Farel takut salah bicara dan membuat Henry marah.Dia berpikir, agar nyawanya aman, dia harus menjauh dari Henry."Cepat katakan!" Terbangun di tengah malam, bagaimana mungkin Henry tidak kesal."Dengar-dengar, kamu sudah tinggal bersama kekasih barumu hari ini?" Farel hanya mengulangi perkataan yang didengarnya dari Miana."Hah? Apakah keluarga Ingra akan runtuh? Kamu begitu nganggur hingga bergosip!" Henry mendengus dingin, suaranya yang dingin itu terdengar mengerikan."Itu kata mantan istrimu, nggak ada hubungannya denganku!" Jika dia yang mengatakannya, Henry pasti tidak akan melepaskannya."Kenapa Miana mengatakannya padamu? Apakah kalian sangat akrab?" Setelah bercerai, setiap pria di mata Henry mungkin adalah saingan."Dia menegurku, lalu menyebutmu!" Farel asal menjawab.Dia pikir, Henry tidak mungkin akan bertanya pada Miana.Hanya dia yang tahu apa yang sebenarnya telah terjadi."Hmph, sudah bercerai, kenapa dia masih peduli pada kehidupanku!" sudut bibir Henry sedikit teran
"Itu saja yang mau kubilang! Pikirkan baik-baik!" seru Henry, lalu menutup telepon.Hanya itu yang bisa dia katakan, selebihnya tergantung Farel sendiri untuk memahaminya.Dia tidak bisa membuat keputusan untuk Farel.Setelah meletakkan ponsel, dia benar-benar tidak bisa tidur lagi.Kata-kata Farel tadi masih terngiang di telinganya.'Miana, wanita ini, apakah dia bisa hidup tanpaku?'Dia menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan sosok Miana dari pikirannya.Namun, makin dicoba makin jelas sosok Miana di pikirannya.Hatinya gelisah. Karena tidak bisa tidur, dia turun dari ranjang, memakai jaket, dan pergi ke ruang kerjanya.Karena hubungannya dengan Miana memburuk, efisiensi kerjanya menurun drastis akhir-akhir ini, jadi ada banyak perkerjaan menumpuk dan dia memutuskan untuk menyelesaikannya.Begitu masuk ke ruang kerja, dia melihat buket bunga Gypsophila di atas meja.Pikirannya langsung terbawa ke masa lalu.Sejak Miana menikah dan tinggal di Kompleks Gaillardia, setiap hari se
Janice menatap punggung Henry, sorot matanya sekilas menunjukkan kelicikannya, dan dia berjalan mengikuti Henry.Saat menuruni tangga, dia sengaja melewatkan satu anak tangga dan akhirnya terguling ke bawah.Namun, dia secara naluriah melindungi kepalanya sambil berteriak, "Henry, tolong aku!"Henry berbalik, melihat Janice yang berguling di tangga, dia pun mengangkat kakinya untuk menghalanginya.Janice berhenti berguling.Henry mengerutkan keningnya."Henry, sakit sekali!" seru Janice terisak sambil memeluk kakinya.Henry membungkuk dan menggendongnya.Dahi Janice terbentur dan berdarah.Sorot mata Henry makin mengelap.Janice merasa gelisah ketika melihat Henry tidak berbicara. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Henry, tetapi juga tidak berani banyak bicara, hanya bisa menangis dalam diam.Ekspresinya menahan diri tampak menyedihkan.Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Kenapa kamu bisa seceroboh ini?""Aku... aku hanya terburu-buru mengejarmu, nggak sengaja me
Janice seketika ketakutan dan segera melambaikan tangan. "Tentu saja nggak! Aku selalu berharap kalian baik-baik saja!"Di dalam hatinya, dia tentu saja ingin mereka segera bercerai! Bagaimana mungkin sungguh berharap seperti itu!"Saat di Kota Sugal, kamu menyentuh ponselku?" Henry tampak tenang, seolah-olah hanya membicarakan hal yang biasa.Janice sungguh tidak menyangka Henry akan tiba-tiba menanyakan hal ini, tubuhnya seketika tegang.Dia tidak pernah menyangka Henry akan menyelidiki ini.Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuatnya tidak tahu harus menjawab apa."Kenapa kamu menyentuh ponselku?" Ekspresi Henry menjadi lebih dingin.Miana, yang merupakan istrinya saja, tidak diizinkannya menyentuh ponselnya, apalagi Janice.Tindakan Janice sudah melewati batas toleransinya.Janice panik hingga berkata dengan tergagap, "Henry, dengarkan penjelasanku!""Katakan!" seru Henry dengan suara dingin mengerikan.Jantung Janice berdegap kencang, jari-jarinya saling menggenggam erat, buku-buku j
