendak membuka pintu, saat kepala keamanan universitas masuk dengan tergesa-gesa sampai hampir saja menabrak Evan yang berada di depan pintu. "Gawat Pak, seseorang baru saja berkelahi di dalam gudang!"Wajah orang-orang memerah karena malu saat kepala keamanan itu melaporkan masalah ketika Evan dan Kevin masih ada di ruangan itu. Mereka baru saja berjanji akan meningkatkan keamanan di dalam lingkungan universitas. Dan sekarang, seseorang malah melaporkan bahwa baru saja terjadi pertengkaran di lingkungan kampus. "Apa yang kamu katakan? Jika para mahasiswa mulai berselisih lagi, kamu bisa membawanya kemari tanpa menimbulkan keributan yang tidak perlu!"Rektor universitas memarahi sebelum Evan atau Kevin semakin menc
Di tempat lain, Diana kembali jatuh dengan keras saat seseorang menendangnya tepat di bagian perut. Temannya Evelyn dan Josephine, hanya bisa menangis saat keduanya ditahan oleh anak-anak lain agar tidak bisa membantu Diana. Sejak Diana datang ke kampus, gadis itu sudah tidak dapat menghitung berapa banyak cacian yang sudah dia dapatkan hari ini. Namun perlakuan yang dia terima dari kakak tingkatnya ini, merupakan yang terparah dari semua orang. Ketika Diana tiba di kelasnya, dia tiba-tiba saja diseret keluar oleh orang-orang kuat ini. Pakaian indah pemberian ayahnya sudah kacau karena kotoran dan sampah yang sebelumnya dilempat ke tubuhnya. Diana menatap tanah dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu, ini merupakan hukumannya karena memiliki ayahnya yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang dengan tindakannya. "Ya ampun, lihatlah. Putri terhormat Tuan Anton yang luar biasa tampak seperti kotoran berjalan saat ini."Anak-anak lain tertawa saat salah satu dari mereka menghina Diana sa
"Diana memberi tahumu bahwa dia akan kembali masuk kuliah? Bagus kalau begitu. Aku akan bertemu dengan kalian di universitas nanti.""Ah, masalah universitas biar aku saja yang menangani. Katakan saja pada Diana untuk fokus menjalani studinya." "Tidak, aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya aku lakukan sebagai keluarga. Terima kasih karena telah memberi tahuku. Sampai bertemu di kampus nanti."Evan menyaksikan saat Maya asik menelepon salah satu kenalan Diana. Setelah acara pemakaman yang dilangsungkan kemarin, Maya akhirnya yakin dia akan memulai kuliahnya pada hari ini. Gadis itu sudah siap untuk berangkat kuliah, saat salah satu teman Diana menelepon istrinya itu. "Diana akhirnya bersedia menghadiri kuliahnya lagi?" tanya Evan penasaran. Maya mengangguk. "Ya. Diana memberi tahu teman-temannya bahwa dia sudah siap masuk kuliah lagi hari ini. Aku pikir pertemuan kemarin benar-benar berhasil membuatnya lega. Aku berencana untuk menemuinya di kampus nanti. Sejak kemarin, kita
"Apa menurutmu Evan akan datang? Ini memang pemakaman pamannya. Namun orang yang mengaku sebagai pamannya ini telah membunuh orang tuanya bahkan hampir membunuh istrinya juga tidak lama ini. Aku sebenarnya tidak yakin dia akan benar-benar datang.""Ah ya... Namun aku sendiri tidak pernah menyangka Tuan Anton yang terlihat baik dan lembut sebenarnya..."Diana mendengarkan bisikan demi bisikan itu dengan bibir yang tertutup rapat. Ini jelas merupakan hari pemakaman ayahnya. Namun hampir semua tamu undangan, hanya datang untuk menjelekan ayahnya dan menertawakan keluarganya secara diam-diam. Hampir semua orang sudah tahu bahwa Anton merupakan seorang penjahat sekarang. Karena keluarganya telah jatuh, Diana tahu beberapa orang sengaja datang hanya untuk menertawakan penderitaan mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan saingan ayahnya di masa lalu. Atau seseorang yang berusaha menjilat Evan, dengan membenci Anton secara terang-terangan. Karena terdapat banyak tamu tidak diundang dalam aca
"Nah, kamu sudah tampan sekarang."Evan diam-diam mencuri ciuman di pipi istrinya ketika Maya selesai membantunya untuk bersiap. "Kamu juga sangat cantik," bisiknya pelan saat dia melihat Maya yang menggunakan pakaian hitam serasi dengannya. Mereka akan menghadiri acara pemakaman Anton sore ini. Evan melakukannya demi sang bibi dan Diana, sekaligus sebagai awal kemunculan resminya dengan tubuh yang sudah sembuh. Selain Anton, sebagai pebisnis, Evan juga memiliki banyak musuh yang memanfaatkan sakitnya untuk mencuri beberapa proyek perusahaannya. Evan akan muncul untuk memberi mereka peringatan. Bahwa keluarganya belum hancur. Dan dia, tidak mati seperti yang diinginkan oleh orang-orang itu. "Apa kamu yakin ingin ikut denganku saat ini? Sejak kamu diterima di universitas, kamu belum juga datang untuk menghadiri kelas pertamamu. Dan sekarang... Kamu harus menunda waktu studimu lagi demi menemaniku."Maya tertawa ketika dia mendengar kekhawatiran yang dirasakan suaminya itu. "Mari kita