Suana seketika menegang.Henry mengangkat alisnya, senyumnya semakin lebar, dia sengaja mendekati Miana dan berkata dengan suara rendah, "Baru beberapa jam berlalu setelah kamu menolakku, sudah berubah pikiran? Ingin kembali? Nyonya Jirgan, mana prinsipmu? Kalau hal ini tersebar, siapa yang berani memintamu menjadi pengacara mereka!"Kata-katanya tajam seperti pisau, langsung menusuk hati Miana.Miana mengepalkan tangannya, kukunya hampir menancap ke telapak tangan, tetapi dia tetap mempertahankan ketenangan yang terasa menyesakkan itu.Dia perlahan memiringkan tubuhnya, menghindari kontak dekat dengan Henry. Saat berbicara, suaranya dingin dan tegas, "Pak Henry salah paham, aku nggak pernah berpikir rujuk denganmu, aku hanya datang untuk makan malam bersama Kakek. Bertemu denganmu di sini hanyalah suatu kebetulan."Usai berbicara, ia segera berjalan masuk, meninggalkan Henry sendirian. Henry memandangnya dengan tatapan yang penuh perasaan yang sukar dijelaskan.Pertemuan tidak terduga
Ekspresi Miana yang menggertakkan gigi membuat Henry senang. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, jari-jarinya menggambar lingkaran di paha Miana sambil berkata dengan suaranya yang serak, "Kenapa Nona Miana menatapku seperti itu? Apakah menurutmu aku tampan?"Ucapan itu sungguh menunjukkan rasa tidak tahu malunya.Miana menggertakkan gigi lagi, menangkap tangan Henry yang nakal, dan mencubitnya dengan keras.Mereka sudah menjadi mantan suami istri, tetapi Henry masih diam-diam menggodanya. Dulu, bagaimana dia tidak tahu bahwa Henry adalah pria yang begitu tidak tahu malu!Henry menyipitkan matanya.'Wanita ini benar-benar mencubit dengan keras.''Sakit sekali!'Meskipun tangannya terasa sakit, dia tetap tidak menariknya kembali.Eddy menuangkan semangkuk sup dan meletakkannya di depan Miana. Ketika melihat wajah Miana yang merah karena marah, dia mengira Miana tidak ingin melihat Henry, jadi dia memelototi Henry dan menghardik, "Cepat habiskan makananmu dan pergi! Jangan meng
"Kakek sudah memberikan 1% saham Grup Eskaria kepadanya, apa salahnya kalau dia merawatmu sebentar!" ujar Henry merasa dirinya sangat benar.Bukankah ada pepatah yang mengatakan uang bisa menyuruh orang lain melakukan pekerjaan yang sangat berat atau sulit?Miana sudah menerima uang itu, jadi dia harus bekerja! Begitulah pikirnya."Aku beri saham itu tanpa mengharapkan imbalan apa pun darinya!" seru Eddy yang ingin sekali memukul Henry.Sepertinya hukuman cambuk terakhir kali terlalu ringan.Seharusnya dia mencambuknya lebih keras!Miana menatap Henry, tersenyum kecil, dan berkata, "Kita sudah bercerai, kamu bisa menikahi wanita yang kamu sukai dan minta dia untuk membantu merawat Kakek!"Dia dulu mengira bercerai dengan Henry akan membuat dirinya merasa dunianya runtuh.Sekarang, setelah benar-benar bercerai, dia tidak hanya tidak merasa sedih, bahkan bisa bercanda dengan Henry.Ternyata, tidak mencintai itu bisa membuat hatinya begitu ... tenang.Ekspresi Henry seketika menjadi masam
Miana tertegun. Setelah menyadari maksud ucapan Kakek, dia segera menunduk melihat ke bawah meja makan.Yang diinjaknya bukan kaki Henry, melainkan kaki Kakek.Karena tadi dia sangat marah, dia langsung menginjak tanpa memperhatikan arah kakinya."Kakek, maaf ...," ujar Miana yang wajahnya memerah dan tampak merasa sangat bersalah."Ini semua salahmu! Hmph!" Eddy saat itu langsung mengerti apa yang terjadi, bagaimanapun dia juga pernah muda, tetapi dia tidak ingin menjodohkan mereka lagi, jadi dia memarahi Henry."Kakek terlalu memihak!" Henry merasa sangat tidak senang.'Bukankah Kakek dulu yang selalu ingin aku bersama Miana? Kenapa malam ini Kakek nggak membantuku?'"Makanlah!" seru Eddy, lalu melirik mereka berdua dengan tajam sebelum menghela napas.Henry tidak mau kalah, jadi dia menatap Miana dengan tajam.Miana pura-pura tidak melihat Henry, menunduk kepalanya dan makan dengan cepat!Sementara Eddy, dia memelototi Henry lagi dan berseru, "Makan!"Henry akhirnya menunduk dan mak
