"Rahasia, nggak boleh memberitahumu!" Giyan tersenyum dengan wajah lembut. "Lagi pula, kamu akan segera tahu!""Kamu jangan berbuat macam-macam!" Miana mendengus. "Nggak boleh menakutiku!""Tenang saja, pasti nggak akan!" Giyan mengangguk menjamin.Tatapan Miana yang serius tidak berpaling dari wajah Giyan untuk beberapa saat.Melihat itu, Giyan pun tertawa dan bertanya, "Bu Pengacara, kamu ingin mulai menginterogasiku, ya?""Sudah sampai!" Nevan memotong pembicaraan mereka.'Huh, Ayah dan Ibu asyik mengobrol, nggak memperhatikan aku, putra mereka yang sangat baik ini!'Karena diabaikan, Nevan merasa dirinya seperti anak yang mereka pungut!Miana refleks mengalihkan pandangannya, melihat papan tanda yang bertuliskan Departemen Kesehatan Anak-anak, dan berkata kepada Giyan, "Kamu saja yang bawa dia masuk untuk diperiksa, aku akan duduk di luar dan beristirahat sebentar."Melihat Miana yang tampak kelelahan, Giyan merasa sedih. "Oke, kamu istirahatlah sebentar."Setelah Giyan membawa Nev
"Tidur lagi saja, aku janji nggak akan menciummu diam-diam lagi!" Giyan merasa kasihan melihat Miana yang sibuk bekerja sepanjang hari, sering kali hingga tengah malam masih menyelesaikan berkas kasus.Selama beberapa tahun ini, meskipun dia tidak ikut serta dalam persidangan, dia tetap turun tangan menangani kasus-kasus penting dan menyelidikinya hingga tuntas.Sementara itu, Amanda yang mendapat dukungan dari Miana, sekarang sudah menjadi pengacara terkenal di Kota Jirya.Sambil membantu Amanda, Miana juga berhasil meraih kesuksesan untuk dirinya sendiri.Harus diakui, Miana adalah wanita yang sangat cerdas!Banyak pria yang mencoba mendekatinya dalam dua tahun ini."Giyan, kenapa belakang belakangan ini kamu jadi lengket sekali, bahkan lebih lengket daripada Nevan!""Kamu terlalu hebat sampai banyak orang luar biasa di sekitarmu! Kalau aku nggak selalu lengket denganmu, bagaimana kalau kamu tiba-tiba bersama orang lain?" gurau Giyan.Sebenarnya, dia tidak begitu percaya diri.Miana
"Kakak, kamu datang menjengukku, ya!" Rania seketika bangkit duduk di ranjang rumah sakit saat melihat Nevan.Nevan menepis tangan Celine, kemudian mencoba memanjat ke atas ranjang rumah sakit.Sayangnya, usahanya belum berhasil karena tubuhnya masih terlalu kecil, sehingga ia merasa agak kecewa."Sudahlah, kita bicara seperti ini saja," ujar Nevan sambil mendongak menatap Rania yang berada di atas tempat tidur.Mata Rania berkelip, lalu dia menoleh ke Henry dan berkata, "Papi, tolong bantu gendong Kakak naik ke atas tempat tidur."Henry masih terguncang karena melihat Nevan, sehingga dia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Rania.Sementara itu, Celine merasa marah dan takut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa anak kecil yang dia tarik dari depan toilet bukanlah Rania!'Satu-satunya yang punya wajah mirip Rania adalah saudara kembar Rania!''Anak ini bisa muncul di sini, apakah ini berarti Miana sudah kembali?''Kalau Miana kembali, aku pasti akan diusir dari keluarga Jirgan!'M
Celine ingin menjadi Nyonya Jirgan dan menjadi ibu Rania, jadi dia berusaha keras menyenangkan Henry dan Rania.Selama tiga tahun, dia berhasil menyamar tanpa terungkap, tetapi karena satu kata dari Nevan membuat dia terlihat mengerikan!Secara tiba-tiba, pergelangan tangannya ditahan seseorang, dan dia merasakan rasa sakit yang menusuk tulang.Dia tertegun sesaat, lalu menoleh dan mendapati mata dingin Henry sedang tertuju padanya. 'Gawat!' pikirnya dalam hati.'Ekspresiku pasti terlihat kejam saat mau menampar anak kecil ini.''Apakah Henry melihatnya dengan jelas?''Nggak, aku harus mencari cara untuk mengubah situasi ini!'Tangannya yang lain diam-diam mencubit pahanya sendiri dengan kuat, rasa sakit yang ditimbulkan membuat air matanya berlinang. Sambil menangis dan dengan wajah menyedihkan, dia berkata, "Henry, aku hanya menakuti-nakutinya, nggak ada maksud lain. Bisakah kamu lepaskan tanganku dulu?"Suara lembutnya yang dipaksakan membuat siapa pun yang mendengarnya merasa cangg
Perkataan Rania membuat Henry mengangkat alisnya. "Ibu orang lain nggak boleh menjadi ibumu! Rania punya Papi sudah cukup!"Nevan berpikir sejenak sebelum berkata kepada Rania, "Bagaimana kalau kamu jadi anak angkat ibuku? Dengan begitu, kamu adalah adik angkatku dan kita bisa bermain bersama!"Pandangan Henry tertuju pada wajah Nevan.Temannya pernah mengatakan bahwa anak yang dirawat oleh seseorang akan memiliki kemiripan dengan orang yang merawatnya.Pada saat itu, dia tidak terlalu percaya.Bagaimanapun, Rania ditemukan di jalanan, jadi sudah pasti dia tidak memiliki hubungan darah dengannya.Sejak Miana meninggal, dia menjalani kehidupannya tanpa berani mencari tahu kebenaran, karena takut kebenaran itu akan menghancurkannya.Namun, kini dia tiba-tiba menyadari bahwa ada rahasia besar di balik kebenaran yang selalu dia hindari.Di antaranya adalah asal usul Rania, kebenaran mengenai kematian Miana, serta siapa orang tua dari anak laki-laki ini dan hubungannya dengan Rania serta di
Dengan hubungan seperti itu, bagaimana mungkin mereka tidak mirip?Miana merasa sangat kasihan terhadap Rania.Betapa malangnya Rania memiliki ibu seperti Celine."Sudahlah, ayo masuk mobil, kita pulang," ujar Giyan selagi mengambil Nevan dari pelukan Miana, lalu memasukkannya ke dalam mobil. Setelah itu, dia menggenggam tangan Miana, mulai membela Nevan, "Sudahlah, jangan marah lagi, oke? Dia masih kecil, nggak tahu apa-apa, ketika lebih besar nanti dia akan lebih paham."Miana melihat pria di depannya, mengingat segala kebaikannya selama bertahun-tahun, hatinya merasa terharu.Dia juga ingin mencoba menjalani hidup bersama Giyan.Namun, dia tidak bisa mengatasi rintangan di dalam hatinya."Kalau kamu memang marah, hukum saja dia dengan melarang main komputer!" Giyan dan Miana sadar betapa Nevan senang bermain komputer.Jika tidak diperbolehkan main komputer, Nevan mungkin akan mengamuk."Aku nggak marah, hanya takut ...." Miana mendesah sebelum melanjutkan, "Saat dia diculik, aku mer
"Malam ini bawa Rania pulang untuk makan bersama! Aku merindukannya!" Suara penuh semangat Eddy terdengar, membuat Henry menghela napas lega sebelum berkata, "Rania demam, sekarang lagi dirawat di rumah sakit."Mendengar bahwa Rania demam, Eddy merasa sangat sedih, "Kalau begitu, kamu temani dia di rumah sakit, nggak perlu pulang.""Bagaimana dengan kesehatanmu?" Saat mengatakan ini, Henry tiba-tiba teringat bahwa dia telah menemukan dokter hebat untuk mengobati Rania, dan memberi tahu Eddy.Mendengar kabar itu, Eddy sangat gembira."Syukurlah! Cicitku akhirnya bisa sembuh! Kapan kamu akan mempertemukanku dengan dokter hebat itu? Aku ingin memberinya sesuatu dan memintanya untuk memastikan kesembuhan Rania!""Kakek, kesehatanmu kurang baik, jangan terlalu terbawa emosi!""Baiklah, sudah dulu, kamu segera jaga Rania! Aku akan mencari sesuatu yang berharga untuk diberikan pada dokter hebat itu saat bertemu nanti!" Asalkan bisa menyembuhkan Rania, dia bahkan rela memberikan semua hartanya
"Papi yang terbaik, aku mencintaimu!" Rania membentuk simbol hati dengan tangannya untuk Henry. Senyum di wajah pucatnya membuatnya terlihat begitu cantik.Henry merasakan hatinya terisi dengan kehangatan.Pada saat ini, dia tiba-tiba ingin menelepon Rumordi untuk memberitahunya bahwa tidak perlu lagi menyelidiki siapa orang tua kandung Rania. Rania adalah putrinya."Kenapa Papi nggak bicara?" Rania merasa khawatir saat melihat ayahnya terdiam.'Apakah Papi marah?'"Papi sedang memikirkan kapan tubuh Rania bisa sembuh," ujar Henry dengan suara lembut, begitu pula dengan tatapannya."Kakak cantik bilang, tubuhku akan segera sembuh!" Rania berbicara dengan penuh semangat saat menyebut kakak cantik yang sebelumnya memeriksanya. Raut wajahnya benar-benar terlihat sangat bahagia."Kenapa kamu suka Kakak cantik?" Saat itu, Henry hanya melihat sepasang mata dan punggungnya, jadi tidak tahu bahwa wanita itu adalah Miana.Setelah berpikir serius, Rania perlahan berkata, "Karena, Kakak cantik ng
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,