"Hmm?" Henry mengernyit."Berita yang masuk tren tagar itu sudah diurus, aku akan mengirimkan videonya ke surelmu," ujar Wiley dengan suara pelan."Ya," jawab Henry dengan suara datar.Sikapnya terlihat seperti apa yang dibicarakan Wiley bukanlah masalah besar, melainkan hanya masalah kecil."Kalau begitu aku akan kembali bekerja." Wiley benar-benar tidak bisa menebak pikiran Henry.'Pak Henry hanya nggak senang atau marah?''Susah untuk menebak apa yang dipikirkannya, lebih baik fokus bekerja saja.'"Alamat IP-nya sudah ditemukan?" tanya Henry yang tiba-tiba teringat sesuatu.Ada yang memberi tahu Miana bahwa dia tinggal dengan Janice semalam, lalu pagi ini muncul berita seperti itu, ini hanya kebetulan atau disengaja?"Alamat IP-nya dari luar negeri." Wiley berhenti sejenak, tiba-tiba teringat sesuatu yang penting dan berkata, "Pak Henry, pagi ini juga ada tren tagar tentang sebuah komik berjudul 'CEO Berengsek dan Para Wanita-nya', baru diunggah kemarin dan sudah viral, penggarangny
Henry mengatupkan bibirnya sebelum berkata, "Oke, nanti aku cek!"Ada begitu banyak surel yang masuk, dan dia belum sempat melihat semuanya."Apakah ada hal lain yang perlu diurus?" tanya Wiley."Kamu boleh keluar dulu, aku akan panggil kamu kalau ada keperluan lain," ujar Henry sambil mencari-cari surel yang dikatakan Wiley.Anehnya, entah mengapa dia membuka surel dari pengirim yang bernama "Candu".Mungkin menurutnya nama itu cukup menarik.Namun, yang sama sekali tidak disangka Henry adalah, surel tersebut berisi semua tuduhan terhadap kejahatan Janice.Setelah melihat isinya, dia menghapus surel itu dan keluar dari kotak masuk.'Siapa sebenarnya "Candu" ini?''Bagaimana dia bisa tahu begitu banyak tentang Janice?'Kalau ....'Kalau apa yang dikatakan orang ini benar ....'Berarti apa yang kukatakan dan kulakukan pada Miana selama tiga tahun ini ....'Henry tidak berani berpikir lebih jauh.Dia mengambil napas panjang untuk menenangkan hatinya yang terasa tidak nyaman.Pada saat in
Eddy terdiam sejenak sebelum berkata dengan suara rendah, "Itu bukan hal yang bisa kubantu!"Sekalipun dia membantu Henry untuk memohon kepada Miana, Miana belum tentu bersedia untuk kembali!Yang terpenting adalah, jika Henry tidak benar-benar mencintai Miana, lebih baik biarkan Miana menjalani hidupnya sendiri.Karena itu adalah hal yang paling adil bagi Miana."Bukankah dia selalu mendengarkan Kakek? Kalau Kakek yang bicara, dia pasti akan menurut! Sama seperti tiga tahun lalu, ketika Kakek memaksaku menikahinya, Kakek sekarang juga bisa memaksanya untuk kembali denganku!" Henry berbicara seperti anak kecil yang bermain rumah-rumahan, seolah-olah pernikahannya akan kembali ke semula hanya dengan satu kata dari Kakek."Mia sudah tiga tahun bersamamu, kalau nggak benar-benar kecewa, bagaimana mungkin dia ingin bercerai denganmu!" Eddy mendengus dingin. "Susah payah bercerai denganmu, dia pasti nggak akan kembali!"Henry awalnya ingin mendapatkan dukungan dari Kakek, tetapi malah diper
"Nggak perlu, aku berencana menjalankan studio bersama sahabatku." Karena Kakek mengkhawatirkan pekerjaannya, dia hanya bisa menggunakan ini sebagai alasan.Namun, itu bukan sekadar alasan, dia memang benar-benar ingin bekerja sama dengan Sherry membuka studio."Apa nama studionya?" Eddy ingin membantu Miana."Kek, aku ingin mengandalkan usaha sendiri untuk menjalankan studio. Kakek sudah tua, nggak perlu selalu mengkhawatirkanku." Miana benar-benar tidak ingin membuat Kakek khawatir dengan urusannya.Secara kasar, sekalipun dia tidak bekerja, dengan saham Grup Eskaria yang dimilikinya sekarang, pembagian dividen tahunan sudah cukup besar untuk memenuhi kebutuhannya.Belum lagi uang yang diberikan Henry saat bercerai, jumlahnya lebih banyak dari pendapatan orang biasa seumur hidup.Sekarang dia tidak perlu khawatir biaya hidupnya, dia hanya ingin menjaga kehamilannya dengan baik, dan melahirkan sepasang bayi yang sehat."Jangan menolak!" Eddy jelas tidak senang. "Cepat beri tahu Kakek!
Giyan tidak akan memaksa Miana sebab dia tidak ingin menempatkan Miana dalam situasi yang sulit."Nevan begitu berisik, apakah dia nggak akan mengganggu mereka dan membuat mereka sulit beristirahat?" Miana sangat mengenal sifat anaknya. Jika ada yang memanjakannya, dia bisa menjadi sangat nakal."Tenang saja, nggak masalah," ujar Giyan dengan suara lembut.Karena Giyan sudah berkata demikian, Miana tidak menolak lagi. "Kirimkan saja lokasinya, aku akan mengemudi sendiri dan kita bertemu di tempat."Giyan terdiam sejenak sebelum mengiakan.Setelah menutup telepon, Giyan segera mengirimkan lokasinya.Miana segera mengganti pakaian dan merias wajahnya, penampilannya tampak sangat rapi.Miana mengemudi mengikuti lokasi yang dikirimkan oleh Giyan, hingga tiba di sebuah resor pegunungan.Namun, mobilnya dihentikan di gerbang masuk."Halo, Nona, tolong tunjukkan kartu keanggotaan."Miana tahu bahwa resor ini khusus untuk anggota, jadi dia menurunkan jendela mobil dan bertanya, "Bisakah aku me
Alis Henry terangkat sebelum berkata, "Kenapa harus tanya dia? Hal seperti ini, cukup aku yang mengambil keputusan."Bagi Henry, orang lain yang harus menyesuaikan diri dengan keputusan yang diambilnya.Miana telah melahirkan putranya, jadi sudah semestinya bersamanya. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah kandung anak itu."Hah?" Rumordi melongo terheran-heran. Mulutnya mengaga sampai seakan bisa memasukkan telur ke dalamnya.Dia benar-benar terkejut.Perkataan Henry ini ....Dia, sebagai orang luar, merasa marah setelah mendengarnya. Bisa dibayangkan jika Miana mendengar ini, pasti akan marah besar!"Kenapa melongo! Tutup mulutmu itu!" Henry menatap Rumordi dengan ekspresi jijik, lalu mengambil makanan sambil lanjut berkata, "Segera temukan siapa orang tua kandung Rania, nanti aku akan memberi mereka sejumlah uang!"Rania dibesarkan dengan penuh kasih olehnya, meskipun dia memiliki penyakit jantung, dia tetap berkomitmen untuk merawatnya.Sementara itu, orang tua kandung Rania telah teg
Dia teringat dengan perkataan Miana.Rania makin mirip dengannya, bukan hanya karena dia yang membesarkannya, tetapi juga mungkin karena mereka memiliki hubungan darah.Mengapa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya!"Ah? Baik!" Walau tidak mengerti maksud Henry, Wiley tidak berani bertanya lebih lanjut.Tugasnya hanyalah melaksanakan apa yang diperintah oleh Henry.Setelah itu, dia mengemudi menuju restoran.Rumordi datang terlambat, dan ketika tiba, Henry sudah minum dua gelas anggur sendirian.Melihat Rumordi, Henry menunjuk kursi di sebelahnya dan berkata, "Duduk di sini, ada yang ingin kutanyakan padamu!"Rumordi memegang erat bajunya dengan wajah penuh penolakan. "Henry, kita sudah sangat akrab, jangan seperti ini, oke?"Dia tidak ingin dipaksa berubah orientasi!"Duduk!" Henry merasa kesal, suaranya penuh ancaman.Rumordi gemetar, dengan hati-hati duduk di kursi sebelah Henry, pantatnya sedikit demi sedikit bergerak menjauh.Dia takut terlalu dekat dengan Henry.
Mata Henry menyipit, lalu dia kembali meraih pergelangan tangan Miana dan mengangkatnya.Bekas luka di pergelangan tangan Miana, yang meliuk-liuk seperti cacing, sangat mencolok.Melihat itu, pupil mata Henry menyusut tajam."Apa yang terjadi?" tanya Henry dengan suara rendah.Sebuah adegan seketika terlintas di pikiran Henry, hingga membuatnya berkeringat dingin.'Nggak! Nggak mungkin!'Miana dengan cepat menarik tangannya, menutupinya dengan lengan baju, dan bersikap dingin kembali. "Ini bukan urusanmu!"Bekas luka tersebut adalah hasil dari upayanya bunuh diri saat mengalami depresi parah dengan memotong pergelangan tangannya.Pada saat itu, darahnya mengalir deras.Jika tidak segera diselamatkan, dia pasti sudah mati.Pada masa-masa sulit itu, dia beberapa kali mencoba bunuh diri.Untungnya, Giyan selalu menyelamatkannya.Dia sangat berterima kasih pada Giyan.Giyan yang membuatnya hidup kembali.Sekarang, dia hanya ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan bahagia bersama Giyan."Mi
Henry betul-betul memperlakukan Miana seperti mainan, diambil ketika ingin, dibuang ketika bosan!"Kalau kamu nggak setuju, nggak masalah. Aku akan menyewa pengacara terbaik untuk merebut putraku! Miana, jangan menangis meminta aku untuk menerimamu kembali nanti!" ujar Henry dengan datar, sudut bibirnya melengkung.Meskipun sudah tahu dari Amanda bahwa Henry akan menggugat untuk merebut Nevan, mendengarnya langsung tetap membuat Miana marah.Henry sungguh kejam!Dia sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan!"Henry, anakku lahir setelah kita bercerai, jadi nggak ada hubungannya denganmu!" seru Miana dengan penuh kebencian.Dalam waktu singkat, dia sudah mengingat banyak momen di mana Henry memperlakukannya dengan buruk karena Janice.'Bertahun-tahun berlalu, pria ini tetap nggak berubah!'"Ada hubungannya atau nggak, kita bisa melakukan tes DNA! Miana, kamu nggak berani, 'kan?" Henry yakin Nevan adalah putranya dan sekarang hanya berpikir untuk merebutnya.Setelah putranya berada di
Setelah tiba di lantai atas, Miana langsung masuk ke kantor CEO tanpa mengetuk pintu.Suara pintu yang dibuka cukup keras membuat Henry berhenti membaca dokumen dan mengangkat kepalanya.Menurutnya, wajah Miana lebih cantik dari sebelumnya.Seperti bunga yang mekar dengan indah setelah perawatan hati-hati, terlihat sangat menyenangkan.Henry merasa jantungnya berdebar setengah detik lebih cepat."Henry, kamu benar-benar berengsek dan sangat menjijikkan!" Miana marah, tentu saja tidak akan memberi Henry muka, langsung mengumpat padanya.Sejak sembuh dari depresi, Miana jarang kehilangan kendali emosinya.Namun, hari ini, dia benar-benar marah karena tindakan Henry sudah sangat keterlaluan!Sorot mata Henry menjadi tajam dan berkata dengan suara datar, "Miana, ini wilayahku, kamu datang ke sini membuat keributan, nggak takut aku lapor kamu ke polisi?"Dulu, Miana selalu bersikap lembut dan anggun di depannya.Jangankan marah, suaranya pun tidak pernah keras saat berbicara dengannya.Seka
Miana tertawa kesal ketika menyadari bahwa panggilannya sengaja diputus setelah nada sambung terdengar beberapa kali.'Henry! Hebat sekali kamu!'Setelah itu, dia menelepon Wiley.Begitu tersambung, dia langsung berkata, "Pak Wiley, tolong berikan ponselnya ke Pak Henry, aku ada urusan penting!""Nona Miana, Pak Henry sedang sibuk ....""Kalau begitu katakan di mana kalian sekarang, aku akan ke sana!" Miana sudah sangat marah dan ingin melampiaskannya ke Henry."Kami di kantor.""Oke, sepuluh menit lagi aku sampai!"Setelah mengatakan itu, Miana langsung menutup telepon.Saat ini, di kantor CEO Grup Eskaria.Henry memegang dokumen, berpura-pura membacanya, tetapi sebenarnya mendengarkan percakapan Wiley dengan Miana.Wiley menyimpan ponselnya dan melihat bahwa dokumen di tangan Pak Henry terbalik.Setelah ragu sejenak, dia tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu, "Pak Henry, dokumennya terbalik."Henry meletakkan dokumen di meja dengan keras, berdeham sebelum bertanya, "Ada apa?""N
"Begitu mendengar kabar ini, aku langsung mencari orang itu. Ternyata dia sedang diselidiki oleh pihak berwajib. Kejadian ini tiba-tiba, pasti ada yang merencanakan diam-diam!"Miana menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu berkata, "Kamu telepon dan beri tahu para petinggi untuk rapat di kantor! Aku akan segera ke kantor!""Baik, aku akan segera memberi tahu mereka!"Miana baru saja menutup telepon, Giyan sudah bertanya, "Apa yang terjadi? Butuh bantuan?"Giyan sebenarnya ingin membantu, tetapi Miana akan marah jika dia bertindak tanpa persetujuan Miana.Miana menenangkan diri, menatap Giyan dengan perasaan bersalah. "Maaf, sepertinya aku nggak bisa bertemu dengan ayah dan ibumu malam ini. Ada masalah di perusahaan, dan kamu tahu, Sherry sekarang di rumah sakit, nggak bisa ke kantor, jadi aku yang harus menanganinya. Kalau aku butuh bantuan, aku akan meneleponmu."Miana merasa tidak enak hati karena terpaksa membatalkan janji bertemu dengan orang tua Giyan."Nggak apa-ap
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera