Selama ini Rezvan sudah biasa menatap orang-orang dengan tatapan tajam. Ia juga tidak pernah takut jika ada orang lain yang menatapnya balik dengan tatapan tajam. Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rezvan merasakan ketakutan dengan tatapan orang lain yang di arahkan kepadanya. “Papa, keda—” “Aku bukan papamu!” potong Ardhani cepat sebelum Rezvan menyelesaikan kata-katanya. “Pergi kau dari rumah ini!” “Saya akan pergi tetapi dengan membawa Yesha bersama saya,” jawab Rezvan mantap. Kedatangannya ke sini memang untuk menjemput Yesha dan Ravindra. Namun ia tidak menyangka bahwa keluarga Yesha akan sangat membencinya. Akan tetapi ia tidak akan menyerah dengan mudah untuk membawa Yesha kembali ke rumah bersamanya. “Dalam mimpimu! Aku tidak akan pernah membiarkan putriku tinggal bersama pria kejam dan tidak berperasaan sepertimu. Sudah cukup selama ini kamu menyia-nyiakan dirinya.” “Papa!” panggil Yesha. Diraihnya tangan sang ayah. “Papa, jangan bersikap begitu keras kepada Re
Yesha dan Rezvan memilih pulang ke rumah mereka terlebih dahulu untuk berkemas sebelum menjemput Raka dan Revan pulang sekolah. “Kamu tunggu di sini saja dengan Ravindra,” ucap Rezvan ketika Yesha ingin membantunya mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke kediaman Altezza. “Kalau begitu aku akan mengemasi barang-barang Raka dan Revan.” “Tidak perlu. Biarkan pelayan saja yang melakukannya. Kamu cukup duduk saja di sini dengan Ravindra. Ingat, saat ini kamu sedang hamil. Aku tidak ingin kamu kecapekan. Rezvan pun segera meminta Nala dan Hanna yang tadi menyambut mereka untuk mengemasi beberapa barang-barang penting milik Raka dan Revan. Lalu setelahnya ia mengecup kening Yesha dan berlalu pergi ke kamarnya untuk berkemas. Mengetahui bahwa Rezvan akan pindah ke rumah orang tua Yesha, Andra pun ingin ikut Yesha karena ia merasa dirinya menganggur selama tidak ada Yesha. Lagi pula ia bekerja untuk Yesha, jadi sudah seharusnya ia mengikuti Yesha kemana pun wanita itu pergi. Sayangny
Usai makan malam, Yesha membawa Rezvan ke kamar dengan memberi alasan kepada semua anggota keluarganya bahwa ia sangat lelah dan ingin istirahat lebih awal. Yesha benar-benar sangat penasaran bagaimana Rezvan bisa menemukan hasil tes DNA yang ia simpan di laci meja riasnya. Setahu dirinya, Rezvan tidak pernah memasuki kamar siapa pun kecuali kamar si kembar. “Waktu aku dengar kamu hamil, aku sangat marah sekali.” Rezvan memulai ceritanya. “Saat itu aku benar-benar kalap. Yang ada dipikiranku saat itu, kamu telah mengkhianatiku dan melakukan hubungan yang lebih dengan Raefal atau pria bernama Alfan itu.” Rezvan benar-benar kecewa dan hatinya terluka. Walaupun ia telah mengusir Yesha dari rumah, tetapi rasa sakit dan kecewanya tidak bisa hilang dalam sekejap. Ia juga sudah melakukan banyak kegiatan untuk bisa melupakan sosok Yesha dan juga rasa sakit hati serta kecewanya. Setiap malam ia selalu begadang, bahkan ia pernah tidak tidur sama sekali beberapa kali. Itu semua ia lakukan s
