Nevan merasa kesakitan hingga wajahnya terlihat pucat. Dia membuka mulutnya, menggigit lengan wanita itu sambil berteriak, "Kamu gila ya!"Cengkeraman wanita itu begitu kuat, seperti ingin mematahkan lengannya.Setelah berpikir sejenak, dia merasa beruntung bukan gadis kecil itu yang merasakan cengkeraman yang menyakitkan ini!"Rania, siapa yang mengajarimu menggigit dan mengumpatku!" Wanita itu mencubit wajah Nevan, menatapnya dengan sangat garang. "Cepat minta maaf padaku! Kalau nggak, aku akan mengurungmu di kamar yang sangat gelap!"Nevan mulai menangis keras dan berteriak, "Tolong, bibi jahat ini mau membunuhku!"Teriakannya itu segera menarik perhatian orang-orang."Anak setampan ini, begitu teganya wanita ini!""Begitu kejam, pasti bukan anak kandungnya!""Beberapa ibu tiri memang kejam! Baru-baru ini aku melihat berita tentang ibu tiri yang memasukkan anak ke dalam mesin cuci!"Mendengar komentar orang-orang, wanita itu marah hingga ingin mencabik-cabik Nevan. "Rania, sekarang
Nevan teringat kejadian sebelumnya, lalu menunjuk wajahnya sambil berkata, "Di depan toilet, aku bertemu dengan bibi aneh. Dia menarikku, memarahiku, mencubit wajahku, bahkan bilang aku nggak boleh memakai pakaian anak laki-laki!"Dia tidak menceritakan tentang bertemu dengan Rania, takut ibunya akan teringat pada adiknya lagi.Miana terkejut dan segera bertanya, "Bibi itu seperti apa?""Bibi itu sangat jelek! Seperti nenek sihir tua!" Nevan yang merasa diperlakukan tidak baik olehnya, tentu saja tidak akan mengatakan hal baik tentang wanita itu.Miana, "...."Meskipun Nevan masih kecil, dia tipe anak yang tidak akan membiarkan siapa pun yang membuatnya menderita lolos begitu saja.Entah mengapa wanita itu memarahi dan mencubitnya.Giyan menoleh, memperhatikan bekas cubitan yang memerah di wajah Nevan."Kalian masuk mobil dulu, aku mau menelepon dulu." Ekspresi Giyan menjadi serius.Miana tahu bahwa Giyan pasti ingin menyelidiki wanita itu. Dia tidak bertanya secara langsung, hanya men
Dia menggunakan waktu dua tahun untuk menjadi ahli dalam berbagai penyamaran.Keahlian itu, dia belum memberi tahu Sherry."Baguslah kalau begitu!" Sherry merasa lega."Bagaimana hubunganmu dengan Farel sekarang?" Selama tiga tahun ini, Sherry tidak pernah membicarakan tentang Farel.Namun, dia melihat banyak berita tentang Farel di media.Tidak lama setelah berita tentang aliansi pernikahan antara keluarga Ingra dan keluarga Sutara tersebar, ayah Rika tiba-tiba mengundurkan diri dari posisinya, kemudian ibu Rika meninggal.Tidak tahu karena alasan apa, Rika juga meninggalkan lembaga penelitiannya.Dalam waktu kurang dari setahun, Rika yang dulunya dikagumi banyak orang berubah menjadi wanita malang yang patut dikasihani.Meskipun begitu, keluarga Ingra tidak pernah membatalkan aliansi pernikahan itu.Miana sempat secara diam-diam menyelidiki tentang ayah Rika.Namun, masalah tersebut sangat tertutup, jadi dia tidak bisa menemukan apa-apa.Karena itulah dia makin merasa ada yang aneh.
Ditanya seperti itu oleh Henry, Wiley melihat sekelilingnya lagi.Namun, selain mereka, tidak ada seorang pun di tempat parkir, jadi dari mana datangnya anak kecil!'Kenapa Pak Henry bersikeras mengatakan ada anak kecil melambaikan tangan padanya?'Dia ragu-ragu sebelum berkata dengan suara pelan, "Apa mungkin karena kamu terlalu merindukan Nona Kecil hingga berhalusinasi?"'Kalau nggak, bagaimana mungkin bisa melihat ada anak kecil di sini.'Henry menatap tajam Wiley, mendengkus dingin, dan berkata, "Kamu pikir aku sudah gila?"Dia masih bisa membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan!Wiley terdiam.Apakah gila atau tidak, dia tidak berani mengatakannya.Suasana di sekitar menegang.Pada saat ini, ponsel Henry berdering.Henry mengeluarkan ponselnya.Melihat nomor itu, wajahnya yang suram langsung berubah menjadi cerah, bahkan sudut bibirnya sedikit terangkat.Begitu dia angkat, terdengar suara lembut anak kecil, "Halo, Papi di mana? Kenapa belum datang! Janji palsu, hmph!"
Henry sangat mengkhawatirkan kesehatan Rania.Alhasil, makan ini tidak boleh, makan itu juga tidak boleh."Wiley, segera pesan kue dan kirimkan ke Lavendre." Suara Henry yang tiba-tiba membuyarkan lamunan Wiley. "Baik!" sahut Wiley.'Lihatlah."'Sebelumnya, dia bilang makan kue bisa membuat gigi Nona Kecil berlubang. Sekarang, malah menyuruhku pesan kue.''Pak Henry sekarang memang seperti itu, berkata nggak sesuai dengan hatinya.'Henry naik ke atas dengan lift.Tidak lama setelah keluar dari lift, dia melihat sosok yang tidak asing.Dia tertegun sejenak.'Giyan?'Lebih dari tiga tahun yang lalu, sejak tubuh Giyan membaik, dia seolah-olah menghilang dari dunia ini, sama sekali tidak ada kabarnya.Henry agak terkejut tiba-tiba melihatnya di sini.'Mungkinkah ....''Miana masih hidup?'Saat pemikiran itu muncul di benaknya, Henry seketika terdiam.Nama Miana sudah tersembunyi di hatinya selama lebih dari tiga tahun.Di masa-masa paling menyakitkan, dia berusaha keras menekan dirinya unt
Giyan panik, hendak segera berbicara untuk mencegah Rania mengatakan nama itu.Namun, terdengar suara seseorang berbicara mendahuluinya."Henry, bukankah aku sudah bilang kalau kamu sibuk, nggak perlu menjemput kami?"Giyan menatap wanita yang berbicara.Celine.Wanita yang baru saja menyerang Nevan.'Apakah Celine sudah tahu identitas Nevan, sehingga menyerangnya!''Kalau benar begitu, aku harus lebih melindungi Nevan.''Nggak boleh membiarkan wanita ini menyakitinya.'Celine terkejut ketika melihat Giyan.Setelah mengetahui Giyan sakit dan menghilang selama tiga tahun, dia mengira Giyan sudah mati di suatu tempat yang tidak diketahui.Kemunculan Giyan yang tiba-tiba ini sungguh mengejutkannya."Paman, bisakah mengembalikan kelinciku?" Rania melihat boneka di tangan Giyan sudah berubah bentuk, khawatir boneka itu rusak, jadi segera meminta kembali.Giyan merapikan boneka itu, kemudian mengembalikannya pada Rania, "Barang yang kamu suka harus kamu jaga dengan baik, jangan biarkan rusak
Tatapan Celine tidak lepas dari wajah Henry. Setiap kekhawatiran di hatinya seperti jarum halus yang terus menusuk, memintal benang-benang tak kasatmata yang melilit kuat dan hampir membuatnya kehabisan napas.Dia berusaha membaca emosi dari mata Henry yang dalam, tetapi hanya menemukan ketenangan bagai permukaan danau yang tenang, menyulitkannya untuk menebak gejolak tersembunyi.Celine merasa agak gelisah.'Apakah Henry sudah mengetahui sesuatu?'"Papi kenapa diam saja?" Suara Rania yang lembut segera membuyarkan lamunan keduanya.Henry menunduk, menatap wajah putrinya.Entah mengapa dia tiba-tiba merasa wajah Rania sangat mirip dengan Miana.'Apakah cuma perasaanku?'Sementara itu, Celine memikirkan berbagai kemungkinan ....Hanya saja, dia tidak berani mengatakan apa pun."Papi, kenapa menatapku begitu!" tanya Rania dengan suara yang lembut, sambil menggeliat di pelukan Henry.Henry sadar kembali, tersenyum lembut, dan berkata, "Rania sangat cantik, jadi Papi ingin melihat lebih la
"Mirip kamu!" sahut Wiley. "Nona Kecil dan kamu seperti dicetak dari cetakan yang sama."Henry mengerutkan keningnya.Semua orang merasa Rania mirip dengannya.Namun, dia selalu merasa mata Rania mirip dengan Miana yang sudah meninggal.Mata yang jernih dan cerah, seperti bintang di langit malam."Rania mirip Papi, menawan!" Saat sedang asyik bermain, Rania mendongak menatap Henry tiba-tiba, dan senyuman cerah menyebar di wajah mungilnya.Kata sifat yang Rania tahu tidak banyak, menawan adalah yang terbaik baginya.Henry tersenyum. "Ya, kamu mirip Papi.""Kalian sedang bicara apa, sampai terlihat senang begitu?" tanya Celine yang sudah berdiri di pintu mobil, dengan ekspresi lembut."Bukan apa-apa." Senyuman Henry memudar, dan dia berkata dengan suara datar, "Ibu ingin bertemu denganmu, aku akan minta sopir mengantarmu ke sana. Aku akan bawa Rania bersamaku ke kantor.""Aku nggak ikut dengan kalian?" tanya Celine tergesa-gesa karena panik.Saat di toilet tadi, dia tidak bisa menahan di
Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan
Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m
Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera
Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan
Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl
"Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"
Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva
Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M
Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,