Berita pertunangan Rika dan Farel telah tersebat di seluruh Kota Jirya.Jika pernikahan mereka dibatalkan, Rika tidak akan bisa tinggal di Kota Jirya lagi.Karena alasan itu, Rika selalu menoleransi sikap Farel selama lebih dari tiga tahun ini.Selama Farel tidak membawa wanita lain di hadapannya, dia akan berpura-pura tidak tahu.Begitu tiba di kamar Sinta, Rika melihatnya termenung di depan jendela. Dia mendekati Sinta, berjongkok di depannya, lalu bertanya dengan suara lembut, "Bibi lagi lihat apa?"Sinta tersadar, menatap wajah Rika sambil tersenyum. "Rika, kapan kamu datang? Farel ada di rumah, kamu ingin bertemu dengannya dulu?"Saat berbicara, dia meletakkan tangannya ke belakang punggung, seakan-akan menjaga jarak dari Rika.Rika menyadari itu, merasa agak sedih, tetapi segera tersenyum dan menjawab, "Aku dan Farel datang bersama, dia bilang Bibi nggak makan siang, kenapa? Nggak nafsu makan?"Sinta menoleh ke arah Farel dan mengomel, "Kenapa kamu ceritakan semuanya ke Rika! Kam
Rika tertegun sejenak, lalu menoleh menatap Farel dengan sorot mata yang tenang. "Kalau kamu ingin membatalkan pernikahan kita, langsung katakan saja, nggak perlu berbelit-belit."Rika tidak tampak marah.Nada bicaranya juga tetap lembut seperti biasanya.Meskipun demikian, Farel masih merasa ada yang aneh dengan Rika, meskipun tidak tahu apa yang aneh."Kalau kamu setuju, kamu bisa yang mengajukannya, dengan alasan apa pun yang kamu mau!" Yang ada di hati Farel hanya Sherry, jadi dia tidak mungkin menikahi Rika.Rika tersenyum dan berkata, "Sekalipun harga diriku terjaga, kalau aku yang mengajukan pembatalan pernikahan, orang-orang di Kota Jirya pasti akan melihatku sebagai wanita pengkhianat."Dua tahun lalu, tidak lama setelah ayah Rika pensiun, ibunya wafat. Farel, sebagai calon menantu, yang mengurus segala keperluan pemakamannya.Saat itu, upacara pemakaman diadakan dengan sangat megah, hingga banyak orang berkomentar bahwa Farel adalah seseorang yang penuh perasaan dan setia.Ba
Rika melepaskan celemeknya dan berjalan keluar.Ketika melewati ruang tamu, dia melihat Aldo, ayah Farel, sedang duduk di sofa membaca koran. Dia menghentikan langkahnya, menyapa dengan sopan, "Halo, Paman."Aldo agak terkejut, tidak tahu Rika ada di rumah. "Rika sudah datang, ya, sini, duduklah!"Rika tersenyum. "Aku ada urusan, jadi harus pulang dulu!"Sejujurnya, dia tidak pernah bisa memahami apa yang dipikirkan Aldo.Menurutnya, Aldo adalah orang yang sangat misterius."Temani Paman sebentar. Aku akan suruh pembantu panggil Farel turun," ujar Aldo dengan ramah, sambil mendorong bingkai kacamatanya."Nggak perlu, aku benaran ada urusan, jadi harus segera pulang. Aku pamit dulu, Paman," ujar Rika dengan sopan sambil tersenyum, lalu berbalik pergi.Aldo menatap punggung Rika yang menjauh, wajahnya tak menunjukkan sedikit pun emosi.Ketika Rika sudah keluar dari pintu, dia pun bangkit dari sofa, lalu naik ke atas menuju ruang kerja.Farel menerima telepon dari ayahnya, lalu berbicara
Farel menyeringai sinis. "Jadi, maksudmu, demi masa depanmu sendiri, kamu bisa menjual putra putrimu sendiri!"Saat kecil, Farel berpikir bahwa ayahnya adalah sosok yang jujur dan sangat hebat.Sekarang, dia baru sadar bahwa dia telah salah menilai ayahnya.Ekspresi Aldo langsung menjadi masam setelah mendengar itu. "Farel, jangan mengira sekarang kamu sudah dewasa, aku tidak bisa mengaturmu lagi! Hubunganmu dengan Rika hanya bisa maju, tidak bisa mundur! Keluar!"Farel hanya menatapnya dalam-dalam sebelum berbalik pergi.Melihat Farel pergi, Aldo merasa kesal sambil memijat keningnya.Dia tiba-tiba merasa Farel benar-benar sudah dewasa, sudah tidak bisa dia kendalikan.Kenyataan tersebut membuatnya takut.Karena ambisi terbesar dalam hidupnya adalah mencapai puncak tertinggi.Dia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencapai posisinya sekarang, dan puncak kesuksesan sudah sangat dekat. Bagaimana mungkin dia rela melepaskan kesempatan itu!Farel pergi ke garasi. Setelah mas
Henry tertawa. "Papi nggak tahu siapa kakak yang kamu bilang, tapi ibunya hanya milik kakak itu, nggak bisa jadi milikmu, tahu?"Rania masih kecil, tidak mengerti hubungan antara orang tua dan anak, mengira siapa saja bisa menjadi ibunya.Rania tampak kecewa. "Begitu, ya."Melihat ekspresi Rania, Henry merasa sedih. "Bagaimana kalau lain kali kamu bertemu kakak itu lagi, kamu tanya apakah dia mau berbagi ibunya denganmu."Mata Rania berbinar-binar. "Oke!"Pada saat ini, panggilan dari Rumordi masuk.Henry segera keluar dar kamar inap untuk mengangkatnya."Ada apa?""Dokter hebat itu sudah menerima permintaan kita. Dia mengatakan akan datang langsung ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi putrimu.""Kapan dia datang?"Detak jantung Henry berdetak lebih cepat.'Rania akhirnya bisa diselamatkan!'"Dia bilang padaku akan datang pukul tiga sore, langsung ke kamar putrimu.""Oke, aku mengerti.""Aku sudah berhasil menghubungi dokter hebat itu, kenapa kamu nggak berterima kasih padaku!" Nada
Mendengar suara Henry, dokter wanita itu tiba-tiba tampak kaku. Kemudian, dia berkata dengan suara dingin, "Keluarga pasien keluar dulu, jangan menggangguku melakukan pemeriksaan!""Aku di sini nggak akan mengganggumu! Dok, cepat periksa putriku." Henry tidak akan tenang meninggalkan Rania pada orang asing sendirian."Kalau kamu bersikeras, aku akan pergi," balas dokter wanita itu, suaranya makin dingin.Henry mengernyit, ekspresinya berubah menjadi masam. "Bagaimana aku bisa yakin kamu benar-benar dokter hebat terkenal itu?" Dia merasa dokter di depannya ini terlalu muda, bisa saja seorang penipu."Kamu bisa tanyakan pada temanmu, bukan? Kalau kamu nggak keluar, aku akan pergi sekarang!" seru dokter wanita itu dengan tegas.Tepat pada saat ini, panggilan dari Rumordi masuk, dan Henry segara mengangkatnya.Baru saja dia ingin menelepon Rumordi, ternyata Rumordi sudah meneleponnya lebih dulu."Henry, kamu sudah bertemu dokter hebat itu, 'kan? Apakah dia seorang pria tua berjanggut putih
Saat menatap gadis kecil di depannya, Miana terpaku. Dia tiba-tiba menyadari bahwa mata gadis kecil ini sangat mirip dengan mata Nevan, dan hatinya seketika tersentuh.Kenangan meluap seperti air pasang, tentang kehidupan kecil yang belum pernah ditemuinya tetapi sudah berlalu, setiap detailnya seperti pisau yang mengiris hatinya.Mengingat putrinya yang telah meninggal, matanya mulai berkaca-kaca. Air mata berputar di kelopak matanya, tetapi dia berusaha menahan agar air matanya tidak menetes, khawatir kelemahannya akan menakuti anak yang dengan berani mengungkapkan perasaannya.Melihat hal tersebut, Rania tampak cemas dan bingung. Dia segera mencondongkan tubuhnya, tangan kecilnya dengan lembut menyentuh lengan Miana, seolah-olah ingin menenangkan luka yang tidak terlihat. "Kakak cantik, jangan sedih .... Kalau Kakak nggak mau jadi ibuku, nggak apa-apa, jangan menangis ...."Suara Rania terdengar bergetar, seolah takut bahwa satu kata yang salah akan membuat Miana menangis lebih kera
Miana tertegun, lalu teringat Nevan pernah menceritakan dia bertemu seorang gadis kecil di depan toilet di bandara.Nevan juga mengatakan ibu gadis kecil itu sangat galak.Tidak hanya mencubit pipinya, ibu gadis itu juga menarik lengannya dengan kuat.'Kalau gadis kecil itu adalah Rania, berarti dia pasti sering dipukuli dan dimarahi. Kalau nggak, dia nggak akan bilang ingin aku menjadi ibunya.'"Ada apa? Apakah aku salah bicara?" tanya Rania yang menatap Miana dengan cemas.'Aku salah bicara, ya? Kakak cantik ini nggak akan peduli padaku lagi, ya?'Miana memakai masker, jadi wajahnya tidak terlihat sepenuhnya, tetapi Rania tetap merasa dia sangat cantik.Mungkin karena Miana memiliki sepasang mata yang sangat indah."Kamu nggak salah bicara." Miana mencubit pipi Rania dengan lembut, tersenyum, dan lanjut berkata, "Jangan berpikir yang aneh-aneh!""Tapi, aku merasa Kakak nggak senang." Rania meremas tangannya, tampak sangat gelisah.Dia memiliki kebiasaan itu, meremas tangannya setiap
Henry menekan bibirnya rapat-rapat, sementara ekspresi tegang terlihat jelas di garis wajahnya.'Miana pernah menemui Rania di ruang perawatan, tapi dia tetap diam mengenai kemampuannya di bidang medis.''Wanita ini sungguh dingin hati.'"Sudah malam, aku perlu pulang dan beristirahat. Kita akhiri di sini saja," ujar Farel sambil memadamkan rokoknya, berdiri, lalu melangkah keluar.Sambil menuang segelas anggur untuk diri sendiri, Henry tenggelam dalam pikirannya tentang Miana.'Kapan Miana mempelajari ilmu medis?''Selama lebih dari tiga tahun terakhir, apa yang sebenarnya telah dia lakukan?'Saat Farel memasuki mobil, sopirnya dengan sopan bertanya, "Tuan Muda, apakah kita langsung pulang ke rumah?"Farel memijat pelipisnya dengan lelah, bayangan tatapan penuh kebencian Sherry kembali muncul di benaknya, membuat dadanya terasa sesak."Ke rumah sakit!"Sopir mengangguk dan segera menghidupkan mesin mobil.Begitu dia tiba di depan kamar perawatan Sherry, seseorang menghadangnya.Raut w
"Belakangan ini, ayahmu sering terlihat dekat dengan Jodi. Setahuku, Jodi bukanlah orang yang sesederhana kelihatannya," ujar Henry kepada Farel, berdasarkan informasi yang didengarnya dari Rumordi.Alis Farel terangkat. "Aku tahu itu!"Dalam empat tahun terakhir, dia telah menyelidiki kekuatan yang tersembunyi di balik Jodi.Hasil penyelidikan itu berulang kali mengejutkannya."Lalu, bagaimana kamu menyelesaikan hubunganmu dengan Nona Rika?"Farel mengeluarkan sebatang rokok, dan menyalakannya sebelum menjawab, "Aku akan membatalkan pernikahan."Dia sudah membicarakan hal tersebut dengan Rika sebelumnya.Namun, Rika selalu menghindarinya akhir-akhir ini.Sekarang, dia hanya bisa menunggu."Bagaimana dengan Yani?" tanya Henry lagi. "Dia cinta pertamamu, 'kan?""Saat masih muda, aku memang menyukainya, tapi setelah dia menghilang, perasaan itu pun menghilang dengan sendirinya." Wajah Sherry tiba-tiba muncul di benak Farel.Farel menyadari, orang yang paling dia cintai sekarang adalah Sh
Mata Felica tertuju pada mata pria itu. "Kalau kamu nggak melindungiku, aku akan mengungkapkan kepada publik bahwa kita memiliki dua anak laki-laki! Kamu juga akan kehilangan reputasimu karena hal ini!"Felica sangat membutuhkan bantuan pria itu."Kamu bilang kita punya dua anak laki-laki, tapi siapa yang akan percaya tanpa bukti," ujar pria itu dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam."Catatan pemeriksaan kehamilanku masih ada, rumah sakit juga bisa memeriksa catatan kelahiranku, dan golongan darah kedua anak sama denganmu." Semua itu telah disimpan oleh Felica selama ini."Felica, apa kamu ingin menghancurkan hidupku?" Pria itu menatapnya dengan marah, nada suaranya penuh emosi."Nggak! Aku tentu ingin kamu hidup lebih baik!" Felica sudah tidak bisa mengendalikan emosinya. "Makin tinggi posisimu makin menguntungkan bagiku!""Melanggar prinsipku hanya untuk membantumu? Kamu jangan pernah berpikir aku akan melakukannya!" Setelah menghabiskan minuman di gelasnya, pria itu meletakkan ge
Felica menatap pria itu dengan diam.Selama bertahun-tahun, Felica sering melihatnya di berita televisi, dan dia selalu menekan keinginannya yang besar untuk menemuinya.Dia selalu berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi seumur hidup ini.Melihat Felica diam, pria itu mengernyit dan bertanya lagi, "Ada urusan apa kamu mencariku?"Felica mengumpulkan pikirannya, duduk tegak, dan berkata, "Aku mencarimu memang ada urusan, tentang ... anak kita."Pria itu tampak sangat terkejut. "Apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin kita punya anak!""Anak kembar. Yang kecil dicuri orang begitu dilahirkan, dan yang besar, Zeno Jirgan, meninggal dalam kecelakaan mobil dua tahun lalu," ujar Felica sambil menyeka air matanya dengan cepat.Ini adalah rahasia yang dia sembunyikan selama lebih dari tiga puluh tahun.Dia berpikir, seumur hidupnya, dia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk mengungkapkannya.Selain itu, dia tidak menyangka bahwa saat ini terasa begitu mudah untuk mengatakann
"Felica ...."Sebelum Celine sempat berbicara, Felica sudah menarik lengannya dan menyeretnya keluar."Kamu mau membawaku ke mana?" tanya Celine dengan panik, dia dapat merasakan aura membunuh dari Felica."Mengantarmu ke dunia lain! Percaya atau nggak?" Felica menyeringai sinis. "Celine, aku sudah membukakan jalan untukmu, tapi hasilnya? Sekarang semuanya berantakan!"Tiga tahun yang lalu, dia mencuri putri Miana agar bisa membuat Celine berada di sisi Henry.Dia ingin memanfaatkan Celine untuk mendapatkan informasi penting dari Henry. Namun, setelah lebih dari tiga tahun, Celine bahkan tidak berhasil naik ke tempat tidur Henry. Benar-benar wanita bodoh yang tidak berguna!"Itu bukan salahku!" Celine merasa dirinya tidak bersalah.Selama lebih dari tiga tahun ini, dia terus meniru Miana.Selain itu, dia juga sangat bersungguh-sungguh mengurus Rania.Masalahnya, Henry tidak memiliki perasaan, sama sekali tidak bisa melihat semua usahanya!Felica enggan berbicara lebih banyak, dan setel
Teriakan keras Celine membuat para pengawal terkejut sejenak, lalu mereka mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak darinya.Setelah memastikan para pengawal enggan mendekat, Celine menyeringai, dan hendak masuk ke kamar perawatan.Saat dia baru akan melangkah masuk, salah satu pengawal langsung meraih tangannya."Nggak boleh masuk!"Dia tidak boleh membiarkan orang dengan karakter seperti Celine masuk."Tolong! Pelecehan!" Suara Celine menggema di lorong. Tanpa ragu, pengawal itu melepas jaketnya, membungkus tubuh Celine dengan sigap, lalu mengangkatnya dan membawanya ke lift dengan langkah cepat.Mereka sekarang berada di lantai dua belas. Jika bukan di lantai tinggi, pengawal itu mungkin sudah melempar keluar Celine dari jendela.Tanpa banyak bicara, pengawal itu membawa Celine turun ke lantai bawah, lalu melemparkannya ke lantai dengan gerakan kuat. "Aku nggak memukul wanita, tapi jangan pikir aku nggak bisa bertindak tegas! Cepat pergi!"Sikap tegas pengawal itu membuat Celine b
Seandainya putrinya masih hidup, betapa bahagianya dirinya.....Rumah sakit, di kamar perawatan.Henry baru saja menidurkan putrinya ketika ponselnya bergetar.Melihat nomor Wiley, dia bangkit dan berjalan keluar untuk menerima telepon."Hasilnya tes DNA sudah keluar, Pak Henry. Kalian nggak memiliki hubungan darah," ujar Wiley, yang bahkan tidak tahu apa alasan sebenarnya Henry melakukan tes tersebut.Hasil ini tidaklah mengejutkannya, mengingat Rania adalah anak yang ditemukan."Saat tes DNA dilakukan, apakah kamu terus mengawasinya?" Henry merasa ada sesuatu yang tidak beres.Bagi Henry, kemiripan Rania dengan Nevan sulit untuk diabaikan, jadi menurutnya Rania seharusnya memiliki hubungan darah dengannya."Aku melakukannya di rumah Sakit Tresna!" Wiley berpikir, rumah sakit ini berada di bawah Grup Eskaria, jadi kesalahan tidak akan mungkin terjadi."Aku sudah tahu!" Henry mengatupkan bibirnya, dalam hati berniat untuk melakukan tes DNA sekali lagi."Pak Henry ...." Wiley memanggil
"Nevan, dengarkan Ayah, oke?" Melihat betapa sedih Nevan, hati Giyan ikut terasa pedih. "Adikmu pasti hidup dengan sangat baik di dunia lain, jadi jangan sedih lagi, ya?"Giyan menepuk punggung Nevan perlahan, suaranya terdengar sangat menenangkan.Miana perlahan mengangkat Nevan dari pelukan Giyan. "Sudah, sudah, jangan sedih lagi, ya? Malam ini, bagaimana kalau tidur dengan Ibu?"Nevan sudah tidur sendiri sejak usia dua tahun, tetapi dia sekarang masih berusia tiga tahun.Mimpi seperti itu tentu membuatnya rasa tidak nyaman."Oke." Nevan menyeka air matanya, lalu menggosok wajah kecilnya di pelukan ibunya.Dia merasa juah lebih berada di dekat ibunya.Miana menoleh ke Giyan dengan wajah penuh penyesalan. "Giyan, kamu kembali ke kamar dulu. Aku akan menemani dia tidur malam ini."Giyan memeluknya sebentar. "Oke, selamat malam."Setelah mengatakan itu, dia mencium pipi Miana dan Nevan.Meskipun agak kecewa, dia tahu ini satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.Dia tidak mungkin, hanya d
Dengan pakaian rumah yang nyaman dan rambut yang terselip rapi di belakang telinga, Miana melangkah menuju pintu.Dia segera membuka pintu.Belum sempat melihat dengan jelas sosok di depannya, tubuhnya sudah terdorong mundur hingga menyentuh pintu.Aroma sabun mandi dari tubuh Giyan menyelimuti udara di antara mereka.Detak jantung Miana tiba-tiba menjadi tak terkendali."Mia, sudah siap?"Suara Giyan terdengar rendah di telinganya.Miana secara refleks menegakkan punggungnya. "Aku ... aku sudah membuat janji dengan seorang psikolog. Besok sore aku akan pergi menemuinya."Dia berharap bisa segera pulih, tetapi kenyataan memaksanya menerima bahwa proses itu akan memakan waktu.Giyan merasakan seperti disiram air dingin dari kepala hingga ujung kaki.Panas tubuhnya langsung padam seketika.Miana belum pulih, memaksanya tanpa mempertimbangkan perasaannya adalah hal yang tidak mungkin dia lakukan."Giyan, maafkan aku!" Miana berjinjit dan dengan lembut mencium bibirnya. "Aku akan berusaha