Rezvan melepas pelukannya dan menatap Yesha tepat di matanya yang memancarkan rasa ingin tahu. “Kalau begitu, kamu harus melayaniku dulu. Aku akan memberitahumu setelah kita bercinta.” “Van! Aku serius, Van.” “Aku juga serius, Yesha. Lagi pula kita sudah satu bulan tidak bertemu. Apa salahnya jika kita melepas rindu dengan bercinta?” Rezvan berkata dengan wajah serius. “Kamu bercanda, kan? Kamu pasti ingin menjahiliku karena aku sering menjahilimu, kan?” “Kenapa? Apa kamu takut?” Yesha menelan salivanya dengan susah payah. Bukannya ia tidak mau melayani Rezvan. Hanya saja saat ini dirinya belum siap. Apalagi saat ini dirinya sedang mengandung dan ia tidak tahu apakah mereka boleh melakukan hubungan badan atau tidak. “Baiklah. Kalau begitu mari kita lakukan.” Akhirnya Yesha pun memilih untuk melayani Rezvan meski dirinya tidak siap. Apa yang dikatakan Rezvan memang benar. Mereka adalah pasangan suami istri, tidak ada yang salah dengan melakukan hubungan badan untuk melepaskan rin
Rezvan sangat bersyukur meski mertua dan iparnya sangat membenci dirinya, tetapi mereka semua sangat menyayangi Raka dan Revan. Tampaknya dirinya terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak tentang keluarga istrinya. Raka dan Revan pun kini mulai mengajak Ravindra bermain bersama. Beberpa hari yang lalu, ia berbicara dengan anak kembarnya secara pribadi dan memberitahu mereka berdua bahwa Ravindra adalah adik kandung mereka. Walau awalnya Raka dan Revan sulit menerima, tetapi Rezvan terus membujuk mereka berdua untuk bersikap baik kepada Ravindra. Walau sikap Ravindra kepada saudara kembarnya sama seperti kepada dirinya, tetapi sikap Ravindra sedikit lebih lunak kepada Raka dan Revan. Mungkin karena mereka masih sama-sama kecil, sehingga mereka mudah untuk bergaul. “Yesha, hari ini kamu tidak lupa, kan?” Trisa membuka obrolan di meja makan. “Iya, Ma, aku ingat, kok.” Yesha menatap Rezvan. “Van, hari ini anak-anak biar aku dan mama saja yang mengantar mereka, sekaligus aku mau periksa
Yesha yakin bahwa Ardhani tidak akan benar-benar memisahkan mereka sesuai dengan ancamannya. Namun demi menghindari masalah dan juga supaya keluarganya tidak selalu memojokkan Rezvan, Yesha pun tidak pernah lagi ikut Rezvan ke perusahaan. Akan tetapi ia masih tetap ikut Rezvan untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Rezvan sendiri pun akan langsung mengantar Yesha kembali ke rumah setelah mengantar anak-anak. Tidak ada sedikit pun keluhan dari pria itu meski dirinya harus bolak-balik dan membuatnya selalu datang terlambat ke perusahaan. Sebenarnya Rezvan sudah melarang Yesha untuk ikut mengantar anak-anak ke sekolah, tetapi Yesha bersikeras, sehingga tidak ada pilihan bagi Rezvan selain menurutinya. Lagi pula Rezvan juga menikmati waktu kebersamaannya bersama Yesha dan ke tiga anaknya. “Van,” panggil Yesha dengan mata sayu karena bangun tidur. Dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari. Suaranya serak saat ia kembali bertanya, “Kamu belum tidur dari tadi?” “Belum. Apa aku
“Ada apa? Sejak tadi wajahmu tampak merengut terus.” Rezvan memeluk Yesha. Yesha menyandarkan kepalanya di bahu Rezvan. “Tadi pagi aku berbicara dengan papa. Meminta papa untuk tidak merundungmu terus-menerus. Tapi papa marah dan tidak mau mendengarkanku.” Rezvan membelai kepala Yesha. “Tidak apa-apa. Aku akan berusaha dengan sangat keras membuat papa, mama, Kak Argi, Vernanda dan Zadha untuk memaafkanku dan menerimaku sebagai menantu serta ipar mereka. Lagi pula itu juga kesalahanku. Sudah sewajarnya papa marah kepadaku. Aku pun jika menjadi ayah pasti akan marah mengetahui putrinya diperlakukan tidak baik oleh orang lain meski suaminya sendiri.” Yesha menghela napas kasar. “Ucapanmu persis seperti apa yang papa katakan. Aku yakin jika kalian akrab, kalian pasti sangat cocok sekali.” Rezvan tertawa pelan. “Sekarang kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kasihan anak kita jika kamu stres.” Rezvan mengelus perut Yesha yang sedikit membesar. * * * Sesuai dengan janjinya kepada Yesh
Rezvan keluar dari rumah sakit setelah empat hari dirinya dirawat inap. Dokter juga memberikan nasihat kepada Rezvan untuk menjaga pola makan dan istirahatnya selama pemulihan sebelum Rezvan keluar dari rumah sakit. Ardhani dan yang lainnya pun semakin gencar merundung Rezvan setelah pria itu memberitahu anggota keluarganya yang lain mengenai Rezvan yang membicarakan dirinya di belakangnya. Benar-benar hari yang sangat berat untuk Rezvan lalui. Sebagai seorang istri, Yesha sudah berusaha membantunya semaksimal mungkin. Namun sayangnya tidak ada satu pun upayanya yang berhasil membuat keluarganya berhenti merundung Rezvan. Akhirnya Yesha hanya bisa memberikan semangat dan dukungannya kepada Rezvan, supaya pria itu tidak menyerah akan dirinya karena perlakuan keluarganya. “Kak, bukannya dia saudara tiri kakak, ya?” Zadha menyodorkan majalah bisnis. Yesha menatap majalah itu. Matanya membulat sempurna. Refleks ia mengambil dengan cepat majalah di tangan Zadha. Tertera judul bertulis
Yesha membuka mata secara perlahan ketika indra pendengarannya menangkap banyak suara di ruang rawat inapnya. Untuk sesaat pandangannya pudar sebelum berubah menjadi jelas. Betapa terkejutnya ia ketika netranya menatap sosok keluarga Altezza tengah mengelilingi boks di mana putrinya berada. “Papa! Mama!” pekik Yesha dengan suara parau. Dengan sedikit kesulitan Yesha mencoba untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Mereka semua mengalihkan perhatian dari boks ke arah Yesha. Trisa dengan tanggap menghampiri Yesha dan membantunya untuk duduk. “Pelan-pelan.” “Mama.” Yesha menggenggam lengan Trisa dengan kuat, takut bahwa apa yang dilihatnya saat ini hanyalah halusinasinya saja karena dirinya yang sangat merindukan mereka. Trisa tersenyum lebar. Dibawanya Yesha ke dalam pelukan. “Iya, ini mama, Sayang.” Trisa mengelus lembut kepala putrinya yang hampir tiga bulan tidak bertemu. Yesha memeluk erat. Air mata mengalir membasahi wajahnya. “Jangan tinggalkan aku lagi, Ma.” “Kami tidak akan
Rivania dan Gevarel tidak terbiasa menjalani kehidupan sederhana yang jauh dari kemewahan. Karena itulah mereka menyewa rumah yang lumayan bagus dengan biaya sewa lima belas juta pertahun. Untuk biaya hidup, Gevarel mencoba untuk melamar pekerjaan, tetapi karena pemberitaan mengenai keluarganya, membuat namanya pun ikut terseret. Beberapa artikel menulis tentang keburukannya selama ini. Hal itu benar-benar berdampak besar pada citranya, membuat Gevarel kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya ia hanya bisa bekerja sebagai kasir di sebuah mini market kecil. Sementara Rivania sendiri mencoba menemui beberapa kenalan lamanya dulu, berharap mereka mau membantunya. Bagaimanapun dirinya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja di perusahaan. Dan untuk pekerjaan kasar, dirinya belum pernah melakukannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Elivia. Wanita itu menyewa seseorang untuk membuntuti Rivania dan memotretnya, dan mengirimkannya kepada Dhimani. Tentu saja pria itu sangat marah
Keesokan harinya, pukul delapan pagi di sebuah restoran, Yesha memesan ruang pribadi untuk mereka. Ia tidak ingin pembicaraan mereka dicuri dengar oleh orang lain. Pasalnya berita mengenai Tuan Rahandika yang menjual perusahaannya pun sudah berada di televisi dan juga media cetak. Mengalahkan pemberitaan mengenai Dhimani yang diketahui memalsukan surat-surat kepemilikan perusahaan. Bagaimanapun para wartawan itu masih sedikit meragukan alasan Tuan Rahandika menjual perusahaan. Mereka meyakini bahwa pasti ada alasan lain yang membuat Tuan Rahandika sampai harus menjual perusahaan. “Ya, aku yang melakukannya.” Alfan mengakui. “Anggap saja ini hadiah untuk ayah dan bunda.” “Jangan bilang kalau sejak awal kamu memang sudah menargetkan mereka.” “Untuk membeli perusahaan, aku tidak merencanakannya. Itu muncul ketika Tuan Rahandika mengumumkan akan menjual perusahannya. Tapi sebelumnya aku memang sudah menargetkan mereka, lebih tepatnya aku menargetkan Arian.” Alfan pun menceritakan semu
Elivia benar-benar tidak menyangka bahwa polisi akan menindak laporannya dengan cepat. Bahkan kasusnya langsung masuk ke pengadilan setelah satu minggu dilakukan penyelidikan. Karena pihak terdakwa tidak memiliki pengacara untuk membela, sidang itu berjalan dengan lancar dan hukuman untuk Dhimani diputuskan pada sidang kedua yang dilakukan tiga hari berikutnya. Walaupun ia ingin Dhimani dihukum lebih, tetapi melihat kondisi Dhimani yang lumpuh, dirinya cukup puas dengan putusan hakim. “Ini adalah saham yang sudah kita sepakati.” Elivia meletakkan map di hadapan Yesha. “Totalnya tiga puluh persen seperti yang kamu minta.” Dua minggu lalu, setelah sidang putusan kasus pemalsuan Dhimani dijatuhkan, Elivia segera pergi ke perusahaan dengan asisten pribadi yang sengaja Rezvan berikan kepada wanita itu untuk membantunya belajar mengelola bisnis. Para pemegang saham memang sempat dibuat terkejut dengan kedatangan Elivia. Namun karena perusahaan yang berada dalam masalah finansial yang ser
Arian menatap Yesha dengan sedikit kebencian di matanya. “Kakak tahu kalau perusahaan ini adalah satu-satunya untuk kami bertahan hidup. Jika kakak tidak ingin menghancurkan keluargaku, seharusnya kakak memilih ayahku untuk tetap menjadi presdir. Jika posisi ayahku digantikan orang lain, kami tidak bisa bekerja di tempat lain karena orang sudah menilai buruk reputasi keluarga kami. Apalagi setelah berita di internet mengenai kehamilan Vania di luar nikah. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja.” Di luar, keluarga Rahandika terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, keluarga mereka saat ini sangat kacau. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi selain perusahaan itu. Karena itulah Tuan Rahandika berusaha keras membujuk beberapa pemegang saham untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. “Dengar, Arian. Ini adalah dunia bisnis, seharusnya kamu tahu apa yang diinginkan oleh seorang pebisnis. Tidak ada orang yang ingin membuat perusahaannya semakin terpuru
“Ketika aku menemanimu check up dan kita bertemu dengan Rivania. Aku tidak sengaja melihatmu tersenyum kecil ketika melihat Dhimani terbaring di rumah sakit. Karena merasa sedikit aneh, jadi aku meminta Damar untuk menyelidikinya.” Awalnya ia tidak curiga ketika Rivania mengatakan bahwa Dhimani mengalami kecelakaan tunggal ketika pulang dari perjalanan bisnis ke luar kota. Namun ketika ia melihat ekspresi dan senyum Yesha yang penuh kepuasan, ia yakin istrinya pasti telah melakukan sesuatu di belakangnya. Karena itulah ia meminta Damar untuk menyelidikinya. Dan dugaannya terbukti benar, bahwa semua itu adalah ulah istrinya. Walau begitu Rezvan tidak mengatakan apa-apa. Apalagi Yesha sendiri pun tidak mengatakan apa-apa. Meski sedikit marah karena Yesha tidak memberitahunya, tetapi ia mencoba untuk menghargai privasi istrinya. Yesha menghela napas pelan. “Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.” Tampaknya memang sulit untuk menyembunyikan apa pun dari Rezvan. Padahal Yes
Dada Rivania berdetak sangat cepat. Tanpa sadar, tangannya terkepal erat. Bagaimana mungkin Yesha bisa tahu rahasia terdalamnya bahwa Gevarel adalah anak Dhimani dan bukan anak Ardhani? Yesha menatap Rivania penuh dengan senyum mencemooh. “Mama tidak perlu menyembunyikannya lagi.” “Omong kosong apa yang kamu katakan!” Apa pun yang terjadi, Rivania tidak akan mengakuinya. Tidak dapat ia bayangkan jika sampai rahasia ini terungkap ke publik. Tidak hanya dirinya, semua anggota keluarganya pasti akan mendapatkan hinaan dan celaan dari semua orang, terutama dari kalangan pengusaha. “Omong kosong?” Yesha tertawa pelan. “Aku yakin mama pasti lebih tahu dibandingkan aku. Atau, mama mau aku mengatakannya secara langsung?” “Dengar, Yesha. Kalau kamu memang tidak ingin meminjami mama uang, tidak apa-apa. Tidak perlu mengatakan omong kosong yang tidak masuk akal dan mengatakan hal-hal yang tidak ada buktinya.” “Kalau mama mau bukti, kita bisa melakukan tes DNA kepada mereka berdua.” “Kau! D
Polisi benar-benar sigap menerima laporan yang diajukan oleh Elivia. Dalam dua hari setelah laporan masuk, polisi langsung menyelidiki Dhimani. Tentu saja hal itu membuat Rivania dan Gevarel terkejut ketika tiba-tiba ada beberapa polisi yang datang ke rumah mereka. Rivania semakin terkejut dengan keterangan polisi yang mengatakan bahwa ada yang menggugat Dhimani atas pemalsuan hak milik atas perusahaan milik mereka. Saat itu juga Rivania mencari pengacara untuk mendampingi Dhimani dalam manangani kasus ini. Rahasia yang selama ini terpendam erat pun akhirnya terkuak. Demi mempertahankan perusahaan yang sudah puluhan tahun, Rivania mengakui semuanya kepada kuasa hukumnya. Mengetahui bahwa pihak kliennya memang bersalah, sang kuasa hukum meminta bayaran lebih jika memang ingin memenangkan kasus ini. Sayangnya saat ini uang tabungan mereka sudah sangat menipis karena beberapa bulan terakhir ini pengeluaran mereka memang banyak. Namun pengeluaran mereka yang paling banyak adalah biaya un
Arian dan ayahnya sangat terkejut ketika melihat daftar pemegang saham terbaru mereka. Mereka tidak menyangka bahwa saat itu pemegang saham terbesar mereka adalah Yesha Altezza. Mereka berdua pun memutuskan untuk menemui Yesha sebelum rapat pemegang saham itu berlangsung. Meminta wanita itu untuk tidak setuju jika ada pemilihan pemimpin baru. Arian pun tidak menolak ketika ayahnya meminta dirinya menemui Yesha ketika wanita itu datang ke perusahaan untuk mengikuti rapat. Mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa Yesha pasti akan setuju atas permintaan mereka, mengingat hubungan Arian dan Yesha saat ini adalah saudara ipar. Sementara untuk para pemegang saham yang memiliki jumlah saham sedikit, Arian dan ayahnya sudah mendatangi mereka dan meminta mereka untuk menolak usulan penggantian pemimpin perusahaan pada saat rapat. Tentu saja dengan imbalan masing-masing mendapatkan saham sebesar satu persen. “Jika memang ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicaraka