Cherry, Glad, Shen bahkan Abigail pun terkejut mendengar permintaan konyol dari Fide. "Kau kenapa sayang, sebaiknya habiskan saja makan siangnya. Tidak baik menyisakan," ujar Gladwin tapi tatapan matanya tajam ke arah Cherry. Sementara yang ditatap tidak begitu memperhatikan."Jawab dulu pertanyaan Fide, Miss Cherry."Cherry garuk-garuk kepala karena bingung. Bagaimana bisa dirinya dilamar oleh anak duda yang sombong? Akhirnya dia menolak secara halus. "Hahaha, Fide, kau ada-ada saja. Menikah tidak sesederhana itu. Lagipula Miss Cherry sudah memiliki calon suami. Sebaiknya Fide tanya dulu pada Ayahnya jika ingin menjodohkan."Shen tidak ingin ikut campur dalam urusan yang bukan ranahnya. Ia mengajak Abigail untuk tidur siang atau belajar."Apakah Miss Cherry tidak sayang dengan Fide?" tanya bocah itu murung. Kepalanya tertunduk. Sebenarnya Cherry telah putus dengan kekasihnya karena kasus perselingkuhan dengan menghamili adiknya sendiri. Namun harga dirinya juga dipertaruhkan di sini
Cherry melotot, Glad buru-buru berucap, "Oke, Nanti Ayah dan Mommy akan membuat adik untuk Fide. Fide mau berapa?""Tiga aja tidak usah banyak-banyak," jawab bocah tersebut membuat Cherry benar-benar melongo. Glad terpaksa mengangguk kaku. "Oke. Tapi bikin adik itu tidak gampang ya, Fide. Jadi harap bersabar.""Siap. Kata teman Fide, Ayah dan Mommy harus sering bercinta sehingga akan tumbuh adek bayi.""Sayang, hal seperti itu tidak baik dibicarakan oleh anak-anak. Siapa yang bercerita tentang seperti itu?" tanya Cherry merasa bila aura di sekeliling ruangan menjadi mencekam karena tatapan sang suami."Bobby, Mommy. Kan adiknya sudah dua, katanya sih dia tanya sama orang tuanya. Jadi Fide hanya tahu cerita sepintas dari Boby. Maafkan Fide ya Mom." "Oke, tapi lain kali jangan bicara seperti itu. Tidak baik sayang. Mengerti?""Mengerti Mommy. Besok Fide pulang ya? Soalnya tidak betah berada di rumah sakit kakek. Bau obat."***Temaram malam mulai menyapa, Shen sedang asyik memakan ruja
"oh, itu tadi karena beberapa suster berkata jika menantu Barata mengalami kecelakaan." Elak Glad. Barata tidak percaya begitu saja. Ia belum mengenalkan suami anaknya ke publik. Jikapun ada mengenal adalah dari pihak keluarga terdekat saja."Benarkah? Jika begitu kembalilah ke kamar Fide. Temani juga istri barumu. Jangan sampai dia kesepian. Nikmatilah malam pertama kalian di rumah sakit," ujar Barata seraya menepuk pundak Glad. Meskipun curiga, ia akan mengetahui nanti. Yang utama adalah menjaga menantunya.Glad pun pamit undur diri seraya tersenyum kecut. Tangannya terkepal, hal itu ditangkap sekilas oleh Barata. Setelah Glad menghilang dari pandangannya. Ia mengirimkan pesan kepada seseorang.[ Cari tahu apa yang terjadi dengan Glad serta Rey! Aku ingin tahu kebenarannya ][ Baik Tuan. Kami laksanakan. ]"Mas, bagaimana bila Rey tidak bangun?"Barata mendekat dan menggenggam erat tangan istrinya guna menenangkan. "Kita tunggu saja. Sebaiknya kita pulang untuk menghindari kecurigaa
aTidak terasa waktu cepat berlalu, Shenina sekarang sudah hamil empat bulan. Namun sayang, tubuhnya semakin kurus saat ia terus menerus berderai air mata di samping suaminya, Reyzain yang sedang koma. "Rey, bangunlah. Bukankah kau ingin melihat perkembangan bayi kita, Hmmm?" tanya Shen masih dengan isak kepedihan.Shenina geram pada orangtuanya saat ia memergoki Meysha dan Barata sedang bersama di ruang inap suaminya. Ia mendapat foto dari nomor tidak kenal dan mencoba mencari tahu kebenarannya. Ingatannya melayang pada kejadian tiga bulan yang lalu. Dikala senja, Shenina membaca novel kesukaan di tempat ayunan. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi menandakan adanya notifikasi pesan masuk. Tangan kirinya meraih ponsel sementara netra kelabunya tertuju pada deretan kalimat.Tetapi saat membingkai sebuah foto di ponsel. Netranya terbelalak. Iris kelabu itu berkaca-kaca. "Tidak mungkin! Ini pasti salah! Rey tidak mungkin sedang sekarat! Ini pasti editan," sangkalnya sambil menutup sebelah mu
Barata terkesiap mendengar penuturan dari menantunya. "Apakah kamu tidak tahu siapa aku?" tanya Bara sekali lagi.Reyzain menggeleng kepalanya berkali-kali dan menjawab, "Tidak. Saya tidak tahu anda ini siapa!"Bara menekan tombol merah yang mendasarkan ada darurat di ruangan inap Rey sehingga dokter yang memeriksanya berlari. Dan ia tercengang saat menatap pemilik rumah sakit itu berdiri di depan jendela besar. Sementara pasien duduk santai seraya bersandar di kepala ranjang."Jika begitu saya akan memeriksa anda Tuan Rey.""Anda tahu nama saya–," potong Rey cepat dan diberikan anggukkan oleh dokter. Pria berjas putih itu melakukan serangkaian pemeriksaan."Tuan Bara. Menantu anda sudah bisa memulai masa komanya. Namun, disayangkan bahwa sebagian memori hilang. Saat ini saya belum bisa memastikan apakah hanya sementara waktu atau permanen. Pasien masih dalam pemantauan. Sekali lagi selamat."Bara hanya berdehem. Dokter undur diri. Meysha yang mendapat telpon jika Rey bangun segera m
"Lepaskan aku, Rey! Kau membuatku kesusahan dalam bernapas," Tutur Shenina yang merasa dekapan erat sang suami.Rey seperti kecanduan akan tubuh istrinya. Sehingga ia ingin kembali mengulang kejadian barusan. Wanita yang sedang hamil empat bulan itu menolak."Jangan teruskan, Rey! Kau berhak dihukum karena mengatakan hal yang begitu menyakiti perasaanku. Sekarang kita impas, bukan? Kau menikah denganku hanya karena kesalahan yang tidak disengaja. Lalu kau dengan tidak tahu malu menikmati tubuhku secara cuma-cuma. Apakah kau pikir aku serendah itu, hah?" tanya Shen berani.Shenina tidak bisa mengontrol emosi. Yang ada dirinya begitu muak dengan kehidupan rumah tangga yang sedang dijalani. Sekalipun ia berusaha untuk baik-baik saja, tidak bisa. Dirinya kali ini benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan diri. Yang dia pikirkan adalah kedamaian seperti dulu.Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara pelan-pelan dan menegaskan dengan tangan yang terkepal. "Bila memang kau in
Barata pulang ke Mansion dengan wajah lelah. Sementara itu sang istri nampak murung setelah seharian tidak melihat putrinya. Bara menyentuh pundak sang istri yang sedang melamun di bibir ranjang yang sedang mendekap sebuah foto."Sayang, Hei. Apakah kau baik-baik, saja?" Meysha tak bergeming. Lebih tepatnya jiwanya entah berada di mana. Sementara air matanya tak kunjung mereda. Membuat pria yang berusia empat puluh tujuh tahun biru membawanya ke dalam pelukan."Bersabarlah Sayang, kita akan menemukan Shenina kembali," bisik Bara seraya mengecup ubun-ubun istrinya.Sementara itu, Rey pulang ke Swiss dan memilih tinggal di apartemen miliknya. Ken datang dan memberikan informasi."Selamat malam Tuan Rey. Saya ingin memberikan informasi bahwa nona Shenina kabur dari rumah Tuan Barata dan dia sedang mencari keberadaan putrinya.""Apakah aku begitu kejam dengan istriku sendiri, Ken?" tanya Rey tidak nyambung. SebenarnyaSang asisten ingin berterus terang. Hanya saja egonya ditahan demi men
Setelah mencicipi makanan khas Indonesia tersebut, kini Shenina terbiasa makan hanya dengan Bakso. Terbesit dalam pikiran bila ia ingin membuat sendiri saja guna menghemat pengeluaran.Perut buncitnya sudah bertambah, tak terasa seminggu sudah pemilik iris kelabu itu tinggal di rumah sewa dengan beberapa tetangga yang julid. Sesungguhnya, hal itu tidak membuat nyaman sehingga Shenina jarang keluar rumah. Meskipun begitu ia berusaha untuk tetap ramah."Aku belum memeriksa kandungan… Baby sabar ya, mommy akan mencari pekerjaan di sekitar sini. Bila uangnya cukup, nanti kita pergi ke dokter ya?" tanyanya dengan mengelus perutnya sejenak sebelum memulai aktivitas membuat adonan Bakso. Ia mempelajari cara pembuatan lewat YouTube. "Bila Mommy tidak mendapatkan pekerjaan, mungkin bisa buka usaha sendiri seperti Bakso bakar. Lagipula banyak anak-anak di sekitar rumah sewa mungkin saja mereka suka. Doakan mommy ya, Baby," gumam Shen berharap anaknya dapat mengerti.Jam menunjukkan pukul sete
Rey mengelus leher belakangnya dan menyahut, "Hanya sekedar kenalan saja, Ken.""Selama sebulan ini, Tuan Rey kemana?" tanya Ken. "Aku sedang ada urusan bisnis Ken," Balas pemilik netra elang sekadarnya. Sang ajudan menimpali, "Tuan Yakin tidak sedang berbohong? Urusan penting apa itu? Sebab kesibukkan bisnis Tuan sudah diambil alih papa tuan. Tuan Darwin dan nyonya Monik kembali terjun ke perusahaan yang Tuan Rey kelola.""Aku, berbohong? Apakah wajah tampanku ini seperti orang penipu, Ken?" Rey terlihat marah membuat Ken tersenyum. "Tuan tidak bisa berbohong padaku. Pasti sebuah rahasia besar yang kini menimpa Tuan hingga tak pernah pulang. Benarkan?""Hah, kau sok tahu."Ken kemudian melanjutkan. "Aku sangat mengenal siapa tuan Reyzain. Nona Shen bahkan menghilang dari rumah tuan Barata karena melihat foto tuan bersama perempuan lain yang sedang sama-sama polos berada di dalam selimut yang sama.""Apaaa?!" teriak Rey terkejut dengan suara lantang. Lalu buru-buru membungkam mulut
Ken ingin berucap, namun Barata mengusir dengan gerakan tangan. Membuat ajudan menantunya hanya bisa menurut dengan perasaan yang tak terduga. Ken segera membopong Meysha dan meminta calon istrinya untuk membukakan pintu rumah dan mobil. "Kita bawa nyonya ke rumah sakit saja, Gis," ujar Ken dan diberikan anggukan oleh Giska. Reyzain yang melihat dari teropong pun segera turun dari Villa guna memasuki Mansion Barata. "Ayah mertua, ayah!" teriak Rezain berang. Ia kesal sedari tadi diabaikan. Apalagi tidak nampak tanda-tanda Shenina dan Alvin. Padahal ia sangat merindukan keduanya. "Ayah. Dimana kau sembunyikan istri dan anakku!" seru Reyzain lagi kemudian menaiki tangga guna mencarinya di kamar. Namun, tak ada siapa-siapa. Kakinya ia ayunkan menuju ruang baca sebab hanya ruangan itu yang tak bisa dijangkau oleh penglihatannya lewat teropong. Ia langsung saja masuk sebab pintu sudah terbuka. Rey yang sedang tersulut amarah pun bertanya, "Ayah, kenapa ayah berbohong padaku, hah? Buk
"Apakah kau sudah memikirkannya Shen? Tinggal di panti bersama bayi Al?" tanya Ezra sekali lagi. Shenina mengangguk mantap. "Benar Ez. Aku tumbuh besar di sana. Lagipula ibu panti sudah sangat tua. Jika bukan karena kau yang memberikan donatur tetap mungkin panti itu sudah lama dirobohkan. Jadi, bantu aku ya, please?"Shenina sampai menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan. Ezra sangat mencintai wanita di hadapannya. Ia berpikir jika bisa menuruti Shen bisa merebutnya dari Rey secara halus. "Akan aku pertimbangkan. Sebab ada beberapa resiko yang nantinya akan kau tanggung. Sekarang sarapanlah, kasihan bayimu bila tidak sarapan.""Oke. Aku akan meminjam dapur, dan kau jaga Alvin sebentar ya," kata Shen seraya bangkit dari duduk. Ezra hanya tersenyum saja sebagai jawaban. "Hai baby Al. Panggil aku ayah nanti ya? Sebab sebentar lagi kita akan menjadi pasangan anak dan ayah yang sempurna," kelakar Ezra berbicara pada Al yang sedang memejamkan mata disertai isap
"Mas, sebaiknya katakan apa rencanamu," sergah Meysha yang membuka pintu perpustakaan secara kasar. Barata segera mengganti layar laptop menjadi grafik pendapatan rumah sakit dan hotel guna membandingkan profit. "Memangnya apa yang aku lakukan, Mey?" "Sikap Mas Bara begitu berbeda hari ini, pasti Mas menyembunyikan sesuatu," tuduh sang istri dan Bara tak menanggapi. Hal itu membuat Meysha sangat kesal. "Oke, jika tidak ingin berkata jujur, malam ini tidurlah sendiri dan jangan coba merengek!""Iya, Mas rencananya mau lembur," jawab Barata santai, membuat sang istri gregetan dan menghentakkan kakinya sebab sangat kesal. Jadi ia memilih menengok cucunya. "Shen, boleh gendong baby Alvin?" tanya Meysha ketika memasuki kamar anaknya. Shenina yang duduk di pinggiran ranjang, sedang menyusui anaknya pun semakin erat mendekap baby Al. Ia begitu takut sebab sang ayah tadi sudah memisahkan keduanya. Shenina menggelengkan kepalanya. "Jangan ambil anakku, Ma. Jangan pisahkan kami," jawab Sh
"Kenapa papa bilang begitu, aku yakin Rey tidak akan mungkin menghianatiku. Aku tahu siapa suamiku, pa. aku mohon jangan pisahkan kami," mohon Shen seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Barata masih saja keukeuh meminta sang anak untuk berpisah. "Jika kau tidak mau berpisah dengan Rey. Maka jangan harap bisa menemui putramu lagi!"Bara mengambil paksa bayi yang ada di box dan membawa pergi entah kemana. Shen hanya bisa meruang sejadi-jadinya. rinai hujan di pipinya begitu deras. Monik juga tidak menduga bahwa sahabatnya tega memisahkan ibu dan anak. "Apakah Bara itu sudah tidak waras! Memisahkan Shenina dengan bayinya. Benar-benar tidak masuk akal! Dasar kakek tua gila" umpat Monik dengan amarah yang begitu kentara. Ia segera membantu menantunya untuk berdiri. Memeluknya serta mengelus punggung Shenina guna menenangkan. "Shen, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Mama percaya bahwa Bara tidak akan menyakiti cucunya sendiri. Mengenai Rey, mama meminta maaf. Karena
Mendengar perkataan Ken, orang-orang yang berada di ruang makan menghentikan aksi sarapan. Shen terhenyak. Padahal niatnya adalah untuk menjodohkan Ezra dengan Giska."Gis, kalian berdua sudah saling mencintai ya setelah Ken menjemput ke Indonesia? Wah, padahal baru seminggu yang lalu, lho," goda Shen membuat Giska kikuk.Wanita asal Indonesia itu berkata, "Hahaha, sepertinya Mas Ken salah makan obat Mbak Bule, makanya pagi-pagi begini melawak. Kan Giska pengen melanjutkan pendidikan dulu, baru nikah."Ken sungguh kecewa, artinya dia sedang ditolak sekarang? Jadi ia pergi begitu saja dari ruangan tanpa sepatah katapun."Ken marah sepertinya, ayo segera bujuk dia." Giska berupaya tersenyum, "Biarkan saja Mbak Bule, mungkin mas Ken pengen sendiri."Ezra pun ikut berkomentar, "jadi, Ken itu siapanya kamu, Gis?"Giska menjawab kaku. "Bukan siapa-siapa Mas Ezra.""Kalian berdua sudah saling mengenal?" tanya Shen penasaran. "Dulu, Giska sempat bekerja di rumahku yang ada di Jakarta. Terny
Ezra membaringkan bayi mungil itu dengan hati-hati. Shen bernafas lega dan mengucapkan terima kasih."Jika begitu aku turun dulu ya, takutnya Rey tiba-tiba datang dan malah salah paham. Tahu sendiri gimana posesifnya si Rey. Dulu saja kami menyukai wanita yang sama.""Oh, tidak masalah bila dahulu ia mencintai wanita lain. Sekarang kan aku sudah menjadi istrinya yang dicintainya," sahut Shen bangga."Aku juga turut bahagia. Oh ya selamat malam, Len. Bila butuh bantuan kau bisa turun memanggilku."Shen hanya merespon dengan anggukan. Ezra segera menutup pintu diiringi seringai yang menakutkan."Bila kau tak bisa kudapatkan dengan cara halus, masih ada cara lainnya untuk membuat kalian berdua salah paham."***Tengah malam ketika semua orang terlelap, Ezra diam-diam mengendap untuk ke ruang belakang rumah yang tak terawat. Dengan menggunakan masker, otomatis ia tidak akan ketahuan. Sebuah cairan dioleskan sapu tangan. Membuka pintu yang gelap. Rey pun memicingkan mata guna melihat siapa
Pria berpakaian serba hitam itu menyeret tubuh Rey ke halaman belakang rumah. Ada sebuah gedung tua yang tidak pernah digunakan. Pria itu mengikat tubuh Reyzain pada tiang dan menyumpal mulutnya dengan kain agar tidak berteriak.Pria berpakaian serba hitam tersebut segera keluar dari gudang dan menuju toilet untuk melepaskan masker. Netra hitamnya berbinar tatkala melihat wajahnya di depan cermin."Vallenzuela, meskipun kau sudah pernah melahirkan. Namun aku akan tetap mencintaimu."Ia segera keluar dari toilet dan memberikan sebuah kado untuk wanita yang dicintainya."Vallen?" Shenina yang mendengar suara yang begitu familiar segera menoleh ke arah kiri. Mata kelabunya berkaca-kaca saat tahu siapa yang datang."Ezraaa! Ya ampun sudah lama sekali ya aku tidak melihatmu. Apa kabar?"Ezra tersenyum dan menyahut, "Tentu saja aku baik. Oh ya, dapat salam dari ibu panti dan anak-anak. Maaf baru tahu jika kau mengadakan pesta.""Tidak masalah, Ez. Sebaiknya kita duduk dulu," ajak Shenina s
Rona bahagia terpancar dari wajah Shenina beserta Reyzain yang sedang berpose seraya menggendong bayi Alvin. Keluarga kecil tersebut kompak mengenakan pakaian serba ungu yang dikombinasi warna abu. Para lelaki mengenakan setelan jas abu-abu, sementara perempuan mengenakan dress selutut warna ungu.Malam ini kediaman Mansion milik Barata ramai oleh para tamu undangan yang menghadiri acara pesta untuk dua bayi yang lahir disaat bersamaan. Dekorasi pesta terlihat glamor dengan adanya hiasan lampu, bunga warna ungu, ornamen kupu-kupu, serta balon. Adapun nama dua bayi yang tertera di dinding yang ditempel dengan kain abu-abu. Sementara Cherry juga tampak bahagia karena bisa berfoto bersama sang suami, Glen dan juga putrinya.Kebahagiaan tersebut sangat penting baginya karena ia khawatir bahwa papa mertuanya tidak menyukai Glen karena wajah yang begitu persis dengan Gladwin."Terimakasih banyak kepada para hadirin yang sudah datang dalam acara pesta cucu-cucu saya. Semoga, keduanya selalu