"Papi yang terbaik, aku mencintaimu!" Rania membentuk simbol hati dengan tangannya untuk Henry. Senyum di wajah pucatnya membuatnya terlihat begitu cantik.Henry merasakan hatinya terisi dengan kehangatan.Pada saat ini, dia tiba-tiba ingin menelepon Rumordi untuk memberitahunya bahwa tidak perlu lagi menyelidiki siapa orang tua kandung Rania. Rania adalah putrinya."Kenapa Papi nggak bicara?" Rania merasa khawatir saat melihat ayahnya terdiam.'Apakah Papi marah?'"Papi sedang memikirkan kapan tubuh Rania bisa sembuh," ujar Henry dengan suara lembut, begitu pula dengan tatapannya."Kakak cantik bilang, tubuhku akan segera sembuh!" Rania berbicara dengan penuh semangat saat menyebut kakak cantik yang sebelumnya memeriksanya. Raut wajahnya benar-benar terlihat sangat bahagia."Kenapa kamu suka Kakak cantik?" Saat itu, Henry hanya melihat sepasang mata dan punggungnya, jadi tidak tahu bahwa wanita itu adalah Miana.Setelah berpikir serius, Rania perlahan berkata, "Karena, Kakak cantik ng
Henry menatap ke luar jendela, tiba-tiba merasa ingin merokok.Apa rencananya?Dia belum memikirkannya."Henry, apakah kamu masih mencintai Miana?" Farel selalu kesulitan memahami Henry, karena dia menyembunyikan perasaannya begitu dalam."Kalau nggak ada hal lain, aku tutup teleponnya." Henry tidak ingin membicarakan tentang Miana.Kemunculan Miana yang tiba-tiba membuatnya sangat terguncang.Sampai saat ini, dia masih belum bisa tenang.Bagaimana bisa memikirkan apakah dia masih mencintai Miana atau tidak."Kalau kamu masih mencintainya, kejar dia. Bagaimanapun juga, kalian memiliki seorang anak!" Farel belum pernah melihat Nevan, jadi dia tidak tahu apakah itu anak laki-laki atau perempuan.Henry merapatkan bibirnya dan langsung menutup telepon.'Miana dan Giyan sudah menikah. Kalaupun aku masih mencintai Miana, nggak mungkin bisa bersama lagi.''Satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang adalah mengambil kembali anakku!'Ketika pikiran ini muncul di kepalanya, Henry tertegun sej
"Oke, aku kembali ke kamar! Ayah, Ibu, dadah!" Nevan melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya.Miana juga melambaikan tangan padanya. "Ya, pergilah."Nevan menggerakkan kaki kecilnya, berlari menuju ke kamar.Giyan memandang punggungnya, hatinya terasa hangat.'Anak ini benar-benar lucu!'"Giyan, bukankah kamu bilang ada masalah di perusahaan dalam dua hari ini? Cepat pergilah tangani, nggak perlu mengkhawatirkan kami," ujar Miana yang hendak pergi ke lantai atas.Kasus perceraian wanita yang melompat dari gedung itu, Miana masih harus menyelidikinya lebih lanjut, mengumpulkan bukti, mewawancarai saksi, dan menyelesaikan banyak pekerjaan lainnya.Dia tidak terbiasa ada pria yang menemaninya sepanjang waktu."Oke, aku akan pergi ke kantor dulu. Nanti aku pulang dan menyiapkan makan malam!" Giyan tidak ingin Miana kelelahan, jadi dia melarangnya masuk dapur.Miana melihat keseriusan Giyan, dan hatinya terasa hangat.Sejak kecil hingga sekarang, Giyan selalu memperlakukannya dengan ba
"Kamu harus tahu, kita punya pengacara terkenal di Kota Jirya, Amanda! Dengan dia di pihak kita, mustahil Henry bisa mengambil kembali Nevan!" seru Miana dengan penuh percaya diri.Selain itu, Miana sekarang memiliki uang dan kekuatan, bisa sepenuhnya melawan Henry.Apa pun yang ingin dilakukan Henry, dia akan menghadapinya!"Amanda memang hebat, tapi kamu yang sebenarnya mengatur semuanya di belakang layar, hahaha!" Sherry tertawa dengan ceria."Yang aku khawatirkan adalah, bila Nevan tahu bahwa ayahnya sebenarnya Henry, bukan Giyan, apakah dia akan pergi mencari Henry?" Miana tahu betul Nevan sangat cerdas dan pasti bisa menyelidiki masa lalunya dengan Henry.Dengan kemampuan peretasnya yang luar biasa, begitu Nevan menyelidiki, seluruh masa lalu akan terbuka dengan jelas.Mengetahui semua penderitaan yang dialami Miana bersama Henry, dia pasti akan mencari Henry untuk menuntut keadilan.Selain itu, Henry yang dingin dan kejam tidak mungkin akan melepaskan Miana begitu saja.Sherry t
Di lantai bawah, Giyan tiba di rumah ketika Miana sedang bersih-bersih. Saat melihat Giyan, Miana langsung menyambutnya dan mengulurkan tangan untuk mengambil barang-barang yang dibawanya.Ekspresi lembut Miana membuat Giyan tersenyum dan berkata, "Biar aku yang bawa saja. Kalau kerjaan kamu sudah selesai, temani aku masak!""Oke!" seru Miana, walau dia merasa agak bersalah kepada Giyan.Selama lebih dari tiga tahun ini, sesibuk apa pun Giyan, dia selalu pulang untuk memasak.Miana merasa Giyan yang seperti ini sangat mirip dengan dirinya sendiri dulu!"Kenapa tiba-tiba diam? Mikirin apa?" tanya Giyan, menyadari bahwa Miana terdiam.Miana menggelengkan kepalanya. "Nggak mikirin apa-apa, aku hanya agak lelah, jadi nggak ingin bicara."Giyan meletakkan barang-barangnya di samping, lalu menarik Miana mendekat dan berkata dengan suara lembut, "Kalau kamu lelah, istirahatlah lebih banyak. Kita sudah nggak kekurangan sekarang, kenapa kamu masih bekerja sekeras ini?""Aku harus terus maju, ti
Sherry tertawa, mencubit pipi Nevan yang lembut, dan berkata, "Apa saja yang kamu ingin beli, katakan saja. Ibu angkat akan membelikannya untukmu! Uang Ibu angkat nggak akan habis dipakai!"Sherry tidak sedang membual, uangnya benar-benar banyak sekali sampai tidak akan habis.Ketika studio baru berdiri, setiap hari dia harus mencari bantuan dari berbagai pihak, berusaha membangun koneksi untuk mendapatkan proyek.Sekarang, beberapa proyek datang dengan sendirinya.Itu sebabnya dia tidak lagi khawatir studionya kekurangan proyek.Ditambah penghasilan dari firma hukum, dia kini benar-benar menjadi wanita kaya raya.Tidak hanya sekadar buku, jika Nevan menginginkan beberapa rumah atau mobil, dia akan membelikannya tanpa berpikir panjang."Kalau begitu, belikan aku beberapa gaun cantik. Aku ingin memberikannya pada adik kecil yang sedang dirawat di rumah sakit," ujar Nevan, tiba-tiba teringat pada Rania yang terbaring di ranjang rumah sakit. Entah mengapa, dia merasa agak kasihan padanya.
Nevan masih anak-anak dan belum belajar cara mengendalikan emosinya.Jika dia marah, dia benar-benar marah. Dia tidak bisa berpura-pura bahagia."Nevan, apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan pada Ibu angkat, biar Ibu yang mengatasinya," ujar Sherry dengan cemas saat melihat Nevan tidak berbicara."Apakah ayahku bernama Henry Jirgan? CEO dari Grup Eskaria?" Nevan akhirnya berbicara, dengan ekspresi tegang di wajahnya."Ibumu yang memberitahumu?" Sherry terkejut, tidak menyangka Miana begitu cepat mengungkapkan hal tersebut."Dia itu pria berengsek, kan? Sama sekali nggak baik pada Ibu?" tanya Nevan lagi.Sherry sekali lagi terkejut hingga terpaku.'Miana seharusnya nggak akan mengatakan hal seperti itu kepada putranya, bukan?''Sekalipun memberi tahu Nevan siapa ayah kandungnya, Miana nggak akan mengatakan hal buruk tentang Henry.'''Kalau begitu siapa yang memberi tahu? Giyan?''Nggak, Giyan bukan orang seperti itu!'"Sepertinya aku benar, ya?" Nevan mengamati wajah Sherry dan menyada
Kata-kata Nevan langsung membuat Miana tertawa terbahak-bahak."Sher, kamu dengar apa yang dikatakan anak angkatmu? Cepatlah bertindak, carikan dia seorang ayah angkat!" gurau Miana sambil mengedipkan mata pada Sherry."Aku kenal banyak pria elite, mau aku kenalkan?" timpal Giyan sambil menaruh mangkuk berisi sup di depan Miana, suaranya tetap lembut dan senyum tipis terukir di wajahnya."Ide bagus, perkenalkan satu untuk Sherry! Harus tampan, lembut, perhatian, nggak suka main-main di luar, dan sebaiknya punya perut berotot delapan!" sahut Miana, lalu dia menyadari beberapa pasang mata memandangnya dan merasa sedikit aneh. "Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanyanya."Kamu atau Sherry yang ingin pria seperti itu?" Giyan tersenyum, suaranya tetap lembut."Itu standarmu, bukan standarku!" Sherry mengelak sambil tertawa terbahak-bahak.Dengan mata besar berkilauan, Nevan bertanya, "Apa itu perut berotot delapan?"Mendengar hal yang tidak dimengertinya, Nevan agak memberengut."Minta
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,