Seiring dengan mencoba dan memilih pakaian yang tepat, waktu berlalu dengan cepat tanpa disadarinya, tetapi hati Janice dipenuhi perasaan kepuasan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.Detik ini juga dia ingin sekali bertemu Henry!Sangat ingin!Di rumah lama di ruang kerja, cahaya lampu yang redup melemparkan bayangan yang bergerigi pada furnitur klasik, membuat suasana di sekitar penuh dengan nuansa bersejarah.Miana berdiri di depan meja besar, kedua tangannya tanpa sadar saling bertautan, matanya penuh dengan kebingungan dan kegelisahan. Eddy perlahan bangkit, dari sebuah lemari kayu klasik, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang indah, permukaannya ditutupi dengan patina hijau pudar, tepinya diukir dengan motif bunga teratai yang rumit, seakan menceritakan kisah yang tidak diketahui.Eddy meletakkan kotak itu dengan lembut di tangan Miana yang gemetar, tangannya yang dipenuhi bekas waktu terasa sangat kuat dan khidmat.Setelah berdeham, dia dengan perlahan berkata, "Ini ada
"Mia, aku tahu ini nggak adil bagimu, tapi ... aku sudah tua, tubuhku nggak sehat, mungkin suatu hari nanti aku tidur dan nggak bangun lagi," ujar Eddy dengan mata yang agak berkaca-kaca.Miana sedih mendengar itu dan refleks mengeratkan genggamannya di kotak sambil berkata, "Kek, jangan bicara seperti itu! Kakek pasti akan panjang umur!"Eddy tersenyum dan berkata, "Hidup hingga usia segini, aku sudah melihat kehidupan dan kematian dengan tenang. Kalau aku pergi, kamu jangan bersedih, jalani hidupmu dengan baik!"Dia merasa sangat bersalah kepada Miana, ingin menebusnya namun tidak tahu bagaimana.Itulah sebabnya dia hanya berharap mulai sekarang Miana akan memiliki orang yang memperhatikannya dan mencintainya.Sambil menatap senyuman Kakek, Miana merasa gelisah, bahkan memiliki pemikiran Kakek seperti sedang menyampaikan pesan terakhirnya."Kakek ...." Ucapannya terhenti karena ponselnya berdering, dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya."Mia, kamu di mana? Perlu aku jemput?" t
Karena berpikir seperti itu, Eddy merasa lebih baik tidak ditanyakan.Lagi pula, dia pasti akan tahu begitu anak itu lahir.Pertanyaan Kakek, membuat Miana tanpa sadar menggenggam kotak di tangannya lebih erat hingga telapak tangannya terasa sakit.'Kakek tahu aku hamil?'"Lupakan, anggap saja Kakek nggak pernah bertanya." Melihat Miana menunjukkan ekspresi yang tertekan, Eddy menyerah mendapatkan jawab itu karena merasa tidak tega memaksanya.Miana merasa bersalah ketika melihat Kakek tampak kecewa. Dia mengatup-ngatupkan bibirnya dan hendak berbicara, tetapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Kata-kata yang ingin diucapkannya tertelan kembali.Raut wajah Eddy seketika menjadi dingin. "Siapa!""Aku!" sahut Henry dari luar pintu."Kek, aku pulang dulu," ujar Miana kepada Eddy.Setelah berpamit, dia berbalik dan hendak pergi."Baiklah, hati-hati di jalan. Setiba di rumah kabari Kakek, biar nggak khawatir!" Eddy tidak punya alasan untuk membuatnya tinggal, jadi hanya bisa setuju me
Miana membuka pesan itu.Isinya adalah swafoto Janice.Miana dapat melihat foto pernikahannya dengan Henry yang merupakan hasil editan di belakang Janice.Saat dia menggantung foto pernikahan itu, Henry mengejeknya habis-habisan.Dia tidak memedulikan ejekan itu, karena pada saat itu, dia ingin hidup dengan Henry untuk selamanya.Karena keteguhannya, foto itu tetap tergantung di sana selama tiga tahun.Saat memutuskan untuk pindah, dia terlalu tergesa-gesa mengemasi barangnya, jadi lupa menghancurkan foto itu.Dia sungguh tidak menyangka, mereka baru bercerai, tetapi Janice sudah tinggal di sana.'Mereka sungguh nggak sabaran.''Tapi, Henry masih saja menggodaku saat makan di rumah lama tadi.'Heh ....'Untungnya, dia sudah tidak mencintai Henry lagi, jika tidak, dia pasti akan sakit hati saat melihat foto yang dikirimkan Janice.Tepat saat Miana hendak menghapus foto itu, panggilan dari Janice masuk.Miana tahu, Janice hanya ingin pamer kepadanya.Sayang sekali, dia sudah tidak mencin
Dia teringat dengan perkataan Miana.Rania makin mirip dengannya, bukan hanya karena dia yang membesarkannya, tetapi juga mungkin karena mereka memiliki hubungan darah.Mengapa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya!"Ah? Baik!" Walau tidak mengerti maksud Henry, Wiley tidak berani bertanya lebih lanjut.Tugasnya hanyalah melaksanakan apa yang diperintah oleh Henry.Setelah itu, dia mengemudi menuju restoran.Rumordi datang terlambat, dan ketika tiba, Henry sudah minum dua gelas anggur sendirian.Melihat Rumordi, Henry menunjuk kursi di sebelahnya dan berkata, "Duduk di sini, ada yang ingin kutanyakan padamu!"Rumordi memegang erat bajunya dengan wajah penuh penolakan. "Henry, kita sudah sangat akrab, jangan seperti ini, oke?"Dia tidak ingin dipaksa berubah orientasi!"Duduk!" Henry merasa kesal, suaranya penuh ancaman.Rumordi gemetar, dengan hati-hati duduk di kursi sebelah Henry, pantatnya sedikit demi sedikit bergerak menjauh.Dia takut terlalu dekat dengan Henry.
Mata Henry menyipit, lalu dia kembali meraih pergelangan tangan Miana dan mengangkatnya.Bekas luka di pergelangan tangan Miana, yang meliuk-liuk seperti cacing, sangat mencolok.Melihat itu, pupil mata Henry menyusut tajam."Apa yang terjadi?" tanya Henry dengan suara rendah.Sebuah adegan seketika terlintas di pikiran Henry, hingga membuatnya berkeringat dingin.'Nggak! Nggak mungkin!'Miana dengan cepat menarik tangannya, menutupinya dengan lengan baju, dan bersikap dingin kembali. "Ini bukan urusanmu!"Bekas luka tersebut adalah hasil dari upayanya bunuh diri saat mengalami depresi parah dengan memotong pergelangan tangannya.Pada saat itu, darahnya mengalir deras.Jika tidak segera diselamatkan, dia pasti sudah mati.Pada masa-masa sulit itu, dia beberapa kali mencoba bunuh diri.Untungnya, Giyan selalu menyelamatkannya.Dia sangat berterima kasih pada Giyan.Giyan yang membuatnya hidup kembali.Sekarang, dia hanya ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan bahagia bersama Giyan."Mi
Henry betul-betul memperlakukan Miana seperti mainan, diambil ketika ingin, dibuang ketika bosan!"Kalau kamu nggak setuju, nggak masalah. Aku akan menyewa pengacara terbaik untuk merebut putraku! Miana, jangan menangis meminta aku untuk menerimamu kembali nanti!" ujar Henry dengan datar, sudut bibirnya melengkung.Meskipun sudah tahu dari Amanda bahwa Henry akan menggugat untuk merebut Nevan, mendengarnya langsung tetap membuat Miana marah.Henry sungguh kejam!Dia sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan!"Henry, anakku lahir setelah kita bercerai, jadi nggak ada hubungannya denganmu!" seru Miana dengan penuh kebencian.Dalam waktu singkat, dia sudah mengingat banyak momen di mana Henry memperlakukannya dengan buruk karena Janice.'Bertahun-tahun berlalu, pria ini tetap nggak berubah!'"Ada hubungannya atau nggak, kita bisa melakukan tes DNA! Miana, kamu nggak berani, 'kan?" Henry yakin Nevan adalah putranya dan sekarang hanya berpikir untuk merebutnya.Setelah putranya berada di
Setelah tiba di lantai atas, Miana langsung masuk ke kantor CEO tanpa mengetuk pintu.Suara pintu yang dibuka cukup keras membuat Henry berhenti membaca dokumen dan mengangkat kepalanya.Menurutnya, wajah Miana lebih cantik dari sebelumnya.Seperti bunga yang mekar dengan indah setelah perawatan hati-hati, terlihat sangat menyenangkan.Henry merasa jantungnya berdebar setengah detik lebih cepat."Henry, kamu benar-benar berengsek dan sangat menjijikkan!" Miana marah, tentu saja tidak akan memberi Henry muka, langsung mengumpat padanya.Sejak sembuh dari depresi, Miana jarang kehilangan kendali emosinya.Namun, hari ini, dia benar-benar marah karena tindakan Henry sudah sangat keterlaluan!Sorot mata Henry menjadi tajam dan berkata dengan suara datar, "Miana, ini wilayahku, kamu datang ke sini membuat keributan, nggak takut aku lapor kamu ke polisi?"Dulu, Miana selalu bersikap lembut dan anggun di depannya.Jangankan marah, suaranya pun tidak pernah keras saat berbicara dengannya.Seka
Miana tertawa kesal ketika menyadari bahwa panggilannya sengaja diputus setelah nada sambung terdengar beberapa kali.'Henry! Hebat sekali kamu!'Setelah itu, dia menelepon Wiley.Begitu tersambung, dia langsung berkata, "Pak Wiley, tolong berikan ponselnya ke Pak Henry, aku ada urusan penting!""Nona Miana, Pak Henry sedang sibuk ....""Kalau begitu katakan di mana kalian sekarang, aku akan ke sana!" Miana sudah sangat marah dan ingin melampiaskannya ke Henry."Kami di kantor.""Oke, sepuluh menit lagi aku sampai!"Setelah mengatakan itu, Miana langsung menutup telepon.Saat ini, di kantor CEO Grup Eskaria.Henry memegang dokumen, berpura-pura membacanya, tetapi sebenarnya mendengarkan percakapan Wiley dengan Miana.Wiley menyimpan ponselnya dan melihat bahwa dokumen di tangan Pak Henry terbalik.Setelah ragu sejenak, dia tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu, "Pak Henry, dokumennya terbalik."Henry meletakkan dokumen di meja dengan keras, berdeham sebelum bertanya, "Ada apa?""N
"Begitu mendengar kabar ini, aku langsung mencari orang itu. Ternyata dia sedang diselidiki oleh pihak berwajib. Kejadian ini tiba-tiba, pasti ada yang merencanakan diam-diam!"Miana menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu berkata, "Kamu telepon dan beri tahu para petinggi untuk rapat di kantor! Aku akan segera ke kantor!""Baik, aku akan segera memberi tahu mereka!"Miana baru saja menutup telepon, Giyan sudah bertanya, "Apa yang terjadi? Butuh bantuan?"Giyan sebenarnya ingin membantu, tetapi Miana akan marah jika dia bertindak tanpa persetujuan Miana.Miana menenangkan diri, menatap Giyan dengan perasaan bersalah. "Maaf, sepertinya aku nggak bisa bertemu dengan ayah dan ibumu malam ini. Ada masalah di perusahaan, dan kamu tahu, Sherry sekarang di rumah sakit, nggak bisa ke kantor, jadi aku yang harus menanganinya. Kalau aku butuh bantuan, aku akan meneleponmu."Miana merasa tidak enak hati karena terpaksa membatalkan janji bertemu dengan orang tua Giyan."Nggak apa-ap
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera
Di dalam histori percakapan, si pria dan selingkuhannya sedang merencanakan bagaimana cara membunuh istri sah.Yang lebih mengerikan adalah pria dan selingkuhannya bahkan membeli racun paraquat dan racun tikus secara daring, tetapi keduanya tidak ada yang berani menggunakannya.Miana menekan amarahnya dan terus membaca.Saat ini, memang banyak selingkuhan yang tidak tahu malu.Mereka akan melakukan apa saja untuk mengubah status mereka.Ketika Giyan menelepon, Miana baru memutuskan untuk mematikan laptopnya.Meskipun belum melihat semua bukti yang dikumpulkan oleh Amanda, hanya berdasarkan histori percakapan dan pembelian paraquat dan racun tikus secara daring, sudah sangat jelas bahwa keduanya berencana membunuh istri sah.Hanya saja, bukti tersebut masih belum cukup.Miana harus membuat kedua orang itu mengakui rencana mereka untuk membunuh istri sah!Sebelum persidangan, dia harus mendapatkan rekaman pengakuan mereka.Setelah membereskan barang-barang, dia turun ke bawah dan melihat
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me